Rabu, 18 Agustus 2010

Suami Yang Mengasihi Isteri Bagai Kristus Mengasihi Jemaat


“Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.
Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.” Efesus 5:25,28


Tuhan begitu mengasihi umatNya sehingga Bapa mengirimkan AnakNya yang tunggal yaitu Kristus untuk menebus dosa setiap umatNya (Yohanes 3:16). Kasih Kristus atas jemaatNya tidak ada batasnya. Dia menjadi penolong dan penghibur, memberikan kekuatan, sukacita, kesembuhan, kelepasan dan kemenangan bagi umatNya. Dia rela mati di atas kayu salib demi kita semuanya.


Sikap seperti itulah yang harus dimiliki seorang suami terhadap isterinya. Sama seperti Kristus yang memandang umatNya sebagai tubuhNya, demikian juga suami memandang isteri sebagai tubuhnya. Isteri merupakan bagian yang tak terlepaskan dari suami. Isteri merupakan bagian kehidupan dari suami. Tanpa isteri maka suami tidak dapat berjalan, karena itu berarti suami berjalan tanpa tubuhnya.


Suami harus menjadi penolong dan penghibur bagi isterinya. Suami harus memberikan kekuatan, dorongan, motivasi dan support bagi isterinya. Suami tidak boleh memandang rendah isterinya. Suami harus membuat isterinya merasa memiliki hidup yang berharga di mata Tuhan.

“Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” 1 Petrus 3:7

Tuhan telah menempatkan isteri sebagai teman pewaris tahta, bukan sebagai pembantu atau bahkan orang yang tak dianggap sama sekali. Segala kekurangan yang dimiliki oleh isteri tidak boleh dijadikan alasan bagi suami untuk memandang rendah isterinya, karena Tuhan telah menempatkannya sebagai pasangan hidup kita. Sikap yang meremehkan isteri akan membuat segala doa kita terhalang di hadapan Tuhan. Jika ingin agar Tuhan mendengarkan doa-doa dari seorang suami, maka dia harus belajar untuk menghargai isterinya sesuai dengan Firman Tuhan.

“Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.” Efesus 5:29
Dengan alasan apapun, suami tidak boleh membenci isterinya, karena dengan demikian maka dia membenci tubuhnya sendiri. Hal ini bertentangan dengan sikap Kristus yang senantiasa mengasuh dan merawat tubuhNya yaitu jemaatNya. Suami harus benar-benar memperhatikan isterinya dan memberi perhatian lebih terhadap bagian yang lemah. Tidak ada manusia yang mau menyakiti tubuhnya sendiri, demikian juga seharusnya seorang suami tidak boleh menyakiti isterinya baik secara perasaan, maupun secara fisik.

Perhatikan kata-kata yang keluar dari mulut, karena jika tidak hati-hati maka kata-kata tersebut dapat melukai hati sang isteri. Perempuan sangat peka pada pendengarannya. Berilah pujian atas isterimu. Berilah penghargaan bagi isterimu. Katakan dan ungkapkan rasa sayang kepada isteri, sehingga dia benar-benar mengetahui bahwa suaminya mengasihi dia. Ungkapan kasih sayang memang harus ditunjukkan melalui perbuatan, tetapi juga harus dinyatakan melalui kata-kata. Kedua ungkapan baik melalui perbuatan dan kata-kata sangat penting demi keharmonisan rumah tangga. Komunikasi harus dibangun dengan sebaik mungkin agar tidak ada rasa curiga di antara pasangan suami isteri.

Suami harus belajar mendengar apa yang menjadi keluhan, ungkapan perasaan, bahkan juga nasehat dari isterinya. Ketika suami mau belajar mendengar kepada isterinya, akan ada suatu perubahan yang luar biasa terjadi dalam rumah tangga tersebut. Berkat Tuhan akan tercurah dengan luar biasa dalam rumah tangga dan keluarga.

Menjadi seorang suami tidak boleh mementingkan diri sendiri, tanpa memperhatikan kepentingan isterinya. Dengan mengasihi isteri sebagaimana mengasihi tubuhnya sendiri berarti bahwa segala hal yang menyangkut kepentingan isteri juga harus menjadi perhatian bagi suami. Ini bukan berarti isteri dapat menuntut apapun yang menjadi keinginannya. Tetapi tentunya semua harus berjalan sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.

Ketika suami dan isteri memahami tugas dan tanggung jawabnya masing-masing di hadapan Tuhan, maka mereka akan memiliki rumah tangga yang kuat. Rumah tangga yang kuat akan membentuk keluarga yang kuat. Keluarga yang kuat akan menjadi pondasi yang kuat bagi gereja. Sehingga pada akhirnya gereja-gereja yang ada di muka bumi ini akan memberikan dampak yang luar biasa bagi bangsa-bangsa, nama Tuhan dimuliakan di atas muka bumi ini.

Doa:
Tuhan mampukan para suami agar dapat lebih lagi menghargai dan mengasihi isterinya sebagaimana mereka mengasihi dirinya sendiri. Mampukan para suami untuk dapat menjadikan isterinya merasa memiliki hidup yang sangat berarti dan berharga baik di hadapan Tuhan maupun bagi banyak orang. Biarlah kehidupan rumah tangga dari setiap pasangan yang ada menjadi harmonis dan kuat di dalam Tuhan.


Langkah iman:
Mulailah untuk mengasihi dan memperhatikan isterimu.
Jangan melakukan kekerasan baik secara kata-kata ataupun secara fisik terhadap isterimu.
Beri telinga atas setiap ungkapan maupun keluhan isterimu. Hargai setiap pendapat maupun nasehatnya.
Beri perhatian atas segala kebutuhannya untuk dihargai dan dilindungi.
Beri pujian dan ungkapkan rasa kasih sayang melalui kata-kata dan perbuatan.


*)sumber Pelita Hidup

Kemerdekaan DIA Berikan


Setiap manusia mempunyai kemerdekaan dalam segala sesuatu. Semua yang kita rencanakan dengan baik dan seksama bisa menjadi sangat berantakan dan tidak kita duga sama sekali tetapi itu adalah suatu kebaikan untuk kita. Misalkan kita sudah mempersiapkan setiap event acara dengan baik dan begitu banyak kegiatan yang kita lakukan sehingga membuat kita sangat letih, tetapi kita percaya DIA selalu menyertai untuk setiap langkah tujuan yang kita lalui.


Sehingga pada suatu hari kita mempercayai Malaikat-malaikat untuk menjaga kita, tetapi pada saat persiapkan sebuah acara, kita mendapatkan kecelakaan; jatuh pada batu trotoar dijalan sangat keras, itu membuat tubuh kita sangat sakit dan seperti patah tulang. Pada saat kita berseru kepada Tuhan, “Kenapa??? Engkau tidak melindungi aku ya Bapa, padahal engkau tahu, bahwa aku begitu setia untuk melayanimu dan engkau pun tahu bahwa besok aku akan melayani anak jalanan.


Tetapi mengapa engkau menginjinkan aku terjatuh???” saat kita terdiam lalu Tuhan menjawab dan berkata kepada kita; “Anakku yang Kukasihi, Engkau dibiarkan terjatuh supaya kamu bisa beristirahat yang cukup, dan kondisimu pulih kembali karena engkau sangat berharga dimataku” Lihatlah bertapa BAPA sangat memperhatikan setiap kebutuhan kita, DIA sangat mengetahui apa yang kita perlukan dalam kehidupan kita. Bahkan sebelum kita meminta dia lebih mengetahuinya dahulu.


“Kita tahu sekarang, bahwa ALLAH turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi DIA, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana ALLAH.” (Roma 8:28)

Jika DIA sudah memberikan kemerdekaan kepada kita semua, percayakanlah kehidupan kita sepenuhnya kepada-Nya, dan tak perlu kuatir menjalani kehidupan yang akan datang. Dalam hidup kita jangan memikirkan sesuatu tentang hal-hal apa pun tentang orang lain, negative atau positif karena bisa disamakan seperti kita menghakimi orang tersebut. Karena DIA selalu memberikan kemerdekaan untuk setiap anak-anak-Nya untuk mengekspresiasikan diri.

Tuhan selalu meresponi berbagai situasi yang berbeda-beda, kita akan mengetahui metode dan tujuan-Nya dalam mendidik kita, semua anak-anak-Nya, bahkan lebih dari itu kita akan menerima upah kebenaran yang diberikan oleh Tuhan. DIA BAPA yang selalu sama yang penuh dengan kasih.


“Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5b)



*(Goresan Thesa Lim)
___majalah smile edisi 9


Damai Bersama-Mu


Saat beban ini terasa berat
Saat merasakan kesepian dan ketakutan
Engkau selalu mendampingiku
Bundaku yang penuh belas kasih



Bunda…
Pegangan tangan-Mu kuat
‘tak akan membiarkan aku jatuh
Pelukan kasih-Mu menghangatkan jiwaku
Tak akan kau biarkan diriku lemah



Namaku selalu ada dihati-Mu
Berdoa bersama – sama denganku
Membangunkan harapan dan impian
Menerangi akal budi dan membimbingku

Bunda Maria…
Ibuku yang baik hati
Bersama-Mu ada kedamaian
Mewarnai hidupku dengan berwarna



*(Goresan Thesa Lim)
___majalah smile edisi 7 Vol.II. Mei-Juni 2010

Rahasia Untuk Berbuah Lebat

“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. ” Yohanes 15:16

Setiap manusia yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadinya merupakan hasil dari kasih karunia Tuhan (Yoh 3:16). Tuhanlah yang memilih setiap hidup kita semua. Dia yang memanggil kita dan memberikan kasih karuniaNya agar kita dapat mengenalNya sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa. Tidak berhenti pada titik bahwa kita disebut sebagai umat Kristiani atau pengikut Kristus, tetapi Tuhan telah menetapkan suatu tugas bagi kita yang telah menerima Dia (Yoh 15:16). Dia meminta kita untuk pergi menjadi saksiNya dan menghasilkan buah kekekalan dalam hidup kita.



Buah yang dimaksud bisa berbicara mengenai buah pertobatan baik dalam hidup kita pribadi maupun hidup orang lain, buah roh (Gal 5:22-23) dan buah pelayanan baik dalam bidang pekerjaan sekuler (market place) maupun yang terpanggil secara penuh waktu di pelayanan pastoral.
Bagaikan sebuah pohon yang buahnya dapat dinikmati banyak orang, maka buah yang muncul dari kehidupan umat Tuhan akan dapat dinikmati oleh banyak orang dan menjadi berkat bagi mereka semua. Semakin lebat buah yang dihasilkan oleh sebuah pohon, maka semakin banyak orang yang dapat menikmati buah tersebut.

Tetapi jika sebuah pohon tidak mengeluarkan buahnya, maka pohon itu akan hidup dengan percuma, sebagaimana disebutkan dalam perumpaan yang Tuhan sampaikan dalam Lukas 13:6-9.

Oleh karena itu menghasilkan buah adalah kewajiban bagi setiap umat Tuhan, agar hidup kita semua dapat berguna bagi orang lain sesuai dengan kehendak Bapa di Sorga.

Berikut rahasia agar kita dapat menghasilkan buah yang lebat bagi Kerajaan Sorga:

1. Tinggal di dalam Tuhan

“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. ” Yoh 15:4

Pembacaan Firman Tuhan, doa harian, saat teduh, ibadah/persekutuan, pendalaman Alkitab, komunitas sel/selgrup, doa puasa dan masih banyak cara lagi yang dapat membuat kita tetap tinggal di dalam Tuhan.
Jika kita mulai meninggalkan aktivitas-aktivitas tersebut di atas, atau bahkan kita tidak pernah melakukannya, dapat dipastikan bahwa kita tidak akan pernah dapat berbuah-buah dalam kehidupan kita. Oleh karena itu janganlah heran jika banyak sekali umat Tuhan yang masih jatuh bangun di dalam Tuhan dan tidak merasakan perubahan yang signifikan dalam kehidupan rohani mereka walaupun sudah bertahun-tahun mengikut Yesus.

“Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. ” Yoh 15:2

Tentu saja ada konsekuensi bagi ranting maupun pohon yang tidak pernah menghasilkan buah. Yang berbuahpun akan selalu dibersihkan agar dapat menghasilkan lebih banyak lagi buah.
Kehidupan kita merupakan suatu proses menuju kepada kesempurnaan. Setiap hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan akan dipangkas melalui keadaan ataupun kondisi yang Tuhan ijinkan bagi kita. Ketika kita melewati suatu masalah, hati kita akan senantiasa dibersihkan agar dapat muncul karakter Yesus dalam kehidupan kita.

2. Meresponi setiap Firman Tuhan dan Bertekun di dalam FirmanNya

“Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” Luk 8:15

Lukas 8:4-15 berbicara mengenai perumpamaan tentang seorang penabur yang menaburkan benihnya. Benihnya jatuh di empat macam tanah. Dan hanya di tanah yang baik saja benih itu dapat tumbuh dan bahkan berbuah hingga seratus kali lipat.

Benih berbicara mengenai Firman Tuhan, sedangkan tanah berbicara mengenai sikap hati kita dalam menerima atau merespon terhadap Firman Tuhan yang kita dengar.

Tanah yang baik merupakan sikap hati yang mendengar, menyimpan dalam hati, menyambut dan mengerti Firman Tuhan yang diterimanya. Tidak hanya itu, Firman yang telah diterima juga dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari secara terus-menerus, dalam berbagai macam keadaan (baik maupun buruk). Dengan begitu maka kehidupan kita akan mengeluarkan buah yang dapat dinikmati oleh banyak orang.


Beberapa halangan untuk dapat bertumbuh dan berbuah:
Tidak mau dibersihkan sehingga dapat berbuah. Hati yang tidak rela dibersihkan melalui masalah maupun pencobaan yang datang, lewat orang-orang yang mungkin menyakiti hati kita dan membuat kita kecewa.

Pekerjaan iblis yang senantiasa menghalang-halangi umat Tuhan agar dapat mengerti Firman Tuhan. Setiap Firman yang didengar umatNya akan dicuri oleh iblis, sehingga umat Tuhan akan lupa kepada Firman yang telah didengarnya.

Tidak mau berakar di dalam Tuhan, sehingga ketika pencobaan datang, maka dengan mudah umat Tuhan akan melupakan kuasa Tuhan yang mampu menolong mereka.
Kekuatiran akan apa yang akan terjadi. Hal ini disebabkan karena kurang percaya kepada kuasa Tuhan yang sanggup mengubahkan segala sesuatu. Keadaan dunia lebih mempengaruhi kehidupan mereka dibandingkan dengan kuasa Tuhan.
Kekayaan dan kenikmatan hidup akan membuat umat Tuhan lupa kepada Dia yang telah mempercayakan kelebihan materi kepada mereka. Hal ini membuat mata rohani mereka membuta dan tidak lagi dapat melihat cahaya kemuliaan Tuhan.


Buah yang telah dihasilkan oleh sebuah pohon tidak dapat dinikmati oleh pohon itu sendiri, melainkan buah itu akan dinikmati oleh orang lain dan berguna untuk memberikan kehidupan, kesehatan, kekuatan, nutrisi dan kesegaran bagi setiap orang yang menikmatinya. Hidup yang kita jalani bukan sekedar hidup untuk mencari nafkah bagi diri kita sendiri atau bahkan keluarga kita sendiri. Tetapi Tuhan telah menetapkan tujuan bagi masing-masing pribadi kita, supaya hidup kita menjadi kesaksian dan menghasilkan buah. Dengan demikian kehidupan kita akan menjadi persembahan dan korban yang harum di hadapanNya (Ef 5:2).

“Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. ” Ibr 12:11

“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” Fil 1:21-22b


*)Sumber Pelita Hidup

Senin, 12 Juli 2010

Percayalah KepadaKu: Janji Setia Tuhan



“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Tuhan, percayalah juga kepada-Ku.” Yohanes 14:1

Bacaan Alkitab : 2 Tawarikh 20:15-18
(15) dan berseru: “Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman TUHAN kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Tuhan. (16) Besok haruslah kamu turun menyerang mereka. Mereka akan mendaki pendakian Zis, dan kamu akan mendapati mereka di ujung lembah, di muka padang gurun Yeruel. (17) Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggallah berdiri di tempatmu, dan lihatlah bagaimana TUHAN memberikan kemenangan kepadamu. Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, TUHAN akan menyertai kamu.” (18) Lalu berlututlah Yosafat dengan mukanya ke tanah. Seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem pun sujud di hadapan TUHAN dan menyembah kepada-Nya.



Pada saat Tuhan mengatakan : Jangan takut kepada kita, bagaimana reaksi kita setelah kita mendengarnya? Ada yang mengatakan pasti dong tidak takut lagi, namun setelah beberapa saat ia mulai mengalami ketakutan lagi. Ada yang mengatakan ya percaya saja, tetapi kenyataannya orang ini sibuk mencari bantuan orang lain yang dianggap sanggup untuk menolongnya. Ada juga yang mengatakan perlu bukti terlebih dahulu untuk mempercayai Tuhan dalam hidupnya.

Ada hal hal yang perlu Anda simak dan perhatikan di bawah ini :

Pada saat Yosafat menerima Firman Tuhan yang mengatakan jangan takut karena yang berperang bukan mereka, Yosafat berani untuk mempercayainya bahwa apa yang Tuhan nubuatkan lewat hambaNya itu adalah pasti! Dan ketika Yosafat berani mempercayai Tuhan, ia melihat dan mengalami betapa Tuhan juga membuktikan kepadanya bahwa Ia dapat dipercaya dengan menggenapkan FirmanNya pada Yosafat.

Perhatikan lanjutan dari bacaan Alkitab dalam 2 Tawarikh 20:22 Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat TUHANlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah. Lihat apa yang Tuhan Firman kan, Dia buktikan bahwa yang berperang adalah Dia sendiri, bahkan lihat yang terjadi pada bangsa Moab dan Amon tersebut dalam 2 Tawarikh 20:23 Lalu bani Amon dan Moab berdiri menentang penduduk pegunungan Seir hendak menumpas dan memunahkan mereka. Segera sesudah mereka membinasakan penduduk Seir, mereka saling bunuh-membunuh.

Ketika Tuhan menjanjikan Abraham akan menjadi bangsa yang besar, dan menyuruh Abraham keluar dari tanah kelahirannya, untuk masuk ke tanah yang Tuhan janjikan. Saat itu tidak ada tanda apapun, yang pasti Abraham hanya berani melangkah untuk percaya pada TUhan. Hal itu terbukti bahwa Tuhan tidak menelantarkan Abraham dan seluruh rombongan yang mengikutinya. Tuhan menuntunnya, memeliharanya dan menggenapkan janjiNya dengan memberikan keturunan kepada Abraham dan menjadikannya benar benar menjadi bangsa yang besar seperti yang Tuhan Firman-kan kepadanya.

Jika demikian luar biasanya Tuhan, mengapa kita tidak mau mempercayakan seluruh hidup kita padaNya? Karena apa yang Tuhan janjikan, apa yang Tuhan katakan dalam FirmanNya pasti digenapi! Oleh sebab itu, jika Tuhan mengatakan dalam FirmanNya dalam Mazmur 110:1, Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu”. Jika kita diperhadapkan dengan tekanan yang berat atas situasi sekeliling kita, sakit penyakit yang menekan, orang yang mau mencelakakan kita, mengapa kita tidak menghampiri tahta Tuhan, duduk diam di dekatNya, memuji dan muliakan Dia? Biarkan Dia yang mengerjakan bagi kita membuat musuh-musuh kita sampai dijadikan tumpuan kaki kita.

Jika Tuhan mengatakan : “ janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan. “ Yesaya 41:10, mengapa kita harus takut? Percayakan saja hidup kita pada Tuhan, karena yang membawa kemenangan bukan kekuatan kita tetapi Tuhan sendiri yang membawa kemenangan kepada kita. Luar aiasa, Allah kita memang sungguh dapat dipercaya!

Jika Tuhan mengatakan: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”, Matius 11:28. Mengapa Anda tidak datang kepadaNya ketika Anda merasakan kelemahan? Jika Yosafat , Abraham dan yang lain telah membuktikan bahwa ketika mereka berani mempercayai Tuhan, maka mereka bisa menikmati hasil yang hebat dan luar biasa yang Tuhan kerjakan bagi mereka. Mengapa Anda tidak berani percaya kepadaNya? Ingat Dia katakan bahwa Anda dapat mempercayaiNya, dengan sepenuh hati! Mari percayakan Tuhan untuk hidup Anda, pekerjaan Anda, bisnis Anda, karier Anda, keluarga Anda : orang tua – anak – suami – istri Anda, sekolah Anda, masalah / persoalan yang Anda hadapi, kelemahan Anda, mungkin saat ini Anda sakit – percayakan penyakit Anda pada Nya. Karena Ia sanggup melakukan perkara yang jauh melebihi apa yang dapat Anda pikirkan.

SUATU KERUGIAN KETIKA ANDA MENOLAK
UNTUK MEMPERCAYAI TUHAN DI DALAM HIDUP ANDA.
KETIKA ANDA BERANI UNTUK PERCAYA PADA TUHAN,
DIA, TUHAN TIDAK AKAN PERNAH MENGECEWAKAN ANDA.



*)Sumber Pelita Hidup

Selasa, 01 Juni 2010

Mengasihi Dengan Persahabatan


Mengasihi… suatu kata yang sangat kompleks dan menjalankannya susah – susah gampang tetapi semuanya bisa kita lakukan dengan turut campur tangan Tuhan.

Tetapi buah Roh ialah : Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. (Galatia 5:22-23)


Lihatlah seorang lelaki bagaimana cara dia mengambil suatu keputusan! Bagaimana cara dia mengandeng tangan pasangannya! Apakah gandengan tangan itu bersifat menguasai, melindungi, memberikan kebebasan tapi dia mempercayainya?? (coba rasakan dan arti dengan hatimu yang tenang)

Lihatlah seorang wanita bagaimana dia membantu pasangannya. Bagaimana cara dia mengasihi dengan hati yang lembut, bersyaratkah atau tanpa syarat??? (coba rasakan dan arti dengan hatimu yang tenang)


Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidak adilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (Korintus 13:4-7)


Memang menjalankannya sangat sulit.. tetapi dengan menyerahkan sepenuhnya kehidupan kepada DIA, DIA selalu menyertai kita, Saat kita jatuh lalu bangkit dan kemudian bergeraklah kembali, jangan pernah menyerah dan teruslah berjalan. Percayalah kepada diri kita sendiri bahwa kita bisa melakukannya, jika kita melakukan sesuatu dengan kasih yang tulus akan menyentuh hati orang lain disekelilingmu.


Menjalin suatu hubungan kadang tidak seperti yang kita pikirkan, tapi kita serahkan seluruhnya pemikiran kita kepada Tuhan karena DIA adalah sutradara dan kita yang melakonkan naskah tersebut tetapi DIA sutradara yang baik, yang selalu memperhatikan setiap kebutuhan anak – anaknya. Jangan menyalahkan Tuhan untuk setiap kejadian – kejadian yang buruk menimpah kita sebaliknya bersyukurlah untuk pendewasaan iman kita.


Dalam hidup kita tidak boleh terikat dengan masa lalu, sakit hati, kegagalan, atau kesuksesan dimasa lalu dan dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran untuk memperbaiki tingkah laku kita sekarang. Mulailah kita dengan suatu persahabatan yang tulus, hati dan jiwa yang bersih.


*(Goresan Thesa Lim)


Kamis, 22 April 2010

Biarkan Tuhan Menilaimu



Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi, tetaplah berbuat baik.

Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi, bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka.


Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok dilupakan orang. Tetapi, teruslah berbuat baik.

Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik.

Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang jujur dan Dia sanggup melihat ketulusan hatimu.

-Mother Theresa-



Senin, 12 April 2010

Arti Penting Kebangkitan Kristus


Tanpa kebangkitan, iman Kristen tidak mungkin muncul. Murid-murid-Nya hanyalah simbol kekalahan dan kehancuran. Mungkin mereka akan mengingat Yesus sebagai guru terkasih mereka, dan penyaliban hanya akan melenyapkan harapan akan mesias. Salib akan kelihatan menyedihkan dan memalukan sebagai akhir karir Yesus.
Kekristenan mula-mula sangat bergantung kepada kepercayaan murid-murid-Nya bahwa Tuhan telah membangkitkan Yesus dari kematian.

Jika ditanya mengapa kebangkitan Yesus Kristus disebut sebagai bukti diri-Nya adalah Anak Allah?
Jawabnya:

1. Dia bangkit dengan kuasa-Nya sendiri. Dia mempunyai kuasa untuk memberikan nyawa-Nya dan untuk mengambilnya kembali (Yohanes 10:18). Ini tidak bertentangan dengan pasal lain yang menyatakan Yesus dibangkitkan oleh kuasa Bapa, karena Bapa dan Anak bekerja bersama-sama, seperti halnya penciptaan, tiga pribadi Allah, yaitu: Bapa, Anak dan Roh Kudus bekerja sama secara harmonis.

2. Secara jelas Yesus telah menyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah, kebangkitan-Nya dari kematian merupakan materai/persetujuan dari Allah Bapa akan kebenaran pernyataan-Nya. Jika Allah tidak menyetujui pernyataan Yesus sebagai Anak Allah, maka Allah tidak akan membangkitkan Yesus dari kematian.
Kenyataannya Allah membangkitkan Yesus dari kematian, seolah Allah Bapa mengatakan: "Engkaulah Anak-Ku, hari ini Aku menegaskan sejelas-jelasnya."

Khotbah Petrus saat hari Pentakosta juga berdasar kepada Kebangkitan Kristus (Kisah Para Rasul 2:14-40). Tidak sekedar tema khotbah, tetapi menekankan pentingnya kebangkitan. Kalau ajaran kebangkitan dihilangkan, maka semua ajaran kekristenan akan hilang.

Kebangkitan merupakan:
1. Penjelasan kematian Yesus
2. Penggenapan nubuat dalam Perjanjian Lama tentang Mesias
3. Sumber kesaksian murid-murid
4. Alasan pencurahan Roh Kudus
5. Menegaskan posisi Yesus sebagai Mesias dan Raja.

* Tanpa kebangkitan, posisi Yesus sebagai Mesias dan Raja tidak akan terjelaskan.
* Tanpa kebangkitan, pencurahan Roh Kudus akan meninggalkan misteri yang tidak dapat dijelaskan.
* Tanpa kebangkitan, sumber kesaksian murid-murid hilang.

Kebangkitan adalah penggenapan dari nubuat mengenai Mesias yang akan bangkit di dalam Mazmur 16:10, 'tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.'

Jelaslah bahwa khotbah pertama kekristenan berdasar kepada Yesus yang telah bangkit.

Perjanjian Baru bergaung kepada fakta Kebangkitan Yesus. Injil-injil mencatat pernyataan Yesus bahwa Ia akan dikhianati, dibunuh dan bangkit lagi. Mereka menyaksikan bahwa kubur telah kosong dan Ia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya seperti yang telah dikatakan-Nya.

Kisah Para Rasul mencatat Kebangkitan Kristus sebagai fakta dan membuatnya menjadi pusat pengajaran.

Surat-surat dalam Perjanjian Baru dan Kitab Wahyu menjadi tak berarti tanpa kebangkitan Yesus.

Kebangkitan diterima baik oleh:
- Keempat Injil yang terpisah
- Sejarah kekristenan mula-mula (Kisah Para Rasul)
- Surat-surat: Paulus, Petrus, Yohanes, Yudas, dan Surat Ibrani.

Ada banyak kesaksian yang dapat dipercaya. Dan karena Perjanjian Baru adalah kesaksian sejarah yang dapat dipercaya, maka Kebangkitan Kristus adalah fakta obyektif yang dapat dipercaya.

Sejak awal, kekristenan mula-mula secara bersama-sama memberikan kesaksian mengenai kebangkitan Kristus. Ini merupakan dasar pengajaran dan iman gereja dan telah masuk ke dalam literatur Perjanjian Baru. Jika semua pasal yang berhubungan dengan Kebangkitan dihilangkan, maka akan didapatkan Perjanjian Baru yang kacau, yang tidak dapat dijelaskan. Kebangkitan secara kuat masuk ke dalam kehidupan orang Kristen mula-mula. Ini muncul dalam kubur, lukisan-lukisan dinding, muncul dalam himne, dan menjadi tema yang kuat dalam penulisan-penulisan pembelaan iman Kristen pada empat abad pertama.

Jika kebangkitan bukan peristiwa sejarah, maka kuasa kematian tetap tidak dikalahkan; Kematian Kristus menjadi tidak ada artinya, dan umat yang percaya kepada-Nya tetap mati dalam dosa. Keadaannya akan tidak berbeda dengan sebelum mendengar nama-Nya.

Sulit untuk menggambarkan depresi yang hebat akibat penyaliban Yesus yang dialami para murid. Mereka tidak memiliki konsep bahwa kebangkitan lebih berarti daripada kematian. Mereka berpikir bahwa Mesias akan memerintah selamanya (Yohanes 12:34). Tanpa percaya kepada kebangkitan Yesus, tidak mungkin para murid percaya kepada Yesus yang hanya mati saja.

Kebangkitan mengubah bencana menjadi kemenangan. Karena Tuhan telah membangkitkan Yesus, maka Yesus secara tegas dinyatakan sebagai Mesias. Dengan demikian makna penyaliban, oleh karena kebangkitan, kematian yang memalukan itu berubah menjadi kematian yang berperan dalam penyelamatan umat manusia.

Tanpa kebangkitan, maka kematian Yesus hanyalah kutukan Tuhan, tetapi dengan kebangkitan, maka kematian Yesus sekarang dilihat sebagai suatu peristiwa dimana pengampunan dosa umat manusia sudah terjadi.

Tanpa kebangkitan, kekristenan tidak pernah terjadi, para murid hanya melihat Yesus sebagai guru yang baik dan tidak akan pernah percaya bahwa Yesus adalah mesias.

Kebangkitan adalah fakta penting, karena kebangkitan menggenapkan keselamatan kita. Yesus datang untuk menyelamatkan kita dari dosa, dan sebagai akibatnya menyelamatkan kita dari kematian.

Kebangkitan juga membuat perbedaan yang tajam antara Yesus dengan semua pendiri agama. Tulang-tulang dari semua pendiri agama, selain Yesus, masih berada di bumi, tetapi kubur Yesus kosong.

Dampak dari kebangkitan, besar. Hidup menjadi memiliki harapan, kehidupan lebih berkuasa daripada kematian, kehidupan pada akhirnya menang.
Tuhan telah menyentuh kita di sini, Tuhan telah mengalahkan kematian, musuh terakhir kita.

Kebangkitan telah mengubah hidup para murid sebelum dan sesudah kebangkitan. Sebelum melihat kebangkitan, mereka lari, menyangkal Gurunya. Mereka berkumpul dan bersembunyi dalam ketakutan dan kebingungan. Setelah melihat kebangkitan, mereka diubah dari ketakutan menjadi rasul yang berani dan percaya diri, menjadi penginjil yang mempengaruhi dunia, bersedia mati martir dan bersukacita sebagai utusan Kristus.



*)Sumber:Josh McDowell, The New Evidence that Demands a Verdict, Thomas Nelson Publisher - pemudakristen.com. All Rights Reserved. Development by ProWeb



Sabtu, 06 Maret 2010

Life in Jesus Christ


Apa sich yang bisa membuat kita tetap hidup di dalam Yesus Kristus ( Jesus Christ ) ? Gimana caranya supaya kita bisa hidup di dalam DIA.. agar bisa menikmati hadiratNya dan bisa mendengar suaraNya? Coba yukk.. kita sama – sama telusuri. Agar kita bisa hidup di dalam Dia & semakin bertumbuh bersama DIA, ada beberapa point penting dibawah ini yang benar – benar bisa mengubahkan hidup kita :

1. Prioritaskan Tuhan – Roma 11 : 36

Sebelum kita melakukan aktifitas kita, ketika utamakan DIA, misalnya : Bangun pagi awali dengan berdoa & saat teduh. Libatkan Tuhan Yesus di dalam seluruh aspek kehidupan kita ( Kolose 3 : 17 ). Apapun yang kita kerjakan saat ini, baik sebagai pelajar, pekerja, dan lain sebagainya, prioritaskanlah Dia. Tuhan Yesus telah memberikan teladan dalam hal apapun juga, IA selalu prioritaskan Bapa di Surga dalam kehidupanNya, contoh lagi nich di Markus 1 : 35, IA memiliki pergumulan sangat berat Tuhan Yesus bangun masih subuh sekali & IA pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa disana. Begitu juga dalam kehidupan kita, prioritaskanlah DIA supaya hidupmu diberkati.

2. Tinggal di dalam DIA – Yohanes 15 : 1 – 17

Kita semua pernah melihat pohon bukan? Yang berasal dari sebutir benih, bertunas, bertumbuh memiliki banyak ranting, berbunga & berbuah lebat. Pernah ga kamu berpikir “Bagaimana ranting – ranting itu bisa menghasilkan buah?” Nah, ternyata ranting – ranting itu bisa berbuah lebat karena dia tinggal didalam pokok pohon itu. Begitu juga kehidupan kita semua yang harus bergantung pada Tuhan seperti ranting, bergantung pada pokok pohon, supaya hidup kita berbuah. Itulah arti tinggal di dalam Dia / Tuhan Yesus ( Yohanes 15 : 1 – 8 ).


Kalau kita tinggal didalam Tuhan & kebenaran Firman yang kita musti kita lakukan setiap hari, kita pasti akan berbuah sehingga kita menjadi berkat untuk orang lain ( untuk teman – teman, orang tua & lingkungan ). Dengan tinggal di dalam DIA hidup kita akan berbuah. Pasti teman – teman bertanya, buah – buah apa yang harus dilahirkan di kehidupan rohani kita?


aku mau bagikan – sebagai berikut :

a. Buah Pertobatan – Lukas 3 : 8
Hidup kita sebelum kita mengenal Tuhan berada di bawah kutuk dosa, tetapi setelah kita mengaku bahwa Tuhan Yesus adalah Juru selamat kita, Tuhan telah hapuskan seluruh dosa kita oleh darahNya yang dikorbananNya di atas kayu salib. Sebagai orang yang telah diselamatkan, kita harus mengalami pertobatan & menghasilkan buah pertobatan. Arti dari buah pertobatan, yaitu : perubahan hidup kita dari yang lama kepada hidup yang baru. Contohnya nich : dulu kita yang malas, ga pernah kegereja, melawan orang tua, yang suka menyontek, sekarang sudah tidak.

b. Buah Roh – Galatia 5 : 22 – 23
Sesudah kita bertobat, kita sudah berubah, hidup kita telah menjadi milik Kristus. Firman Tuhan katakan, “Barangsiapa menjadi milik Kristus segala keinginan daging & hawa nafsu sudah dipakukan diatas kayu salib, hidup kita nich sekarang dipimpin oleh Roh ( Roh Kristus ) otomatis hidup kita didalam Tuhan menghasilkan buah – buah Roh, seperti : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan & penguasaan diri.
Sehingga waktu kita berada di teman – teman kita, mereka bisa merasakan perbedaan kita yang dulu dengan yang sekarang. Mereka bisa merasakan klo dekat kita tuch, ada damai, ada sukacita, pokonya beda dech dari yang dulu.

c. Buah Pelayanan – Yohanes 15 : 6 – 8
Sudah ada didalam Tuhan ( seperti pada point a & b ), kita rajin berdoa, dan kita rindu bisa melayani Tuhan, dengan contohnya nich, kita pengen banget bawa temen – temen ke gereja, ajak ke Persekutuan Doa remaja, KKR, Seminar, dll. Pokonya yang berbau gerejawi.


3. Transformasi Pikiran – Roma 12 : 1 – 2

Sudah sungguh – sungguh di dalam Tuhan, kita tuh memiliki kerinduan untuk membiarkan Tuhan memimpin hidup kita, nah salah satunya, Firman Tuhan katakan di Roma 12:1-2, mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang sejati. Nich, arti dari persembahkan tubuh sebagai ibadah yang sejati : yaitu menyerahkan roh, jiwa & tubuh kita kepada Tuhan, biar Dia yang memelihara, melindungi hidup kita, termasuk pikiran & hati kita. Waktu kita menyerahkan pikiran & hati kita. Pikiran kita diubahkan, ini arti yang namanya transformasi pikiran.


4. Makin Bertumbuh & Radikal – 1 Timotius 4 : 11 – 16


Sebagai orang yang sudah percaya dan yang sudah mengenal siapa jati diri kita di hadapan Tuhan ( pada artikel yang sebelumnya Yohana Care Ministries sudah membahas siapa jati diri kita …kalo sudah lupa di baca lagi ya artikelnya ^^ ).

Kita jangan merasa diri kita masih muda, apapun statusmu di hadapan Tuhan ( mungkin kita miskin, kaya, besar, kecil ) dihadapan Tuhan semua sama, yang pasti Tuhan mau kita bertindak & komitment di hadapan DIA. Kita tidak perlu takut untuk bertumbuh & memberitakan kepada orang lain, tentang Tuhan. Contohnya : temenmu merokok, nyontek, kamu boleh memberitahu dia langsung dengan baik2, apabila kamu diajak untuk menyontek, dugem / merokok, bergaul tidak benar, kamu harus berani katakan tidak, walaupun dari itu, mereka mengejek kamu & menjauhkan diri dari kamu, yang pasti kamu disayang Tuhan, kamu berkenan di hadapan Tuhan & hidupmu diberkati oleh Tuhan. Itu artinya bertumbuh & radikal.

Contoh lagi nich, dari Alkitab yaitu :

a. Daniel, bagaimana dia mengenal dirinya di dalam Tuhan, Daniel memiliki integritas di dalam kehidupannya & bahkan ia memiliki roh yang luar biasa ( Daniel 6 : 4 ) sehingga raja Darius menempatkan Daniel atas seluruh kerajaannya karena Daniel melebihi dari semua para pejabat tinggi & para wakil raja. Satu hal yang dilakukan oleh Daniel adalah berlutut, berdoa dan memuji Allah ( Daniel 6 : 11 ).

b. Daud, Daud memiliki gairah dalam mencari Tuhan, Daud menangkap sesuatu esensi Tuhan dalam kehidupannya. Kesungguhannya untuk membawa tabut perjanjian ke Yerusalem adalah sebuah bukti nyata tentang gairahnya akan hadirat Tuhan. Tuhan menemukan Daud sebagai orang yang berkenan dihadapanNya ( I Sam 13:14 ). Hal ini dimulai ketika ia masih muda loh, ia seorang anak penggembala yang belajar bagaimana cara menyembah Tuhan & bersekutu dengan Tuhan di ladang. Hal tersebut berkembang dalam perjalanannya untuk mengembalikan tabut perjanjian ke Yerusalem.

Daud pun pernah mengalami kejatuhan di dalam dosa, tetapi ia tidak terlena karena dosa yang ia lakukan. Tetapi Daud menerima teguran, mengakui dosanya dihadapan Tuhan & berpaling kepada Tuhan. Sehingga Tuhan benar – benar berkenan kepada Daud & Tuhan nyata dalam kehidupan Daud.

c. Yusuf. Tuhan sangat menyertai Yusuf & Tuhan sangat melimpahkan kasih setiaNya kepada Yusuf, bahkan segala pekerjaan yang Yusuf lakukan selalu berhasil. Mengapa Tuhan sangat menyertai Yusuf? Yusuf adalah seorang yang takut akan Tuhan. Ketika istri Potifar merayu Yusuf untuk berbuat dosa, ia berkata tidak terhadap dosa & tidak kompromi terhadap dosa. Apa yang Yusuf lakukan? Ia berlari keluar & meninggalkan istri Potifar, salah satu tindakan Yusuf yang sangat berani, karena ia tidak mau berbuat dosa di hadapan Tuhan. ( Kejadian 39 : 1 – 23 )

d. Timotius, seorang Kristen berusia muda yang adalah anak rohani Paulus dalam pelayanan Paulus. Timotius diajar tentang Fiman Tuhan oleh Paulus, sehingga Timotius menjadi murid Tuhan yang militan dan penuh tanggung jawab. Timotius yang sebelum mengenal Tuhan Yesus adalah seorang yang penakut, gagap & pemalu, sesudah mengenal Tuhan, ia menjadi seorang yang baik, takut akan Tuhan, sehingga Tuhan mengangkat dia menjadi seorang gembala jemaat. Sekalipun dalam perjalanan ikut Tuhan, Timotius mengalami banyak penderitaan & tantangan. Tetapi dia diberkati luar biasa.

Kita telah melihat teladan empat tokoh BIBLE juga contoh – contoh yang diberikan, nah bagaimana dengan kita? Yuk, kita sama – sama memiliki kerinduan untuk tinggal di dalam DIA, kalo kita mengalami kekeringan rohani ( up – down ) marilah kita memiliki gaya hidup yang senantiasa rindu untuk kembali berdoa & bersaat teduh. Tuhan berkata, “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu & berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.” ( Matius 11:28 ) Dan DIA pun berkata “.. Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu & minum.” ( Yohanes 7 : 37 ). Keletihan kita dalam menjalani hidup yang bersifat rutinitas, di dalam Dia kita akan memperoleh kembali gairah & semangat untuk mengejar tujuan hidup kita di dalam DIA.

Apakah kita benar – benar haus akan kehadiranNya di dalam kehidupan kita saat ini? Tuhan Yesus adalah sumber yang akan memuaskan kehausan & kerinduan kita. Seperti Yehezkiel, kita harus pergi ke tempat DIA berada dan minum ( Yehezkiel 46 : 1 – 12 ). Mengejar keintiman untuk bersekutu dengan Tuhan, maka kita akan menemukan apa yang kita perlukan, kita akan sepenuhnya menerima, mendapatkan kembali & diampuni. Berpalinglah kepadaNya sekarang & jangan lewati waktu yang kita jalani setiap hari tanpa dengan keindahan persekutuan di dalam DIA nikmati keindahan untuk tinggal di dalamNya, so pasti asyik banget.

(sumber majalah GFresh)

Selasa, 02 Maret 2010

Kesetiaan


"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."

Masalah kesetiaan rasanya sudah berkurang nilai pentingnya di jaman sekarang. Di media kita terus saja melihat para selebritis dalam dan luar negeri kedapatan selingkuh hingga bercerai. Saya malah pernah mendengar suatu komentar dari artis dalam negeri yang malah berbalik menyalahkan Tuhan. "Saya rasa semua ini memang sudah suratan dari Tuhan.." Masa Tuhan menginginkan perceraian? Tuhan tidak pernah menginginkan orang untuk bercerai berai. Tapi begitulah trend di masa sekarang yang tidak lagi menempatkan kesetiaan sebagai sesuatu yang penting. Lagu-lagu dan film-film yang ada pun sejalan dengan perilaku mereka, menganggap perselingkuhan sebagai sesuatu yang wajar dengan berbagai dalih. Jika tokoh-tokoh selebritis memberi contoh seperti itu, tidak heran jika di kalangan masyarakat pun kesetiaan menjadi barang langka hari-hari ini. Sudah terlalu sering rasanya kita melihat orang yang berselingkuh. Sudah tidak harmonis lagi, istri kurang perhatian, cinta lokasi, dan sebagainya, sering diangkat sebagai alasan untuk menghalalkan selingkuh. Malah perselingkuhan bukan lagi didominasi pihak pria. Dari kalangan wanita pun sudah banyak yang berselingkuh.


Tuhan jelas tidak menginginkan perselingkuhan. Malah dengan tegas dikatakan bahwa kesetiaan merupakan salah satu karakter penting yang harus dimiliki setiap anak-anakNya. Paulus menggolongkan kesetiaan sebagai salah satu dari buah Roh. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22). Dalam ayat bacaan hari ini kita bisa melihat pandangan Yesus mengenai kesetiaan itu. "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10). Ini benar adanya. Kita tidak akan bisa setia terhadap perkara besar apabila dalam perkara kecil saja kita sudah gagal untuk setia. Kita harus bisa mulai belajar untuk setia terhadap hal-hal kecil. Belajar menghormati kepercayaan yang sudah diberikan kepada kita, menjaganya dengan baik, walau kecil sekalipun. Jika terhadap suami atau istri, sahabat, keluarga saja kita tidak bisa setia, jika terhadap tempat kerja saja kita tidak setia, bagaimana kita bisa setia kepada Tuhan? Perselingkuhan itu adalah perbuatan keji di mata Tuhan. Bahkan orang yang menceraikan suami atau istrinya dan kemudian kawin lagi dengan suami atau istri lain digolongkan sebagai perzinahan. (ay 18). Jika hal ini saja sudah merupakan pelanggaran besar, apalagi jika kita berkhianat atau "berselingkuh" dengan mempercayai allah-allah lain (huruf kecil) atau roh-roh, arwah-arwah dan sebagainya sementara kita mengaku masih terus berdoa dan rajin beribadah? Tidak bisa tidak, kesetiaan harus dimulai dari hal-hal kecil dalam hidup kita terlebih dahulu.

Amsal Salomo mengatakan "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong." (Amsal 19:22). Lebih baik miskin daripada berbohong atau menipu. Kesetiaan hendaklah ditempatkan pada posisi tinggi dari prinsip hidup kita. Baik kesetiaan terhadap tempat kita bekerja, terhadap pasangan hidup kita apalagi terhadap Tuhan. Kepada Timotius, Paulus menyampaikan agar kita harus selalu berusaha untuk mengejar kesetiaan dalam kehidupan kita ini. "Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan." (1 Timotius 6:11). Belajarlah untuk senantiasa bersyukur. Pasangan hidup anda saat ini adalah yang terbaik buat anda yang telah Dia sediakan untuk kebahagiaan hidup anda. Dengan demikian, setia kepada pasangan hidup anda artinya anda pun menghargai dan bersyukur atas pemberian Tuhan. Ada banyak kesempatan dan dorongan untuk tidak setia atau tidak jujur memang, namun kita harus senantiasa menjaga diri kita agar tidak mudah tergiur dan tergoda untuk tidak setia. Seperti halnya apa yang ditunjukkan Yesus sendiri semasa kedatanganNya di dunia, yaitu setia sampai akhir melakukan kehendak Bapa di Surga, marilah kita semua belajar untuk tetap setia dalam segala hal.


Mulailah setia terhadap hal-hal kecil agar mampu setia dalam hal besar



(sumber renungan harian online)

Keteladanan Dari Seorang Ibu


"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."

Hari minggu kemarin ketika saya bertugas sebagai pengerja, tepatnya sebagai penyambut jemaat yang berdiri di depan pintu, ada seorang ibu yang datang ke gereja sendirian dengan susah payah. Ia menggunakan alat bantu yang biasanya dikenal dengan "walker", yaitu sejenis pegangan 4 kaki dari besi sebagai alat bantu untuk berjalan. Ia tertatih-tatih sendirian melangkah mulai sejak keluar dari lift menuju ke ruang ibadah raya. Meski demikian, ia terlihat sungguh bersuka cita. Senyuman tulus ia arahkan kemana-mana, bahkan berkali-kali ia berhenti menerima salam dari jemaat lain yang ada di sekitarnya. Ini pemandangan yang mengagumkan. Saya berpikir, ketika kita sedikit saja merasa tidak enak badan lalu merasa tidak sanggup untuk pergi ke gereja untuk beribadah, ketika kita lebih memilih untuk sibuk bekerja hingga melupakan hari Sabat yang seharusnya kita pergunakan untuk memuliakan Tuhan bersama dengan saudara-saudara seiman, ketika kita merasa kasur jauh lebih nikmat ketimbang harus repot-repot bangun dan pergi ke gereja, ibu ini penuh suka cita meski kondisinya sedang tidak memungkinkan. Naik apa ia datang? Bagaimana ia berdesakan di dalam lift? Dari lapangan parkir menuju lantai 4, berdesakan, itu tentu berat baginya. Namun ia hadir dengan penuh sukacita. Ia mengucapkan terima kasih dengan senyum yang sangat damai ketika saya membantunya untuk duduk, mengosongkan dua bangku di depannya agar "walker"nya bisa ia letakkan di depannya. Ketika ibadah selesai, ia kembali mengangguk dan mengucapkan terima kasih ketika saya membantu mengosongkan kursi-kursi di sekitarnya agar ia lebih leluasa bergerak. Terima kasih ibu, atas keteladanan yang ibu contohkan hari ini.


Ada begitu banyak alasan bagi kita untuk bolos beribadah di hari Minggu. Terlalu capai seminggu ke belakang, kurang enak badan, tidak ada yang antar, malas pergi sendiri karena teman berhalangan, hujan, sedang banyak tugas, ada teman yang datang dan sebagainya, acap kali kita jadikan alasan untuk memutuskan tidak pergi ke gereja, beribadah bersama saudara-saudara kita seiman. Jika kita sedang dalam kondisi si ibu, akankah kita tetap bersemangat seperti dirinya, atau kita lebih peduli pada rasa malu dilihat orang dengan keadaan kita yang sedang sakit? Ada pula yang berdalih tidak perlu ke gereja, karena Tuhan toh ada di rumah juga. Itu tidaklah salah. Tuhan memang bersifat "omnipresent" alias punya kemampuan untuk hadir di mana-mana pada saat yang sama. Namun bersekutu, beribadah bersama-sama, memuji dan memuliakan Tuhan bersama-sama, membangun relasi dengan saudara-saudara seiman lainnya agar kita bisa saling menguatkan, semua itu tidaklah bisa kita lakukan jika kita hanya memilih untuk beribadah sendirian saja selamanya. Ada kalanya kita lemah, di sana peran teman-teman akan sangat berguna. Sebaliknya ketika teman sedang lemah, ada kita yang bisa menguatkan. Ada firman-firman Tuhan yang akan sangat berguna dalam hidup kita setidaknya untuk menguatkan kita menghadapi pekerjaan atau belajar di sekolah seminggu ke depan. Ada sukacita luar biasa ketika kita bersama-sama memuliakan Tuhan baik dalam pujian atau penyembahan, alangkah sayangnya jika semua itu terlewatkan ketika kita memutuskan untuk melewatkan ibadah ke gereja.

Penulis Ibrani mengingatkan demikian: "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan - pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Berbagai penyesatan, berbagai kesulitan di dunia yang semakin tua ini setiap saat bisa membuat kita lemah. Kita butuh "nutrisi" tambahan agar kuat menghadapi itu semua. Bersekutu, saling support bersama saudara seiman, bersukacita memuji dan memuliakan Tuhan bersama-sama dan asupan firman Tuhan sudah pasti akan membuat kita lebih kuat dan tidak gampang jatuh. Apalagi Yesus sendiri pun mengingatkan bahwa "di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:20).

Pengkotbah mengatakan "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkotbah 4:9-10). Kemudian selanjutnya dikatakan demikian: "Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan." (ay 12). Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Selanjutnya kita bisa melihat pula bahwa ada pelipatgandaan ketika ada lebih dari satu orang yang bersepakat. Kita bisa melihat dalam kitab Ulangan mengenai hal ini. Ketika satu orang bisa mengejar seribu orang, dua orang bukanlah bisa membuat lari dua ribu orang, seperti hitungan matematika biasa, namun dua orang punya kemampuan untuk mengalahkan sepuluh ribu orang! (Ulangan 32:30). Ada pelipatgandaan sebesar 10 kali lipat ketika dua orang bersepakat bersama. Jika dua orang saja sudah demikian besar, bagaimana jika kita beribadah bersama dengan banyak saudara-saudara kita seiman? Iblis tidak akan mampu menggoyahkan kita, karena kita menerapkan hukum Kristus dengan saling dukung, saling bantu, dan bersatu dalam kasih.

Jika ibu yang pincang itu sanggup datang dengan penuh sukacita, mengapa kita tidak? Ibu itu punya kerinduan untuk berjemaat bersama-sama dalam kegembiraan bahwa Tuhan sungguh baik bagi dirinya, meskipun kondisinya sedang dalam keadaan sulit. Luar biasa. Saya kagum dengan semangatnya dan kerinduan hatinya untuk hadir bersekutu dengan saudara-saudara seiman, bersama-sama meninggikan Tuhan, memuji dan menyembah Dia. Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu karena hari-hari ini adalah jahat. (Efesus 5:16). Menjelang hari Tuhan yang sudah semakin dekat, hendaklah kita semakin giat untuk saling menguatkan, salah satunya adalah dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk beribadah bersama-sama. Belajarlah dari keteguhan iman dan semangat dari sang ibu.


Bersekutu bersama akan membuat kita tidak gampang dipatahkan



(sumber renungan harian online)

Minggu, 28 Februari 2010

Ketenangan Hati


“Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang” (Amsal 14:30)

Yang memegang kendali hidup manusia adalah hati; bahagia atau menderita, sehat atau berpenyakit bergantung dari hati. Jika hati tenang, pasti tubuhnya segar, sebab tak ada gangguan untuk menikmati makanan dan menikmati tidur yang nyenyak. Tetapi bila hati penuh dengan dengki, iri, pasti akan membawa bermacam – macam penyakit. Tetapi Allah mengajarkan kepada kita sebuah KASIH; seharusnya hati itu dialiri oleh KASIH KRISTUS. Bila kita diserang badai percobaan, hendaklah hati tetap teguh, karena Tuhan menjadi penolong.


Hati yang gembira adalah obat yang manjur tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. (Amsal 17:22) “Percayalah kepada Tuhan selama – lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal” (Yesaya 26:4) Tuhan sangat berkenan kepada orang yang menaruh percaya kepadaNya. “Yang hatinya teguh Kau jagai dengan damai sejahtera, sebab kepadaMulah ia percaya”. (Yes 26:3)

Hati adalah tempat Roh Kudus bersemayam, oleh karena itu kita harus benar – benar mejaga hati kita. “Orang yang serong hatinya tidak akan mendapatkan bahagia, orang yang memutar – mutar lidahnya akan jatuh ke dalam celaka” (Amsal 17:20). Hati yang curang mendatangkan kesusahan.

Hanya Roh Kudus yang dapat menolong kita untuk menyucikan hati dari segala macam polusi dosa. Kalau kita tak banyak berdoa memohon Roh Kudus dalam mengendalikan hati ini, tentu kita akan gagal untuk dapat menjadi tenang di dalam Kristus. Jadikanlah hatiku tahir, ya… Allah dan perbaharuilah batinku dengan Roh yang teguh! (Mazmur 51:12)


(sumber renungan from surabaya)

Sabtu, 27 Februari 2010

Terima Kasih Bapa


Bapa…
Berada didekapmu hangatlah jiwaku
Engkau sangat mengetahui dalamnya hatiku
Tetesan air mataku, engkau hapuskan dengan kasihMu


Memulihkan dan menyembuhkan luka – luka
Begitu besar KasihMu kepadaku
Kasih setiaMu menyinari hari – hariku


Bapa…
Seiring dalam setiap langkahku
Kau tak pernah meninggalkan aku
Hidupku selalu ada dihatiMu

Terima kasih untuk Cinta KasihMu
Engkau mengajariku arti sebuah persahabatan
Persahabatan yang tak pernah kenal pudar
Untuk mendampingi Pasangan Hidupku


-Thesa-

Kamis, 25 Februari 2010

Relasi Manusia Dengan Waktu


Waktu, Bijaksana, dan Etika
Kita harus mengaitkan waktu dengan bijaksana. Sementara banyak orang hanya mengaitkan waktu dengan pengetahuan, Alkitab mengaitkan 3 hal: waktu, bijaksana, dan etika (time, wisdom and virtue). Paulus berkata,

"Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada." (Kol. 4:5). Di sini waktu digabungkan dengan bijaksana dan etika. Demikian pula di dalam Ef. 5:16 waktu digabungkan dengan etika: "Tebuslah waktu yang ada, karena zaman ini adalah zaman yang jahat." (KJV: 'Redeeming the time, because the days are evil.'). Di dalam Alkitab kita melihat ada kaitan-kaitan tertentu yang tidak terlalu nyata, tetapi kalau kita selidiki (analisa), kita melihat kaitan itu
penting sekali. Seorang yang bijaksana adalah seorang yang mengenal kesucian Tuhan Allah dan takut akan Dia, seorang yang mengetahui bagaimana menegakkan hidup yang beretika dan hidup suci di hadapan Allah. Seorang yang bijaksana adalah seorang yang mengetahui bagaimana menggunakan waktu dengan baik untuk memuliakan Tuhan. Seorang yang menghargai waktu dan mencintai waktu adalah seorang yang mengisi waktu (hidup)nya dengan etika yang sesuai dengan etika ilahi.



Dan seorang yang mengenal Tuhan adalah seorang yang mengetahui bahwa kesementaraannya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Allah yang kekal. Kiranya Tuhan memberikan kekuatan dan kesadaran kepada setiap kita untuk baik-baik memakai salah satu harta yang paling penting yang kita miliki, yakni waktu hidup kita.


Waktu, Kesementaraan, dan Kekekalan. Apakah kesementaraan berkaitan dengan kekekalan? Jikalau kesementaraan berkaitan dengan kekekalan, di manakah kaitannya? Mungkinkah manusia mengerti mengenai kekekalan sejak di dalam kesementaraan atau dunia sekarang ini? Dan apa perlunya kita memikirkan soal kekekalan? Alkitab merupakan buku yang penuh kelimpahan kebenaran dan rahasia memperoleh bijaksana. Di dalam Alkitab kita dapat menemukan hal-hal yang belum pernah dan tidak mungkin dipikirkan oleh filsuf-filsuf yang paling pandai sekalipun, prinsip-prinsip yang tidak pernah bisa dimengerti sekaligus oleh manusia seumur hidupnya yang singkat. Karena firman Tuhan berasal dari bijaksana yang kekal, maka tidak heran kalau di dalam kesementaraan kita tidak dapat mengertinya secara tuntas; kita hanya dapat mengertinya sebagian.


Betapa celaka dan bodohnya orang yang mengejek, mengeritik, dan menghakimi firman Tuhan karena tidak mengertinya secara keseluruhan. Berapa panjangkah hidup kita? Alkitab berkata, "Tujuh puluh tahun, dan kalau kuat delapan puluh tahun, dan yang menjadi kebanggaan kita hanyalah keluhan, kesukaran, dan penderitaan." (Mzm. 90:10). Adakah manusia yang tidak pernah mencucurkan air mata, mengeluh, dan mengalami patah hati di dalam sepanjang hidupnya? Tidak ada! Janganlah kita menjadi orang Kristen, hamba Tuhan maupun jemaat, yang hanya mementingkan ayat-ayat Alkitab yang berkata kalau ikut Tuhan pasti hidup lancar, enak, dan kaya. Itu adalah konsep yang sangat sempit. Alkitab mengajarkan kita jauh daripada itu: Kalau kita mengerti rahasia kebenaran sebagai pangkal atau dasar hidup kita masing-masing dan kita mempunyai sumber bijaksana yang kekal, maka Page 1 of 4 RELASI MANUSIA DENGAN WAKTU - Pdt. Dr. Stephen Tong kita akan dapat menghadapi segala kesulitan kalau Tuhan memberikan penindasan itu kepada kita. Pada hari hari Tuhan menindas kita, kita pun dapat bersuka cita. Pada waktu Tuhan membolehkan kita mengalami kesulitan, kecelakaan, dan segala malapetaka, apakah yang menjadi kekuatan kita menghadapinya? Apakah rahasianya kita boleh mengalahkan semua itu dan tetap menang di dalam hidup kita yang singkat di dunia ini?


Yakni pengertian yang seimbang, stabil, dan utuh akan kebenaran Tuhan. Kita perlu mempunyai iman yang benar kepada Tuhan, sehingga sewaktu di dalam kesementaraan kita sudah menikmati kekekalan, dan kita mempunyai kelonggaran untuk membagi waktu kita dengan baik, sehingga hidup kita tidak dihamburkan dengan sia-sia. Banyak orang sampai pada saat menjelang kematiannya baru sadar bahwa mereka sudah membuang waktu terlalu banyak. Beberapa orang dari Eropa pergi ke Afrika. Di tengah-tengah padang belantara yang panas mereka menjumpai suatu danau kecil. Di dekat danau itu banyak batu-batuan dan mereka menemukan sebilah papan bertuliskan: "Yang mengambil batu akan menyesal. Yang tidak mengambil batu juga akan menyesal." Seorang di antara mereka tidak menggubris perkataan itu. Tetapi, seorang lainnya terus memikirkan apa arti tulisan itu. "Kalau saya membawa batu-batu itu saya akan tahu bagaimana menyesal karena membawanya. Kalau saya tidak membawa, juga akan menyesal, tetapi dengan penyesalan yang berbeda." Akhirnya dia memutuskan untuk membawa sedikit batu-batu itu dan menyuruh yang lainnya tidak usah membawanya. Ada juga orang yang tidak menggubris kalimat itu dan bermain-main berlomba melemparkan batu-batu itu ke tengah danau, dan menganggap mereka tidak akan menyesal karena tidak memikirkan kalimat itu lebih jauh. Setelah kembali ke Eropa mereka menyuruh ahli batu-batuan untuk menyelidiki batu yang dibawa itu. Setelah diselidiki ternyata batu-batu itu adalah semacam Safir yang dari luar nampaknya jelek, tetapi di dalamnya merupakan permata yang sangat indah dan mahal. Yang tidak membawa batu itu menyesal karena tidak membawanya. Tetapi, yang membawa pun akhirnya juga menyesal, karena tidak membawa lebih banyak.


Di dalam cerita itu batu-batu mengilustrasikan waktu. Bisakah kita membawa waktu ke dalam kekekalan, ke dalam surga? Kesementaraan mungkinkah berkaitan dengan kekekalan? Kalau kita bisa mengaitkan kedua hal ini berarti kita orang yang berbijaksana. Bagaimana menyimpan kekekalan di dalam kesementaraan, dan bagaimana membawa kesementaraan ke dalam kekekalan; ini merupakan suatu bijaksana yang luar biasa. Orang-orang biasa hanya menganggap kekal adalah kekal dan sementara adalah sementara. Banyak orang waktu diajak percaya kepada Yesus Kristus untuk menerima hidup kekal sering mengutip perkataan Konfusius:

"Mengenai hidup sekarang saja kita tidak mengerti, mengapa berani bicara tentang sesudah mati?" Banyak orang hanya mau memikirkan tentang hidup sekarang, dan tidak mau memikirkan tentang hidup sekarang, dan tidak mau pikir apa-apa tentang sesudah mati bagaimana; yang penting bagaimana menggarap hidup yang sekarang, mengenai yang akan datang tidak perlu dipedulikan. Ini salah satu sikap manusia yang paling umum di dalam dunia. Mereka tidak pernah memikirkan kemungkinan mengaitkan kekekalan dengan kesementaraan; bagaimana menyimpan kekekalan di dalam kesementaraan dan bagaimana membawa kesementaraan ke dalam kekekalan.


Mengenai hal ini ada perbedaan yang terlalu besar antara binatang dan manusia. Binatang dicipta di dalam kesementaraan dan hanya mempunyai esensi kesementaraan itu saja. Tetapi, manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan di dalam kesementaraan dengan dibubuhi esensi kekekalan, karena manusia telah dicipta menurut peta dan teladan Allah yang kekal. Kita adalah makhluk yang bersifat kekekalan; itulah sebabnya kita sering mendapat kesulitan untuk membagi waktu kita dengan baik, sehingga hidup kita tidak dihamburkan dengan sia-sia. Banyak orang sampai kadang-kadang mengeluh di dalam tubuh yang bersifat sementara. Kita merasa kesal pada waktu melihat wajah dan kulit tubuh kita menjadi kisut. Manusia berusaha untuk senantiasa awet muda, tetapi ini sesuatu yang mustahil. Faktanya kita semakin hari semakin bertambah tua. Rasa kesal karena mengetahui diri kita bertambah tua dan semakin digeser oleh waktu itu timbul dari suatu perasaan kita memiliki kekekalan. Kalau kita tidak memiliki kekekalan, kita tidak akan mempunyai ketidakpuasan dan kesadaran yang negatif terhadap eksistensi kita yang berada di dalam proses waktu yang menggeser kita menjadi tua. Waktu kita mengetahui barang yang kita sayangi rusak, waktu melihat orang-orang yang kita cintai sakit dan meninggal dunia, dan waktu menyadari kita harus menjadi tua, kita merasa susah sekali. Kita merasa tidak senang melihat segala perubahan itu, karena perubahan menggerogoti Page 2 of 4 RELASI MANUSIA DENGAN WAKTU - Pdt. Dr. Stephen Tong ketidakberubahan, kekekalan diancam oleh kesementaraan. Semua itu menimbulkan kerisauan yang tidak habishabisnya di dalam hati (hidup) kita.


Mungkinkah kekekalan berada di dalam kesementaraan? Dan mungkinkah kesementaraan dibawa ke dalam kekekalan? Alkitab menjawab: "Mungkin!" Bukan saja mungkin, tetapi memang harus demikian. Pada waktu yang sudah ditentukan, Allah menciptakan segala sesuatu dengan baik. Lalu Allah memberikan kekekalan di dalam hati manusia. Setelah manusia dibentuk dari debu tanah yang merupakan faktor yang sementara, Allah membubuhi kekekalan ke dalamnya. Karena kekekalan itu berada di dalam diri kita, maka kita mempunyai konsep sejarah, kita memiliki ambisi melawan dan melintasi, bahkan menguburkan sejarah. Tetapi setelah dosa berada (masuk) di dalam sejarah manusia, kesementaraan dan kekekalan tidak mempunyai kaitan yang normal, sehingga terjadi distorsi-distorsi; kadang-kadang kita susah sekali untuk hidup secara sukses. Ini bukan saja terjadi di dalam diri orang-orang ateis atau mereka yang berada di dalam filsafat-filsafat agama lain, tetapi juga di dalam diri orang-orang Kristen yang hidup rohaninya belum beres; mereka selalu mengalami konflik-konflik kesementaraan dan kekekalan di dalam jiwa mereka.


Yesus Kristus pernah memberikan suatu perumpamaan untuk memberikan pengertian hubungan antara kesementaraan dengan kekekalan. Ada seorang bendahara yang tidak jujur (baca Luk. 16:1-9). Bendahara yang tidak jujur itu tahu bahwa tidak lama lagi dia akan dipecat dari kedudukannya. Dia juga tahu, banyak orang berhutang kepada tuannya. Maka, cepat-cepat dia memberikan surat reduksi (keringanan) hutang kepada mereka. Setelah dipecat dari kedudukannya, orang-orang yang dulu pernah mendapatkan pertolongan dari si bendahara itu menerimanya dengan baik. Perumpamaan ini bukan untuk mengajarkan supaya kita meneladani ketidakjujuran dari si bendahara itu. Titik pusat perumpamaan ini adalah si bendahara itu mempunyai kebijaksaan yang luar biasa, yaitu dia mengetahui bagaimana memakai uang yang bersifat sementara untuk mempersiapkan nasibnya yang kemudian. Inti ajaran perumpamaan ini adalah bagaimana mengaitkan kesementaraan dengan kekekalan. Sudahkah kita mempersiapkan kekekalan pada waktu kita masih berada di dalam kesementaraan? Bagaimanakah caranya?
Kematian bagaikan sehelai pintu, menurut perkataan terakhir Sokrates, yang membawa manusia menuju kepada kekekalan. Kematian adalah semacam pintu yang memisahkan, seperti penyeberangan, atau perbatasan dari kesementaraan kepada kekekalan. Orang yang bijaksana adalah orang yang betul-betul mengetahui bagaimana menerima kekekalan sementara berada di dalam kesementaraan; yang bisa membawa sesuatu yang bernilai kekal menuju ke dalam wilayah kekekalan pada waktu mereka masih berada di dalam wilayah kesementaraan. Sehingga di dalam waktu sementara ini mereka menikmati hidup yang kekal, dan di dalam kekekalan mereka menikmati karya yang dikerjakan di dalam kesementaraan.


Di dalam surga tidak ada orang yang menyesal karena menerima Yesus Kristus. Waktu kita menerima Yesus Kristus kita menyesali akan dosa-dosa dan segala perbuatan kita yang melawan kehendak Allah dan yang telah menjauhkan kita dari Dia; ini disebut penyesalan yang tidak mendatangkan penyesalan (unregretable regret) menurut istilah Alkitab. Setelah kita menerima Yesus Kristus di dalam hati kita, kita akan tenang hidup di dalam dunia; dunia yang sementara tidak lagi mengancam kita, sekalipun kita bisa menjadi tua, sakit, bahkan mengalami kematian dan dikuburkan. Kita sudah mempunyai kekekalan di dalam kesementaraan. Kekekalan yang dicipta oleh Tuhan sudah tidak mempunyai arah setelah manusia jatuh ke dalam dosa, tetapi kekekalan ditebus oleh Yesus Kristus mempunyai arah yang tidak pernah berubah. Setelah kita menerima Yesus Kristus,

Paulus menghimbau: "Persiapkanlah dirimu untuk kekekalan." Di dalam kesementaraan mengandung kekekalan dan di dalam kekekalan mengandung kesementaraan. Di dalam waktu hidup kita yang sementara kita menuju kepada kekekalan; apakah yang kita persiapkan untuk itu? Kalau kita hanya melihat dunia sekarang ini dan menikmati segala sesuatu di dalam hidup kita, seolah-olah sesudah mati hidup kita selesai, apakah bedanya kita dengan segala macam binatang? Marilah kita mempersiapkan kekekalan selama kita berada di kekekalan kita akan mengingat kembali dan menikmati apa yang sudah kita lakukan di dalam kesementaraan. Orang yang bisa mengaitkan kesementaraan dengan kekekalan, dan sebaliknya, adalah orang yang bijaksana. Namun, berapa banyak orang yang pada saat-saat terakhir hidupnya, selangkah sebelum menuju kekekalan, baru sadar bahwa mereka telah salah jalan selama di Page 3 of 4 RELASI MANUSIA DENGAN WAKTU - Pdt. Dr. Stephen Tong dalam kesementaraan, tetapi tidak ada waktu lagi untuk kembali. Pada saat langkah terakhir di dalam kesementaraan dan harus menuju kepada kekekalan itu mereka mendadak menjadi orang yang bijaksana. Sudah beberapa buku diterbitkan khusus untuk memberitahukan suara-suara yang tercetus dari orang-orang yang berada di tepi kekekalan; salah satu yang penting berjudul "The Voices From The Edge of Eternity" – Suara suara Dari Tepi Kekekalan. Di tepi perbatasan antara kesementaraan dan kekekalan itu barulah banyak orang yang sadar; salah seorang di antaranya adalah John Stuart Mill (1806-1873), seorang filsuf Inggris. Dia adalah seorang penganut Utilitarianisme yang hanya mementingkan akan keuntungan dan kebahagiaan hidup di dunia;

salah satu motto mereka yang terkenal adalah mencari kebahagiaan sebesar mungkin untuk sebanyak mungkin manusia. Banyak orang, bahkan orang Kristen, secara sadar ataupun tidak, telah terjerumus ke dalam filsafat (pandangan) yang salah ini. Di dalam pandangan ini mayoritas akan menentukan nilai, padahal kadang-kadang kebenaran bukan berada di pihak mayoritas melainkan minoritas dan akhirnya mengalami penganiayaan, tetapi Dia mempunyai kebenaran. Di dalam hidupnya John Stuart Mill selalu berkata, "I never believe in God, in Satan, in heaven, in hell; but only my wife" --Saya tidak percaya akan Allah, setan, surga, neraka; hanya percaya akan istri saya. Namun, sebelum meninggal dia sempat menulis tiga tesis, di antaranya mengatakan:

"Sebenarnya Yesus Kristus merupakan nilai yang tertinggi." Salah seorang lainnya adalah Thomas Scott, politikus dari Inggris. Sebelum menghembuskan nafas terakhir dia berkata: "I never belief in heaven and hell before, but now I believe both, yet it's too late" --Saya tidak percaya ada surga dan neraka, tetapi sekarang saya percaya akan keduanya, namun terlambat. Tidak ada waktu baginya untuk bertobat. Marilah kita mengaitkan hari-hari hidup kita yang pendek di dalam kesementaraan dengan nilai kekekalan menurut janji Tuhan.

Apakah yang bisa kita kerjakan di dalam dunia yang bisa dibawa ke dunia sana? Apa yang bisa kita kerjakan di dalam dunia sementara yang bisa diingat di dalam kekekalan, kerjakan segiat mungkin. Tetapi tidak perlu kita terlalu mencurahkan perhatian, pikiran, dan tenaga terhadap apa yang tidak bersifat kekal. Biarlah hati dan pikiran kita terkonsentrasi hanya terhadap hal-hal yang bernilai kekal, termasuk di dalam penggunaan uang.


Penilaian yang berbijaksana berkaitan dengan pengertian antara bagaimana mengharmoniskan kekakalan di dalam kesementaraan dan kesementaraan di dalam kekekalan; dengan ini kita bisa menuju kepada esensi yang bertahan. Demikian juga di dalam pelayan, pekerjaan, dan segala ucapan-ucapan kita. Kita jangan terlalu banyak memakai waktu untuk memikirkan rencana-rencana yang akan gugur untuk mengucapkan hal-hal yang terus menerus berubah. Tetapi kita harus memusatkan pikiran serta tenaga kita untuk mengerjakan hal-hal yang bernilai, untuk kekekalan, dan untuk kehendak Allah. Dengan demikian kita menjadi orang yang bijaksana.


Jikalau hari ini kita harus berjumpa dengan Tuhan, dan kita harus mempertanggungjawabkan dihadapan- Nya hari-hari yang diberikan kepada kita, siapakah kita? Sudahkah kita mempersembahkan waktu-waktu kita, harta, tenaga, talenta, pikiran, kekuatan, kesehatan, dan segala milik kita di atas mezbah Tuhan?


(Sumber "WAKTU DAN HIKMAT" oleh Pdt. Dr. Stephen Tong, LRII, Jakarta, 1990.)



Rendah hati (Mikha 6: 8)


Rendah hati tidaklah sama dengan rendah diri. Orang yang rendah hati, tidaklah sombong. Tetapi orang yang rendah diri, masih memiliki kesombongan yang tersembunyi.

Rendah hati, rendah diri dan kesombongan bisa digambarkan seperti sebuah gelas besar dengan tiga macam pentutup, yakni tutup kecil, tutup besar dan tutup yang pas. Kemudian ketiga penutup gelas itu dicoba untuk diletakkan secara berurutan sebagai penutup gelas tadi. Tutup gelas kecil yang tidak bisa menutupi gelas, menggambarkan karakter seorang yang minder; tutup gelas yang besar, yang kedodoran menutupi gelas, mewakili karakter seorang yang sombong; Jadi orang sombong itu, kedodoran, berlebihan. Tutup gelas yang pas, yang cocok dengan gelasnya, menggambarkan karakter orang yang “rendah hati”.

jadi orang yang rendah hati itu, Pas dalam menilai dirinya, Pas dalam menilai kemampuannya dan Pas dalam memandang akan orang lain. Dia bukanlah orang yang berlebihan, juga bukan orang yang memandang dirinya kecil. Tetapi dia tepat dalam memandang dirinya, seperti Allah menilainya.


Pada hari ini kita akan mempelajari beberapa hal mengenai kerendahan hati dari Mikha 6:8. Mikha 6:8 menuliskan:"

"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"

Saya akan mengfokuskan kepada bagian terakhir dalam ayat ini, yakni hidup dengan rendah hati dihadapan Allahmu.

Pertama, rendah hati adalah sebuah bentuk karakter yang paling tinggi. perhatikanlah teks Alkitab tadi. Mic 6:8 "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"

Ada tiga karakter yang disebutkan, yakni berlaku adil, mencintai kesetiaan dan terakhir adalah hidup dengan rendah hati. Anggaplah, saudara itu sudah adil, sudah setia, apakah ini sudah cukup? ternyata belum. Harus ada karakter terakhir yakni rendah hati. Kita masih harus berjalan dengan rendah hati, supaya kita tetap bersandar kepada pertolongan Tuhan untuk berlaku adil. Kita masih tetap harus bersandar kepada pimpinan Tuhan agar kita tetap terus mencintai kesetiaan. Kita harus dengan rendah hati menyadari bahwa kita bisa memiliki karakter yang adil dan setia, semata mata karena belas kasihan Tuhan saja. Jika kita tidak lagi dengan rendah hati bersandar kepada Tuhan maka kita akan kehilangan keadilan dan kesetiaan. Atau setelah memiliki karakter yang baik, kemudian saudara menjadi sombong, maka karakter yang baik tadi akan rusak seketika. Itulah sebabnya rendah hati merupakan karakter kunci, atau karakter yang tertinggi. sebab jika tidak ada kerendahan hati, maka tidak akan ada karakter karakter yang baik seperti tadi.

Sdr perhatikan saja, apakah ada orang sombong yang baik? apakah ada orang sombong yang adil? apakah ada orang sombong yang setia? kalau sdr mendapati orang sombong yang baik, maka kebaikannya itu palsu.

Kerendahan hati merupakan karakter kunci dari semua karakter kristiani. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Petrus agar kita mengenakan kerendahan hati sebagai pembungkus dari semua karakter. ( 1 Pet 5:5).

Bukan hanya itu, tetapi jadikanlah kerendahan hati sebagai pembungkus semua milikmu. Kepintaranmu, bungkuslah dengan kerendahan hati. Kekayaanmu, bungkuslah dengan kerendahan hati.

Ada yang mengatakan kalau jadi seleb, mungkin inginnya jadi Anisa Pohan. Alasannya, dia cantik, cerdas, tapi rendah hati meskipun sudah jadi menantu presiden, dan kehidupan cintanya baik - baik saja

cantik perlu, cerdas perlu. namun yang paling perlu adalah rendah hati. Rendah hati membuat seseorang disenangi. Rendah hati seharusnya melingkupi semua kelebihan kita.

Bahkan jika sdr bukan orang kaya, dan bukan siswa yang pandai, kerendahan hati akan membuat orang-orang menghargaimu. Karena inilah kualitas karakter yang paling tinggi.



Siswa Terpintar yang Rendah Hati

Pada tanggal 8-16 juli 2007, Seorang siswa berasal dari Indonesia, namanya Jonathan Pradana Mailoa, berhasil menggondol predikat absolute winner pada Olimpiade Fisika Internasional ke-37 (37th Ipho),

Lewat Jonathan, Indonesia mengakhiri penantian 13 tahun untuk meraih predikat juara dunia pada kompetisi fisika paling prestisius sejagat ini. Lewat anugerah absolute winner, siswa ini menjadi yang terpintar di antara 386 siswa pintar dari 83 negara.

Selain menyabet absolute winner, dan the best in theory, ia juga diganjar predikat The Best ASEAN Student.

Namun, sebuah pesan singkat tiba di HP Jonathan. ''Terus berjuang. Jangan arogan.'' Pesan sms dari kedua orang tuanya di Jakarta. Orang tuanya mengingatkannya gar jangan sombong.

Boleh dibilang Jonathan adalah siswa yang amat rendah hati. Usai dikalungi medali emas di auditorium NTU, Ahad (16/7) silam, Jonathan merasa tak nyaman kesana kemari dengan keping emas bergelantung di dadanya. Ia pun 'menyembunyikan' medali itu. Dia lebih suka memasukkannya ke dalam saku jas.

Usai meraih predikat juara dunia, majalah resmi Ipho ke-37, 'Quantum', menghadirkan sosok Jonathan di headline di halaman tiga. ''I'm just lucky,'' begitu judul yang muncul. Soal sikap rendah hati, Jonathan mengaku diajari keras oleh orang tuanya.

Ketika harian Republika bertanya: Kamu berprestasi sekali, apalagi di ajang olimpiade fisika seperti ini? Pasti kamu jenius.

jawaban Jonatan: Itu kan gara-gara beberapa bulan dikarantina di TOFI. Jadi, saya belajar terus.

Kita melihat anak ini, memiliki kejeniusan. Namun yang luar biasa adalah kepandaian itu, dibungkus dengan kerendahan hati.

Jadikanlah kerendahan hati sebagai karakter mu yang paling penting. Hartamu yang paling berharga

Kedua, kerendahan hati adalah sebuah aktivitas yang konstant. Hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu bisa diterjemahkan: berjalan dengan rendah hati bersama Allah. Berjalan adalah sebuah tindakan yang aktif. Ini artinya, kerendahan hati dinyatakan dalam segala aktivitas kita. Baik itu ketika sdr berada di gereja maupun ketika sdr berada di sekolah. Sdr jangan menjadi orang kristen yang hanya rendah hati di gereja, tetapi sombong nya luar biasa ketika berada di kelas. Itu bukan kerendahan hati yang sejati. Kalau sdr rendah hati hanya ketika membaca Alkitab dan berdoa, tetapi sombong terhadap seorang pengemis, maka itu bukanlah sikap rendah hati seperti yang dimaksud oleh firman Tuhan.

Rendah hati yang alkitabiah itu adalah aktivitas yang kontasn. Firman Tuhan mengatakan: berjalan dengan rendah hati dihadapan Allahmu. Bukan menyembah dengan rendah hati, tetapi berjalan dengan rendah hati. Kita harus menyembahnya dengan rendah hati, namun tidak hanya berhenti sampai disitu, melainkan kita harus berjalan bersama Allah dengan rendah hati. Berjalan berarti, dimanapun saya berada, saya harus rendah hati. Jadi walaupun kita sibuk, kita harus tetap rendah hati.

Sdr ingat kisah Maria dan Marta? Maria duduk dihadapan Yesus dengan rendah hati mendengarkan Yesus berbicara, sedangkan marta sibuk melayani. Lalu apa yang dikatakan oleh marta? dia berkata:" Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."

Apakah kesalahan Marta disini? Dia melayani Tuhan bukan lagi dengan sikap yang rendah hati. Saat itu, dia berperanan sebagai Mrs. atau nyonya Martha. seorang Nyonya adalah seorang ratu dalam sebuah rumah tangga. Martha melayani bukan lagi dengan sikap yang benar. Dia sudah kehilangan kerendahan hati dalam pelayanannya. Kalau dia rendah hati dalam pelayanannya, maka dia tidak perlu marah dan mengatakan :"Tuhan tidak peduli, bahwa dirinya dibiarkan melayani seorang diri. Seharusnya, Marta melayani dengan hati seperti Maria yang rendah hati.

Demikian juga halnya dengan kita. Belajarlah di sekolah dengan sikap yang rendah hati sama seperti ketika sdr berdoa dihadapan Allah. Bergaulah dengan teman-temanmu dengan sikap seperti sdr sedang membaca Alkitab. Atau dkl. rendah hatilah dalam seagala aktivitasmu sama seperti ketika sdr berada dihadapan Allah.

Janganlah hanya kadang-kadang rendah hati. Atau jangan hanya sering rendah hati. Tetapi selalulah rendah hati. Inilah kualitas pengikut Kristus, dimana setiap hari dan setiap saat dia rendah hati dihadapan Tuhan dan dihadapan manusia.

Ketiga, kerendahan hati menuntut kemajuan. Berjalan berarti ada kemajuan. Ketika ssdr berjalan, langkah sdr semakin hari semakin jauh bukan. Rendah hati adalah seperti berjalan. Karena itu, kerendahan hati yang benar, pasti mengalami kemajuan. Orang yang benar-benar rendah hati, tidak akan pernah merasa puas bahwa dirinya sudah rendah hati. Dia akan terus merasa bahwa dirinya harus lebih rendah hati lagi. Dia akan terus melangkah semakin rendah hati. Bila sdr sudah puas dan merasa sudah rendah hati, berarti sdr tidak lagi rendah hati, Sdr sudah jatuh ke dalam dosa kesombongan.



Keempat, Bgaimanakah supaya kita tetap rendah hati? peliharalah hubunganmu dengan Kristus

Kerendahan hati adalah sebuah hubungan yang konstan dengan Allah. Perhatikanlah bahwa kita diberitahu agar hidup dengan rendah hati dihadapan Allah. Tidak ada gunanya berjalan dengan rendah hati tetapi jauh dari Allah. Ada orang yang sangat sombong dengan kerendahan hatinya. Mereka begitu rendah hati, sehingga mereka dengan sombong tidak merasa perlu untuk menerima anugerah keselamatan dari Kristus, dan menganggap diri mereka sudah rendah hati. Iitu merupakan kerendahan hati yang jahat, bukan berasal dari Allah. Kerendahan hati yang paling tinggi dan paling benar adalah kerendahan hati yang berjalan bersama dengan Allah.

Ingatlah apa yang dikatakan oleh Ayub:

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Job 42:5

Job 42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

Kapankah Ayub bisa merendahkan diri seperti ini? setelah dia mengenal Allah lebih dalam lewat penderitaannya. Dekatnya hubungannya dengan Allah membuatnya semakin merendahkan diri dihadapan Allah.

inatlah juga akan Abraham ketika dia memohon pengampunan untuk Sodom dan Gomora.

Gen 18:27 Abraham menyahut: "Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu.

Abraham menyadari bahwa dirinya berdosa, dirinya tidaklah berarti apa-apa. Ini kerendahan hati. Kerendahan hati seperti ini, diperoleh karena apa? Apakah karena jauh dari Allah? tidak. Abraham bisa menyadari dirinya debu dan abu, karena dia berbicara sangat dekat dengan Tuhan.

Baik itu Abraham, maupun Ayub, bisa menyadari kerendahan nya karena dekat dengan Allah. Saudara bisa merasa dirimu sangat besar, seperti yang engkau mau, jika saudara jauh dari Allah. Namun ketika saudara dekat dengan Allah, maka saduara akan melihat dirimu tidak berarti. Saudara akan memiliki kerendahan hati yang sejati. Hubungan dengan Allah merupakan sebuah alat untuk mengukur kerendahan hati kita. Semakin saudara dekat dengan Allah, maka saudara akan semakin rendah hati. Sebaliknya, jikalau saudara semakin jauh dari Allah, maka kerendahan hatimu akan semakin berkurang. Orang-orang yang dekat dnegan Allah, pasti merupakan orang yang rendah hati. Oleh karena itu berjalanlah besama Allah. Milikilah sebuah hubungan pribadi dengan Allah yang semakin hari semakin erat, supaya sdr semakin rendah hati.

Kita tidak mungkin berjalan dengan Allah dalam kesombongan. Kita pasti akan berjalan bersama allah dalam kerendahan hati. Sdr kalau berjalan bersama derngan temanmu yang lebih jelek, dengan yang lebih miskin, sdr mungkin bisa berjalan bersamanya dengan sombong. ah.......saya khan lebih cakep, lebih kaya dari dia. Tetapi kalau sdr berjalan bersama dengan miss indonesia, atau miss World atau dengan artis, saya yakin sdr akan berjalan dengan rendah hati. Bahkan mungkin lebih buruk dari itu, yakni berjalan dengan minder.

Berjalan bersama Allah, akan membuat sdr berjalan dengan rendah hati. Yang terbatas berjalan bersama dengan yang Tak Terbatas. Itu saja sudah akan membuat sdr menyadari bahwa dirimu tidak berarti apa-apa.

Hubungan yang konstan dengan Allah akan membuat sdr hidup dengan rendah hati. Dialah yang membuat kita rendah hati. Dia akan membuka pikiran kita untuk menyadari akan kesombongan kita. Dia akan membuka pikiran kita untuk melihat bahwa betapa banyak orang yang lebih dari kita.

• Sdr jangan memandang rendah seorang penjual bubur. Penjual bubur otong di Jl. sudirman, punya mobil BMW.

• Sdr jangan memandang rendah tukang sotomi. Ada Tukang soto mie yang anaknya sudah semester 6 di Kedokteran,.

• Sdr jangan memandang rendah tukang ikan asin. Ada anak tukang ikan asin, kuliah di managemen bisnis Universitas Gajah Mada.

• Bahkan ketika saya remaja dulu, seorang tukang becak langganan kami, sedang kuliah di Fk. hukum

Semua itu dapat dipakai Tuhan untuk menyadarkan kita agar hidup dengan rendah hati. Hubungan dengan Tuhan, akan menolong kita untuk melihat betapa banyak orang yang lebih hebat, sehingga kita bisa terus hidup dengan rendah hati. Hubungan dengan Tuhan akan menyadarkan diri sdr bahwa kita ini tidak ada apa-apanya.

Bahkan pengemis pun sdr tidak akan pandang rendah kalau sdr berjalan bersama dengan Tuhan.

• ada seorang pengemis di pintu masuk kampus Universitas Pajajaran Bandung, terlihat kantung duitnya sudah penuh....

• Lalu seorang ibu bertanya kepadanya: " mang...koq masiiiih saja mengemis dari dulu ? itu duitnya udah segembolan , koq belum pulang ?

• ....yaaaah, bu, kan buat anak cucu.........

• Emang anak mamang dimana gitu ?

• Anak mamang ? Ada yang di ITB, ada yang di Unisba, ada yang di Maranatha, bahkan ada yang di IPB Bogor dan UI Depok..........

• si mamang gaya.....kuliah apa anak anaknya mamang teh kitu ?....

• Aaaah, engak kuliah bu.....kerjanya mengemis sama seperti saya.

Pengemis ini punya anak banyak yang semuanya pengemis juga di berbagai perguruan tinggi.

bagaimanakah pandangan sdr terhadap pengemis seperti ini dan banyak pengemis miskin lainnya di jalan? Aapakah sdr merasa dirimu lebih tinggi, lebih hebat dari mereka.

Bagaimana supaya sdr bisa tetap bersikap rendah hati terhadap mereka? mudah. Peliharalah hubungan yang konstan dengan Allah. Dia akan membuat sdr rendah hati, dimanapun itu dan kapanpun itu.

Berjalanlah dengan rendah hati bersama Allah. Kita hanya bisa rendah hati ketika kita berjalan bersama dengan Kristus. Jikalau selama ini, sdr merasa sangat sulit untuk mengalahkan kesombonganmu, dan sdr sangat ingin hidup dengan rendah hati. Datanglah kepada Kristus. Dia akan menolongmu untuk rendah hati. Yesus sangat mudah menolong kita untuk rendah hati, karena Dia akan membuat kita sadar bahwa kita ini tidak ada apa-apanya. Dia akan membuat kita sadar bahwa kita ini berdosa, dan sangat membutuhkan Kasih anugerah Nya. Dan ketika Tuhan Yesus telah memberikan anugerah keselamatan buat sdr, maka sdr pasti akan rendah hati. Bagaimana mungkin kita bisa sombong lagi, kalau kita menyadari bahwa keselamatan yang kita miliki, dan bahkan hidup dan segala sesuatu yang kita miliki adalah dari Tuhan Yesus? Seperti yang dikatakan oleh firman Tuhan:

" 1Co 6:20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Kerendahan hati menurut Kitab Suci adalah buah dari anugerah, bukan buah dari rasa takut. Kasih Allah-lah yang rnembuat manusia sungguh-sungguh rendah hati. Jika kita melihat kasih Allah, yang panjang, lebar, tinggi dan dalam, dan sudah mengalami kasih itu, maka hati kita akan direndahkan oleh pengetahuan bahwa Allah sangat mengasihi kita

Kerendahan hati bukan berarti merasa kecil dan tidak berguna seperti perasaan rendah diri. Kerendahan hati adalah merasa betapa besar dan mulianya Allah, yang sangat mengasihi diri sdr. Oleh sebab itu, cara untuk rendah hati, hanya ada satu jalan, yakni datanglah kepada Kristus. Berjalanlah bersama dengan Dia, hari demi ke sehari. Berjalanlah bersama Kristus baik itu ketika di sekolah, maupun ketika di rumah dan ketika di gereja atau di jalan. Dengan berjalan bersama Kristus, maka sdr akan ditolong menyadari ketidklayakan dirimu. Sdr akan dibukakan untuk bisa melihat bahwa sdr itu tidak ada apa-apanya. sehingga sdr bisa menjadi seorang siswa kristen yang rendah hati.

(sumber Yohannis Trisfant, MTh.)