Selasa, 23 Februari 2010

Izin Untuk Melayani


Apakah Kita pernah merasakan bahwa kehidupan berutang sesuatu kepada kita karena kita lajang? Bukan seorang pasangan, tetapi setidaknya sebuah tempat? Kadang – kadang saya berpikir saya berhak untuk menemukan seseorang yang cocok dan merasa nyaman. Tetapi apakah saya benar – benar mempunyai hak itu? Saya tidak terlalu yakin lagi bahwa kenyamanan adalah hak saya. Tetapi saya merasa yakin dengan hal ini :
Melayani adalah panggilan saya. Bukan panggilan saya karena saya lajang.

Saya di panggil karena saya adalah miliknya.
Saya dipanggil untuk meneladani Kristus – dan Kristus adalah raja yang menjadi pelayan.



Ia berbicara sangat jelas mengenai tugas-Nya; “Tidaklah demikian diantara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Markus 10:43-45).



Richard Halverson, mantan pendeta Majelis Tinggi Amerika Serikat berkata : Setiap hari sebelum saya meninggalkan studi saya, saya meminta Allah untuk “memakai saya seperti sebuah pakaian.” Pakaian saya tidak berarti apa – apa mereka adalah benda mati, dan ketika saya membukanya, pakaian tidak bisa berdiri atau berjalan atau bertindak dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka roboh. Saya ingin satu – satunya semangat saya adalah Kristus yang hidup di dalam saya, Kristus yang memikirkan pemikiran – pemikiran-Nya, merindukan kehendak-Nya, dan mengasihi orang – orang yang dikasihi-Nya melalui saya.


Saya sebenarnya memiliki keinginan seperti Richard Halverson, tetapi kadang – kadang saya egois. Dari pada keinginan untuk dihibur atau diundang atau dimanja atau disenangkan. Saya ingin diakui terlebih dahulu, dan kemudian sedikit dimanja. Bahkan digereja, saya ingin mempunyai sebuah tempat yang cocok dengan saya – dan saya sering mencari tempat itu lebih dulu sebelum saya melayani orang lain.

Saya tahu terlalu banyak lanjang yang sepertinya “mogok” sampai Allah memberikan apa yang mereka inginkan. Mereka ingin melayani – jika mereka menikah. Tetapi saya ingin tahu apakah kita akan diperlengkapi untuk melayani di luar itu? Seorang perempuan lajang yang sangat sukses sekali waktu bercerita kepada saya, “Saya tidak mempunyai waktu untuk melakukan apapun untuk Allah saat ini, tetapi saya memberi lebih banyak uang dibandingkan orang – orang.” Aduh… keadaan saya tidak seperti ia (secara khusus saya mempunyai lebih waktu dibanding uang, dan tidak dalam jumlah yang berlimpahan juga), walaupun saya memahami bahwa kita paling mudah memberi jika kita hidup berkelimpahan. Tetapi mungkin Allah lebih menginginkan kita untuk belajar memberi dari kekurangan kita – bergantung pada-Nya untuk menggandakan pemberian itu dan menyediakannya untuk sang pemberi.

Jika kita melajang dengan sungguh – sungguh meneladani Yesus – jika kita benar – benar memberi diri kita izin untuk melayani – saya percaya dunia akan berubah. Atau setidaknya sudut kecil kita di dunia.



Apakah ada kebutuhan yang dapat kita sediakan? Apakah ada rasa sakit yang dapat kita rasakan? Apakah ada kata yang dapat kita sampaikan atau tugas yang dapat kita emban? Paulus menantang saudara – saudara dalam Kristus di Filipi untuk melayani satu sama lain :


Dan janganlah tiap – tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (Filipi 2:4-7)


Apakah anda mau hidup seperti seorang raja? Raja saya mengambil kain dan membasuh kaki para pengikut-Nya. Saya ingin meneladani-Nya lebih dari keinginan saya untuk disukai. Saya ingin mengikut-Nya lebih dari keinginan saya untuk menemukan seseorang yang cocok. Dan lebih dari apa pun, saya ingin mendengarkan-Nya berkata kepada saya, “Baik sekali perbuatan-Mu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia.”

Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucapkan syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan (Ibrani 12:28-29)


Apakah kita sangat menginginkan sesuatu yang belum menjadi milik kita sehingga kita tidak bisa menghargai semua yang ada?? Rahasianya bukanlah untuk menyangkal atau membuang keinginan dari hidup kita atau untuk mengizinkan keinginan itu untuk menjadi berhala yang menguasai kita - tetapi hanya untuk mengizinkannya berada bersama dengan gairah kita untuk hidup.


(Sumber Melajang itu asyik; Leigh McLeroy)

Tidak ada komentar: