Sabtu, 20 Februari 2010

Iman Yang Melihat Tahta Di Atas Tahta


Karena iman, Musa meninggalkan Mesir dengan tidak takut kepada Firaun. Kalimat yang sangat pendek ini menyatakan kebesaran tindakan Musa. Siapakah Firaun? Orang yang paling berkuasa di seluruh muka bumi. Mengapa Musa tidak takut kepadanya? Karena Musa melihat adanya kuasa di atas kuasa, tahta di atas tahta, kerajaan di atas kerajaan. Inilah ciri khas para nabi, para hamba Tuhan yang melayani Tuhan. Karena dia menyaksikan adanya tahta di atas tahta, maka dia tahu, tahta dunia adalah tahta yang sementara. Suatu hari nanti, penguasa yang duduk di atas tahta dunia akan turun, karena kuasa yang dia miliki bukanlah kuasa yang kekal. Maka Musa bertekad menjalankan kehendak Tuhan, Raja di atas segala raja, dengan tidak takut.

Sejarah membuktikan bahwa apa yang Musa lakukan itu benar adanya: di manakah Firaun sekarang? Tidak ada lagi. Di manakah pengaruh Musa? Terus berlangsung di dunia. Hal itu mengajarkan kepada kita bahwa di suatu zaman, ada orang yang memiliki iman dan visi yang menerobos semua zaman. Inilah yang kita pelajari dari Alkitab. Musa bukan memandang pada kuasa, kemuliaan, kehormatan, atau kekayaan dunia yang sementara, melainkan melihat apa yang mungkin dia capai, yang dapat memberi pengaruh kekal di dalam sejarah. Musa melihat ada kehendak Allah yang jauh lebih tinggi daripada kehendak Firaun, ada tugas dan mandat yang Allah percayakan kepadanya. Hal-hal seperti inilah yang dari zaman ke zaman membuat adanya orang-orang yang mengaitkan diri mereka dengan rencana Allah yang kekal, yang tidak mungkin digeser oleh pentas politik yang ada di dalam sejarah. Karena siapakah raja-raja yang mewarisi kerajaan-kerajaan besar di dalam sejarah? Tak lain hanyalah keturunan orang berdosa yang secara 'kebetulan' dilahirkan di dalam keluarga kerajaan, sehingga mereka mewarisi kedudukan yang tinggi. Namun hanya orang-orang yang tahu akan kuasa Tuhan yang kekal sajalah yang tidak akan silau terhadap kuasa dunia.
Page 1 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

Kekekalan yang Melampaui Kerjaan dan Tahta Dunia Suatu kali, Beethoven, si musikus, dan Goethe, si sastrawan, yaitu dua tokoh besar di dalam sejarah dan kebudayaan Jerman, berjalan-jalan sambil berdialog di suatu taman di Wina, Austria. Tiba-tiba terdengar suara yang ramai, sehingga mereka berdua berhenti berbicara sambil memncari tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi. Ternyata Rudolf, Pangeran Austria masa itu, melintas dengan mengendarai kereta emas dengan rodanya yang begitu indah. Dan semua orang mengelu-elukannya: "Rudolf, Rudolf!" Mengetahui itu, Goethe segera meninggalkan Beethoven, berjalan ke depan untuk menantikan Pangeran lewat, diapun segera memberi hormat kepadanya. Sedangkan Beethoven, tidak seperti orang-orang lain yang begitu mendengar keramaian langsung mencari tahu, karena dia tetap duduk di sana dengan tenang.
Setelah Goethe memberi hormat kepada Pangeran Rudolf, Pangeranpun balas memberi hormat kepadanya, karena sastrawan besar yang berdiri di depannya ini pernah menjadi gurunya. Selesai Sang Pangeran membalas hormat Goethe, dia melihat Beethoven ada di sana. Di luar dugaan semua orang, Sang Pangeran justru turun dari kereta kudanya, menghampiri Beethoven dan memberi hormat kepadanya. Beethoven pun balas memberi hormat kepada Pangeran. Padahal Goethe, penulis Faust, dan Beethoven, penulis Symphony No. 9, sama-sama adalah tokoh yang agung, tetapi mereka berdua sangat berbeda: Goethe memberi hormat kepada Pangeran, Beethoven justru menerima hormat dari Pangeran.
Setelah Pangeran kembali ke kereta dan meninggalkan keduanya, mereka melanjutkan pembicaraan. Goethe bertanya, "Mengapa tadi kamu tidak memberi hormat kepada Pangeran, tapi Pangeranlah yang menghampirimu dan memberi hormat kepadamu?" Jawabnya, "Orang yang seperti Rudolf sering ada, namun orang yang seperti saya jarang ada. Rudolf menjadi Pangeran, orang ternama, karena dia dilahirkan di dalam keluarga kerajaan, dia mewarisi semua itu secara otomatis; sedangkan saya, Beethoven menjadi ternama bukan karena saya mewarisinya dari orangtua. Kesuksesan saya bukan saya peroleh secara otomatis melainkan melalui perjuangan yang berat. Itu sebabnya saya rasa saya tidak perlu menghampiri dan memberi hormat kepadanya. Karena orang yang seperti Rudolf memang banyak, tapi Beethoven hanya satu."
Saya sangat terkesan dengan tulisan itu, karena di sana tersimpan pengertian dan kesadarannya tentang I am myself, I gain my own respect, I achieve my own success, I struggle until today. Siapa itu raja, Pangeran, orang yang berkedudukan tinggi di istana? Mereka hanyalah orang-orang yang mewarisinya dari keluarga mereka. Suatu kali, Beethoven mengajukan dispensasi, dan di akhir surat permohonannya dia membubuhkan tanda tangan "Ludwig von Beethoven". Dalam kebudayaan Jerman terdapat dua jenis nama: van (keturunan bangsawan) yang dihormati dan von (identik dengan istilah from dalam bahasa Inggris), yang tidak terhitung apa-apa, selain sekadar menandakan dia berasal dari kota mana. Surat petisi Beethoven itu ditolak, karena dia menyandang nama von bukan van. Namun sekarang ini, suapa yang peduli penyandang nama van adalah orang yang berasal dari istana atau keluarga bangsawan? Tidak ada. Meski Beethoven tidak memiliki darah bangsawan, juga tidak mewarisi kedudukan dari kerajaan, namun dia telah menjadi orang yang lebih mulia ketimbang raja-raja di Jerman. Adakah yang masih mengingat raja-raja seperti Pangeran William atau Rudolf? Tidak. Namun seluruh dunia, tidak peduli bangsa apapun, mengingat Beethoven, karena semasa hidupnya dia telah
mencapai sesuatu yang melebihi apa yang telah dicapai kerajaan. Yang paling ironis adalah: waktu Jerman berperang dengan Perancis, sebelum orang Perancis maju berperang, mereka memperdengarkan lagu-lagu Beethoven (yang adalah orang Jerman) terlebih dahulu. Meski kedua bangsa itu bermusuhan, tapi waktu mendengar lagu-lagu Beethoven, orang Perancis mendapat semangat untuk berperang. Ini membuktikan adanya unsur yang melampaui zaman, tempat, waktu, kerajaan dan kuasa dunia. Unsur itulah yang ditangkap oleh semua nabi yang memampukan
Page 2 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

Mereka memandang segala sesuatu yang di dunia ini, termasuk tahta raja, sebagai sesuatu yang sementara adanya, tapi yang ada di sorga, sebagai sesuatu yang kekal adanya. Di manakah Suharto, Habibie, Gus Dur? Sudah tak berada di atas tahta. Semua mereka hanya berkuasa untuk sesaat, demikian juga suatu hari nanti Megawati pun akan turun tahta. Namun Tuhan kita tidak pernah turun dari tahta-Nya, amin?
Pada waktu saya berkhotbah kepada dua puluh dua ribu orang di Manila dengan tema "The Delivery of God in the Time of Crisis" (Pertolongan Tuhan di Masa Krisis) saya berkata: the whole country of Philippines, starting from the top, the President, until you, the people: the whole nation should repent. Saat itu, Filipina memang sungguh-sungguh berada di dalam krisis. Enam buah universitas yang paling bergengsi di negara itu sudah dibeli oleh orang-orang dari TM (Transcendental Meditation). Bayangkan, universitas-universitas negara Katholik itu dibeli oleh orang India yang beragama Hindu campur Mistis. Yayasan yang memilikinya berhasil menjual satu-persatu universitas - universitas itu di bawah tangan. Korupsi di negara itu begitu hebat, sementara rakyat hidup menderita. Di saat seperti itulah saya menyampaikan khotbat: seluruh bangsa Filipina, mulai dari Presiden sampai rakyatnya, harus bertobat, karena tanpa bertobat tidak ada pertolongan dari Tuhan.
Di sela-sela khotbah yang berlangsung selama lima puluh menit itu, berulang-kali terdengar tepukan tangan yang meriah, bahkan ada beberapa kali saya harus berhenti berkhotbah. Khotbah itu bahkan diliput oleh FEBC dengan sangat profesional. Di akhir khotbah, saya memanggil orang bertobat dan sungguh-sungguh berdoa bagi Filipina, ada 2.462 orang yang maju ke depan. Itulah salah satu rekor yang saya capai, dimana ada ribuan orang bertobat di dalam satu kebaktian.
Seusai khotbah, panitia yang terdiri dari orang Filipina, orang Amerika dan beberapa negara lainnya itu mendatangi saya dan berkata: "Stephen, we are going to cut off some sentences in your sermon." Saya bertanya, "What part?" Jawab mereka, "When you say the president should repent, that sentence is very dangeraous, karena khotbah Bapak akan disiarkan ke seluruh Filipina melalui Channel 4 (yaitu channel yang sangat terkenal di Filipina)." Saya lalu bertanya lagi "Is that sentence wrong?" Jawab mereka "There is nothing wrong. But you should know that he is a President" Saya menjawab, "I know, why could I not tell the President to repent?" Mereka menjawab "You are going to come here again, right?" Akhirnya saya menjawab "Up to you, you'll be responsible to God" Dan jawab mereka, "Ok, we are responsible to God" Dan jawab mereka, "Ok, we are responsible to God. We are going to cut it off, because next time you will come again, probably he is no longer a President." Aggota panitia itu menjawab, "Ok, he has been there for more than twenty years." Tapi saya membalas, "My God has been there for thousands of years." Akhirnya mereka tetap memotong bagian itu dan bertanggung jawab kepada Tuhan. Jika hari itu mereka tidak memotong, dan waktu khotbah itu disiarkan, Marcos mendengarnya dan bertobat, mungkin dia tidak mengalami nasib yang begitu tragis.

Cara Tuhan Bekerja, Sangat Berbeda Dari Cara Manusia
Memanggil orang untuk bertobat adalah intisari, semangat, dan prinsip dari semua nabi yang diutus Tuhan. Pada saat nabi-nabi dipanggil, mereka adalah orang-orang kecil, remeh, hina, dan sederhana. Begitu juga saat Raja Daud dipanggil, dia adalah anak yang paling kecil di keluarganya. Samuel berkata kepada ayah Daud, "Panggillah semua anakmu kemari." Isaipun memanggil anaknya yang sulung, yang kedua, yang ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh dan katanya, "Semua anakku sudah ada di sini." Tapi setelah Samuel memandang anak sulungnya, hatinya berkata 'no', begitu juga dengan anaknya yang kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh. Hatinya selalu berkata 'no'. Isai mengira anak yang bakal menjadi raja tentu adalah anaknya yang sudah besar, tetapi cara Tuhan memandang berbeda.
Page 3 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

Tuhan berkata kepada Samuel, tanyakan kepadanya, "Masih adakah anak yang lain?" Jawab Isai, "Ya, masih ada seorang anakku di ladang, tapi dia masih kecil". Kata Samuel, "Coba panggil dia!" Tuhan dapat saja memanggil anak yang paling kecil untuk melakukan perkara yang paling besar, karena itu jangan meremehkan anak kecil. Kadang-kadang kita berpikir, inilah anakku yang paling penting, paling berguna, tapi Tuhan dapat saja berkata, "Tidak, Aku mempunyai rencana lain". Itulah yang terjadi pada Daud ketika dia masih remaja. Kata ayahnya, "Dia adalah anak yang paling muda, untuk apa dipanggil pulang?" Tapi kata Samuel, "Panggil saja dia pulang." Isaipun taat. Begitu Daud pulang, Samuel memandang Daud dan Daud memandang Samuel, dan Tuhan berkata di dalam hati Samuel, "Inilah orang yang Aku pilih untuk menjadi Raja, mengganti Saul yang tidak setia." Samuel pun menuangkan minyak ke atas kepala Daud; mengurapinya. Namun Daud masih harus menunggu puluhan tahun sebelum ia naik tahta.

Cara Tuhan bekerja memang sangat berbeda dengan cara manusia.
Pada saat Tuhan memanggil Daud yang paling kecil, yang paling muda dan yang paling lemah di antara saudaranya, Daud sadar bahwa dirinya tidak layak. Sikap inilah yang membuat dia dilayakkan. Barangsiapa merasa dirinya layak, Tuhan tidak melayakkan dia, sebaliknya, barangsiapa merasa dirinya tidak layak, Tuhan akan melayakkan dia. Daud berkata, akulah yang paling kecil di antara kaum keluargaku, aku tidak layak menjadi raja. Dia menuliskan di dalam Mazmur: "Tuhan, aku tidak layak, mengapa Kau memanggil aku?" Lalu Tuhan berfirman kepadanya dan selesai Tuhan berfirman, Daud mulai menyadari bahwa ini adalah anugerah Tuhan, "Aku tidak boleh melupakan, membuang atau mengabaikannya begitu saja".
Maka katanya, "Tuhan, biarlah keturunanku turun-temurun menjadi raja, tak seorang pun yang tidak naik tahta." Dengan lain kata, keturunannya akan terus menjadi raja. Bukankah tadinya dia merasa tidak layak, mengapa sekarang malah meminta Tuhan membuat keturunannya terus duduk di atas tahta? Karena dia sudah menangkap apa yang Tuhan kehendaki. Apakah unsur iman yang membawanya datang kepada Tuhan? Tuhan selalu mengangkat orang yang remeh, yang hina, yang merasa dirinya tidak layak untuk melakukan pekerjaan-Nya.
Musa adalah seorang bayi yang dibuang ke sungai, tapi Tuhan memakainya untuk melakukan pekerjaan yang luar biasa. Waktu Musa dipakai oleh Tuhan, sama halnya seperti nabi-nabi lain, dia tahu bahwa dia sedang menjalankan pekerjaan Tuhan. Karena itu dikatakan di Ibrani 11, bahwa dia tidak takut pada kemarahan Firaun.

Cara Tuhan Mendidik Musa, Sebelum Memakainya
Perhatikan: Musa dua kali meninggalkan Mesir. Kali pertama, saat dia berumur empat puluh tahun, setelah dia membunuh seorang Mesir, sehingga ia merasa ketakutan dan meninggalkan Mesir. Kali kedua, Tuhan mengutus dia kembali ke Mesir untuk menghadap Firaun dan memintanya membebaskan seluruh bangsa Israel keluar dari Mesir. Kali itu, usianya sudah delapan puluh tahun. Riwayat hidup Musa dapat dibagi menjadi tiga kali empat puluh tahun: empat puluh tahun yang pertama dia hidup di istana, empat puluh tahun yang kedua dia hidup di padang belantara, dan empat puluh tahun terakhir dia hidup bersama orang Israel di padang belantara. Empat puluh tahun ditambah empat puluh tahun ditambah empat puluh tahun sama dengan seratus dua puluh tahun - itulah umur Musa. Empat puluh tahun yang pertama dia belajar di istana, menikmati kekayaan, kemuliaan, kehormatan, dan mempelajari semua ilmu pengetahuan di Mesir. Ini bukan kalimat bualan atau omong kosong melainkan kalimat yang tertulis di Kitab Suci, yaitu wahyu yang Roh Kudus berikan kepada penulis Kisah Para Rasul. Musa telah mempelajari semua ilmu orang Mesir di kerajaan terbesar dengan
Page 4 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

kuasa yang terbesar. Dia mempelajari astronomi, aristektur, fisika, dan ilmu-ilmu tertinggi di zamannya. Musa dibesarkan di negara yang paling penting, yang memiliki peninggalan Piramida. Bahkan sampai hari ini kita mengakui kebudayaan Mesir tak tersaingi oleh kebudayaan manapun. Di sanalah dia mendapatkan semua pengetahuannya. Di masa itu, dia merasa "I am something, saya hebat, saya penting".
Tapi Tuhan memukul dia, dan membiarkan dia berada di padang belantara selama empat puluh tahun. Saat itulah dia sadar: "Actually I am nothing". Setelah dia mempelajari pelajaran "I am nothing" selama empat puluh tahun, barulah panggilan Tuhan tiba atas dirinya: "Aku akan memakaimu. When you say you are nothing, that is the time when I want to use you. When you say I am something, I am going to train you, to discipline you and to cast you out". Di masa empat puluh tahun yang terakhir, dia memimpin orang Israel. Barulah dia sadar bahwa pengetahuan yang dia miliki tak terpakai, bahwa semua ilmu yang dia pelajari berbeda dengan hal rohani.
Kadang kita kira kita sudah pandai berbisnis, maka kita melayani pekerjaan Tuhan dengan cara bisnis. Namun saya ingatkan itu: itu berbahaya! Kadang kita masuk ke jalur pelayanan rohani dengan bekal sistem organisasi dunia, memimpin hal rohani dengan administrasi dunia. Namun saya ingatkan: itu berbahaya! Jendral Simatupang berkata kepada saya: "Untuk membereskan TNI, saya hanya membutuhkan tiga tahun, tapi untuk membereskan PGI, sudah tiga puluh tahun masih belum beres."
Ternyata, soal rohani tidak terlalu mudah untuk diurus. Gereja berbeda dengan masyarakat, memimpin orang Kristen berbeda dengan mempimpin tentara yang sudah memiliki peraturan, di mana hanya dengan disiplin semuanya akan berjalan dengan baik. Tetapi mengurus hal rohani begitu sulit.
Maka selama empat puluh tahun Musa memimpin orang Israel, berapa banyak air mata, keluh kesah, kesusahan yang dia alami, tak seorangpun yang tahu. Dia hanya dapat datang kepada Tuhan dengan berkata, "Inilah umat-Mu, umat-Mu berbuat ini, berbuat itu terhadapku." Jawab Tuhan, "Kau mendapat kesulitan dari umat-Ku? Oke Aku binasakan mereka dan jadikan keturunanmu kerajaan yang lebih besar dari mereka." Bagaimana reaksi Musa? Adakah dia berkata, "Kerajaanku? Kau akan membinasakan mereka dan menjadikan keturunanku sebagai the kingdom of Moses? Inilah kesempatan bagus bagiku untuk menjadi besar. Ini ide yang bagus Tuhan, bunuhlah mereka agar anak cucuku dapat membangun kerajaan"? Tidak! Mungkinkah keturunan Musa tak serusak orang-orang sezamannya? Mungkin. Tapi apa kata Musa? "Jangan Tuhan, jangan binasakan mereka. Kalau Kau tidak mendengar permintaanku, coretlah namaku dari kitab hayat-Mu; bunuh saja aku."
Musa tidak pernah menghendaki keluarganya jaya dan orang lain binasa. Itu sebabnya Alkitab mengajarkan dengan jelas, Musa adalah orang yang setia di seluruh keluarga Israel. Kalimat yang tercatat di surat Ibrani itu sudah kita bahas dua tahun yang lalu. Waktu Tuhan melihat hati Musa begitu mencintai umat-Nya, maka Dia tidak jadi membinasakan Israel. Tetapi Musa belajar satu perkara: I am not able, I am not capable, I am not good enough, I am not powerfull enough to guide this people. Umat Tuhan sangat sulit dipimpin, karenanya selama empat puluh tahun dia belajar tentang "I am nothing, only God is everything". Siang malam dia bersandar kepada Tuhan, meski dia begitu sering menerima sungutan dan caci-maki. Dia dilawan, diejek, dan ditolak oleh bawahannya, tapi bagaimana akhirnya? Waktu Musa mati, orang Israel menangisi dia selama puluhan hari untuk mengingat pimpinannya. Inilah pemimpin rohani: waktu dia hidup, dia ditolak, diejek, dilawan, dan dia menderita, tapi setelah dia mati barulah orang mengingat kebaikannya.
Para penafsir mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pertanyaan apakah Ibrani 11 ayat 27 di atas mengacu pada kali pertama atau kali kedua Musa meninggalkan Mesir. Awalnya Musa tinggal di istana, tapi kemudian, karena dia membunuh orang Mesir, dia meninggalkan istana. Itulah kali pertama dia meninggalkan Mesir. Kali kedua dia meninggalkan Mesir dengan memimpin bangsa Israel, dan saat itu dia harus berhadapan dengan Firaun. Firaun mendapat sepuluh tulah dari Tuhan. Maka ayat: 'Karena
Page 5 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

iman, Musa meninggalkan Mesir dengan tidak takut pada kemarahan Firaun' ini mengacu pada kali pertama atau kali kedua dia meninggalkan Mesir? Secara logika, ayat ini tidak mengacu pada kali pertama dia meninggalkan Mesir, karena kali itu dia pergi sebab takut dibunuh orang Mesir. Ayat itu sepertinya mengacu pada kali kedua dia meninggalkan Mesir, karena kali itu dia membawa serta seluruh bangsa Israel. Jumlah pria, tak termasuk wanita dan anak-anak, adalah enam ratus orang. Ini adalah migrasi terbesar di sejarah. Long march yang dipimpin Mao Tse-Tung hanya menempuh jarak seratus ribu kilometer dalam waktu sepuluh tahun, dan jumlah pengikutnya pun sedikit, tak dapat dibandingkan dengan Musa. Di manakah kita dapat menemukan pemimpin yang sebesar Musa? Adakah orang yang memimpin seluruh bangsanya keluar dari tempat perbudakan seperti Musa? Tak pernah ada di sejarah. Seperti disebut di atas, ada penafsir yang berpendapat bahwa ayat 27 bukan berbicara tentang kali kedua, melainkan kali pertama Musa meninggalkan Mesir. Mengapa? Bukankah kali pertama dia meninggalkan Mesir karena dia baru saja membunuh orang Mesir dan takut ditangkap? Tapi tertulis di sini, dia meninggalkan Mesir, karena dia tidak takut pada Firaun. Mengapa dia tidak takut kepada Firaun? Karena dia tahu, Mesir bukan rumahnya, agama orang Mesir bukan agamanya, Mesir bukan tempat yang kekal, di mana dia boleh melayani Tuhan. Maka dia berkata: aku mau meninggalkan tempat ini. Lalu mengapa dia berani membunuh orang Mesir? Justru karena dia tidak takut pada Firaun. Karena dia tahu, Tuhan lebih tinggi daripada orang Mesir. Sayangnya, dia melayani Tuhan dengan cara nafsu, cara kedagingan, cara duniawi. Dia menyaksikan orang Mesir berani menyiksa bangsanya, maka dia membunuh orang Mesir itu. Kalau saja Musa setiap hari membunuh satu orang Mesir, berapa banyak orang yang dapat dia bunuh dalam satu tahun? Tiga ratus enam puluh lima orang. Berapa banyak orang Mesir yang dapat dia bunuh dalam sepuluh tahun? Tiga ribu enam ratus lima puluh orang. Berapa banyak orang yang dapat dia bunuh dalam waktu empat puluh tahun? Belasan ribu orang saja. Kalau kita melayani Tuhan dengan cara kedagingan, cara nafsu, cara manusia, kita hanya mendapatkan sedikit, tapi kalau kita menggunakan cara Tuhan, Tuhan akan menyatakan kebesaran-Nya. Kalau Musa memakai cara kedagingan: setiap hari membunuh satu orang, tak sampai sepuluh hari dia tentu sudah ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Tapi ketika waktu Tuhan bekerja, kita menyaksikan Musa berhasil memimpin orang Israel merayakan hari Paskah yang pertama di Mesir dan kemudian keluar dari tanah perbudakan itu. Jadi, ayat 27 bukan mengacu pada kali kedua melainkan kali pertama dia keluar dari Mesir. Kali itu, sesudah dia keluar dari Mesir, Tuhan menggeletakkan dia; tidak memakai dia selama empat puluh tahun. Semua pengetahuan yang pernah dia pelajari sepertinya tidak berguna sama sekali: dia pandai berpidato, fasih lidahnya hebat; tapi yang mendengar pidatonya hanyalah kawanan kambing, apapun yang dia katakan hanya dijawab dengan 'mbek, mbek'. Baru setelah empat puluh tahun, Tuhan menyatakan diri kepada Musa - di mana Allah sendiri yang berinisiatif mmengadakan encounter dengannya. Itulah wahyu, yaitu Firman Tuhan yang pertama kali datang kepada seorang yang kemudian diberi mandat untuk menuliskan asal-usul dunia. Di dalam hal ini, Musa jauh lebih penting dari Abraham, Henokh, Nuh dan orang-orang yang hidup sebelum dia. Apa sebabnya? Dialah orang yang pertama Tuhan percayakan untuk menulis Kitab Suci, sehingga dunia tahu bagaimana alam semesta ini diciptakan, bagaimana manusia pertama berdosa, dan janji Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia. Semua ini tertulis di lima kitab yang paling awal di Alkitab, yang ditulis oleh satu orang yang bernama Musa.

Cara Tuhan Memakai Musa
Memang di dalam hal beriman, Abrahamlah bapa iman kita, tapi dalam hal mengerti Firman Tuhan, Musalah yang terpenting, karena dia adalah orang pertama yang Tuhan percayakan untuk
Page 6 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

menuliskan kebenaran yang Tuhan wahyukan untuk diketahui oleh manusia. Maka saat Musa pertama kali menerima wahyu, Tuhan berkata, "Musa, Musa, tanggalkanlah kasutmu. Karena tempat di mana kau berdiri adalah tempat yang 'suci'." Istilah 'suci' itu dalam bahasa asli Ibraninya muncul pertama kali di Keluaran 3. Selanjutnya, istilah 'suci' memenuhi seluruh Kitab Suci. Kitab ini disebut Kitab Suci karena di dalamnya penuh dengan istilah 'suci'. Istilah 'suci' yang pertama muncul di sejarah manusia keluar dari mulut Tuhan Allah sendiri dalam panggilan-Nya kepada Musa, orang yang pertama menerima wahyu.
Waktu Musa mendengar panggilan itu, dia merasa kaget sekali, karena selama empat puluh terakhir dia hanya mendengar suara 'mbek, mbek' dari kawanan domba dan tiba-tiba pada saat itu dia mendengar suara yang berbicara kepadanya. Siapa yang berbicara? Dihadapannya terdapat api yang membakar semak duri. Waktu dia perhatikan, dia merasa heran, apinya besar, tapi semak duri itu tidak terbakar. Inilah inspirasi yang begitu besar, begitu penting, yang mengajarkan kepadanya: meski anak-anak Allah berada dalam penganiayaan, mereka tidak akan kehilangan iman. Betapa besarpun api membara, Tuhan tetap dapat memelihara semak duri itu. Apa itu semak duri? Sampah, sesuatu yang tidak berguna. Ketika orang Israel berada di tanah Mesir, mereka bagaikan sampah yang tak berguna. Ketika orang Israel berada di tanah Mesir, mereka bagaikan sampah yang tak berguna. Mereka diejek, diolok, dianiaya, dijadikan budak. Tetapi Tuhan berjanji I am with you, you will be preserved forever. Musa melihat semak duri, tapi dia tak melihat Allah, hanya melihat suatu sign, tanda bahwa Allah ada di dalam panggilan itu. Perintah-Nya: "Kembalilah ke Mesir!" Tanya Musa, "Tuhan, justru karena aku tak mau hidup di Mesir, maka aku tinggalkan tempat itu, mengapa Kau malah menyuruhku kembali ke Mesir?" Jawab Tuhan "Stand before the rulers!" Nabi-nabi diberi kekuatan dan mandat untuk berani berdiri di hadapan pemimpin-pemimpin dunia.
Kadang-kadang Tuhan memberi kekuatan, kesempatan kepadamu yang melayani-Nya di hadapan semua pemimpin dunia, menyuruh mereka mendengar kata-katamu. Tuhan menyuruh Musa untuk mengatakan kepada Firaun, "Biarkan umat-Ku keluar dari Mesir untuk menyembah Allah yang sejati, bukan berbakti kepadamu, bukan menyembah patung-patung yang kau sembah atau menyembah ilah-ilah yang ada di Mesir." Inilah jawaban bagi Musa, jawaban yang membuatnya tahu Allah itu Esa, Allah itu Mahatinggi, bahwa semua dewa di Mesir palsu adanya, dan bahwa semua ilah menghujat Allah. Allah yang Esa itu memberi perintah kepadanya untuk: go, stand before Pharaoh, stand before the rulers of Egypt and tell him, let My people go so they can worship their God in the wilderness. Itu sebabnya Musa kembali ke Mesir.
Musa kembali ke Mesir dalam status dan tanpa kartu penduduk. Berarti dia sudah tidak berhak tinggal di Mesir, tak berhak menempati kamar di istana, bahkan dia berstatus sebagai orang buangan. Empat puluh tahun dia meninggalkan Mesir, sehingga usianya sudah tua, tapi dia tak minder, tak takut, karena dia kembali dengan mandat sorga, dengan kuasa Allah, dengan berita yang Allah berikan kepadanya, maka dia berdiri dan berkata-kata kepada Firaun. Saat itu, statusnya secara manusia berada di bawah tahta, tapi bila ditinjau dari wibawa dan rencana Allah dia berada di atas tahta. "Firaun, demikian firman Tuhan, let My people go! Tak seorang pun berani mengucapkan kalimat seperti itu kepada Firaun atau kepada raja. Maka tanya Firaun, "Apa katamu?" Jawab Musa, "Demikianlah Firman Tuhan Yehovah, biarkan umat-Ku pergi. Mereka mau menyembah Allah bukan menyembah patung dari dewa-dewa yang kau sembah."
Kalau kita menelusuri dan membongkar kekayaan orang Mesir, kita akan menjadi begitu kagum. Khususnya pada saat kuburan Tutankhamen ditemukan, para arkeolog pun tercengang-cengang, karena emas dan perhiasan yang terdapat di sana begitu sempurna. Kemegahan kuburan itu memang tak pernah terbayangkan. Karena sebelumnya memang ada penemuan-penemuan kuburan yang lebih besar, tapi barang-barangnya sudah habis dicuri. Pada saat kuburan raja yang masih muda itu ditemukan, barulah para arkeolog sadar, betapa megahnya kebudayaan Mesir. Pada saat Musa menghadap Firaun, tentu dia
Page 7 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

harus berbekal kuasa yang lebih besar dari Firaun, kuasa yang berasal dari Raja di atas raja - Tuhan Allah sendiri. Makna Keluarnya Bangsa Israel dari Mesir
Di Keluaran 12 tertulis, "Musa, sekarang Aku memerintahkan kau menjadikan bulan ini sebagai bulan pertama. Karena di bulan inilah kamu akan keluar dari Mesir. Di bulan ini, kamu harus makan roti tak beragi, membersihkan hatimu, mempersiapkan diri selama tujuh hari untuk merayakan hari raya Paskah." (Ibr. 11:28). Untuk mengerti Ibrani 11:28, kita perlu kembali ke Keluaran 12. Di Kejadian 12 terjadi peristiwa 'keluaran' dan di Keluaran 12 juga terjadi peristiwa 'keluaran'. Apa maksudnya? Di Kejadian 12, ada kisah Abraham keluar dari Mesopotamia, tapi di Keluaran 12 ada kisah orang Israel keluar dari Mesir. Mengapa mereka keluar dari Mesir? Sebab ada panggilan. Mengapa ada panggilan?
Sebab ada rencana Allah. Allah memanggil Abraham keluar dari Mesopotamia, dan Allah juga memanggil orang Israel keluar dari Mesir, karena Allah mau menyelamatkan mereka. Keselamatan dari Allah datang melalui panggilan-Nya kepada Musa: "Beritahukan kepada orang Israel, jadikan bulan ini sebagai bulan pertama." Padahal menurut penanggalan Mesir, bulan itu bukan bulan pertama, tapi Tuhan berkata, inilah bulan pertama yang Kutetapkan. Karena bulan ini adalah bulan keselamatan, bulan keselamatan harus dijadikan bulan pertama, bulan di mana kamu keluar dari dosa, kamu tidak lagi dibelenggu oleh dosa.
Di Surabaya, ada seorang yang setiap tahun merayakan dua kali ulang tahun. Orang bertanya kepadanya, mengapa kau merayakan ulang tahun dua kali? Jawabnya, satu kali adalah ulang tahun dimana aku dilahirkan oleh ibuku, satu lagi adalah ulang tahunku dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Setiap ulang tahun kelahirannya, dia tak pernah mengundang siapapun, tapi setiap ulang tahun kelahiran barunya, keselamatannya, dia mengundang banyak orang datang ke rumahnya, karena menurutnya, inilah ulang tahun yang sesungguhnya.
Saya kira, orang Kristen harus mengerti bahwa kita dilahirkan dua kali, tapi hanya mati satu kali. Sedangkan orang-orang yang tidak mengenal Kristus, mereka dilahirkan satu kali, tapi mati dua kali. Apa maksudnya? Waktu aku dilahirkan oleh ibuku, itulah kelahiran yang pertama. Kelahiran yang kedua terjadi saat Roh Kudus melahirbarukan aku. Kelak, aku hanya mengalami sati kali kematian. Setelah itu, adakah kematian yang kedua? Tidak ada, karena aku akan berjumpa dan tinggal beserta
Tuhan sampai selama-lamanya. Itulah yang dimaksud lahir dua kali, tapi hanya mati satu kali. Siapakah orang yang mengalami hal tersebut? Orang Kristen. Tapi orang yang tidak menerima Kristus sebagai Tuhannya hanya lahir satu kali, tapi mati dua kali. Mengapa? Karena setelah mereka mati secara jasmani, mareka akan dimasukkan ke neraka, mengalami kematian yang kedua untuk selama-lamanya. Jadi, mana yang lebih bagus: orang yang lahir dua kali, tapi hanya mati satu kali; atau orang yang lahir satu kali, tapi mati dua kali? Tentunya yang lahir duakali. Dan kelahiran yang kedua itulah yang penting. Karena pada waktu kita dilahirkan kembali, itulah hari pertama kita hidup di hadapan hadirat Tuhan. Sebelum itu, kita hanya hidup di dunia, hidup di hadapan manusia. Karena itu Tuhan berfirman: beritahukan kepada orang Israel, inilah bulan pertama, karena di bulan inilah Aku akan mengeluarkan kamu dari Mesir untuk memulai hidup baru. Keluar dari Mesir mengibaratkan orang Kristen yang keluar dari belenggu setan, menerima hidup yang baru, dan tidak lagi menjadi budak di bawah kuasa Firaun. Firaun mewakili setan dan perbudakkannya mewakili ikatan dosa yang membelenggu hidup kita. Tuhan berfirman: "This is the first month, because this month I deliver you from Egypt. Sediakan
Page 8 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

domba atau kambing." Jadi, syarat-syaratnya: sediakan domba atau kambing, harus yang jantan, yang sulung, yang berusia satu tahun, yang sehat, sama sekali tak sakit atau bercacat-cela. Itulah tuntutan Allah. Apa artinya? Domba yang menggantikan kelemahan kita haruslah yang tidak berkelemahan. Doma yang menggantikan kita yang tidak sempurna, tidaklah boleh yang bercacat cela atau tidak sempurna. Mengapa harus menggunakan domba yang berumur satu tahun? Ketika seseorang mencapai dua puluh sampai tiga puluh persen hidupnya itulah masa dimana kesehatannya paling prima. Jadi, kalau umurmu dapat mencapai seratus tahun, maka usia dua puluh sampai tiga puluh tahun adalah masa dimana kau paling sehat. Ditemukan juga bahwa pada saat domba berumur satu tahun, dia berada dalam keadaan palung sehat, pertumbuhannya sudah lengkap, sudah sempurna. Demikian juga Yesus Kristus, Dia dipaku di atas kayu salib saat berusia tiga puluh tiga tahun; usia paling sehat bagi seorang manusia, dimana dia dapat menyesuaikan diri dengan semua lingkungan, sudah mempunyai kekuatan untuk melawan segala macam penyakit. Yesus disalibkan pada saat Dia paling sehat, sama seperti perintah Tuhan: haruslah kau menyembelih domba yang berusia satu tahun, yang tidak bercacat cela, yang tidak berpenyakit, yang jantan, yang sulung, karena semua domba itu adalah lambang Kristus - Domba Allah yang disembelih. Di dalam peristiwa bersejarah ini kita menemukan perintah Paskah yang pertama, yang harus Musa sampaikan kepada semua orang Israel.

Perintah Allah dan Iman
Bayangkan, betapa sulit Musa mempublikasikan perintah itu, karena pada waktu itu belum ada surat kabar Kompas, siaran radio Sonora atau siaran TV yang dapat dipakai untuk memberitahukan perintah itu kepada semua orang Israel. Di abad ke-21, orang dapat mengeluarkan milyaran rupiah untuk membuat advertensi, iklan, tapi tiga ribu tahun yang lalu, meski punya uang juga tidak dapat melakukan hal itu, apalagi mereka yang tidak punya uang. Yang Musa pimpin adalah budak-budak miskin yang begitu banyak jumlahnya. Mereka dicambuk, dianiaya, dipukul, dan dipaksa bekerja dengan tidak diberi imbalan apa-apa, kecuali makanan. Sebenarnya, apa gunanya mereka makan? Makan untuk hidup. Hidup untuk apa? Untuk bekerja. Bekerja Karena jika memakai istilah dari Karl Marx, dapat dikatakan bahwa Kerajaan Mesir telah merampas seratus persen surplus value yang dihasilkan bangsa Israel. Mereka diberi makan hanya supaya mereka dapat bekerja. Bukan makan untuk menikmati hidup yang mewah atau yang lebih bagus, melainkan hanya untuk survive, menyambung hidup hanya sekedar untuk dapat diperas lagi. Ini seperti para usahawan di masa ini yang hanya tahu memeras tenaga wanita, lalu membayarnya dengan upah yang rendah, kemudian juga memeras tenaga anak-anak yang tak dibayar penuh, sehingga surplus value yang dihasilkan oleh kerja mereka, diambil sepenuhnya oleh para usahawan itu. Menurut Karl Marx, surplus value diambil oleh kaum Kapitalis dengan menginjak-injak hak azasi manusia. Itulah sebabnya orang Komunis berkata bahwa surplus value harus dikembalikan, sebelum keadilan dapat terwujud.
Tuhan di sorga melihat keluhan orang Israel, Dia mengingat janji-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, maka Dia turun ke tengah-tengah mereka, melihat kesusahan mereka dari perbudakan Firaun. Maka kata-Nya kepada Musa, jika satu keluarga tak sanggup menghabiskan seekor kambing, maka beberapa keluarga boleh bergabung menyembelih seekor domba. Inilah belas kasihan Tuhan.
Seandainya Dia berkata: "Tak perduli, setiap keluarga harus menyembelih seekor domba atau kambing", tentu sangat kasihan, karena mereka adalah budak, mereka tak punya uang. Kalau saja mereka memelihara domba, itu hanya untuk diperah susunya guna memenuhi kebutuhan anak mereka secara hemat, karena domba memberikan susu tanpa memungut bayaran. Mereka memang
Page 9 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

memiliki domba, tapi sekarang, seekor dari domba mereka harus disembelih, bahkan harus yang jantan. Bagi mereka, ini adalah pengorbanan yang besar, tapi domba yang disembelih itu dipakai untuk melambangkan Kristus yang begitu sempurna rela menjadi Juruselamat kita dengan cara disembelih.Mereka mulai menghitung-hitung: domba yang berumur satu tahun ini berapa kilo beratnya, kalau disembelih dapat dimakan oleh berapa keluarga, jangan sampai ada yang tersisa. Tuhan memerintahkan semua itu dengan jelas sekali: inilah Paskah yang kelak harus diingat oleh semua keturunanmu sampai selama-lamanya. Apa maksudnya? Tuhan akan menjadikan peristiwa itu sebagai pemisah sejarah (the devide of history): sebelumnya kamu adalah budak, tapi sesudahnya kamu adalah orang yang bebas; sebelumnya kamu berada di Mesir, tapi sesudahnya kamu merdeka; sebelumnya kamu dihina, tapi sesudahnya kamu adalah anak Allah; sebelumnya kamu ditindas, semua surplus value-mu diperas, tapi sesudahnya kamu boleh mempunyai hidupmu sendiri. Bagaimana caranya Musa mempublikasikan hal ini? Saya tidak tahu. Pertama, saya sungguh tidak mengerti cara Musa mempublikasikan perintah Tuhan kepada dua juga orang yang tersebar di kota-kota dan desa-desa yang ada di Kerajaan Mesir. Bahkan berita itu harus sampai dalam waktu beberapa hari, waktu yang begitu singkat. Kedua, saya tidak mengerti mengapa semua orang Israel mau mematuhi perintah Musa. Seandainya kau berikan perintah, pada tanggal 17 April setiap keluarga Jakarta harus memberikan sepuluh ribu rupiah untuk pembangunan kota Jakarta. Adakah orang yang mau mematuhi perintahmu itu? Tidak mudah. Sungguh merupakan satu hal yang berbeda dengan semua kebudayaan yang ada, karena jika bukan karena kerja Tuhan, semua hal yang dicatat di Alkitab hampir tak mungkin terlaksana. Apalagi Musa bukan berbicara dengan kuasa seorang raja, polisi, jenderal atau orang yang berpangkat tinggi. Dia hanyalah seorang yang bersandar kepada Tuhan dan berkata: Tuhan berfirman, sembelihlah seekor domba, bubuhkan darahnya di kedua tiang dan ambang pintumu, karena malam ini, pembunuh anak sulung akan tiba. Barangsiapa tidak membubuhkan darah di pintunya, anak sulungnya akan mati.
Kalimat itu disampaikan dari satu keluarga ke keluarga yang lain, sampai semua orang Israel yang berada di Mesir mendengar perintah itu. Alkitab mencatat, malam itu juga di tengah orang Mesir, tak ada satu keluarga yang anak sulungnya tak mati, artinya pada zaman itu, generasi itu, malam hari itu, semua keluarga orang Mesir kehilangan anak sulungnya. Itu berarti tak satu keluarga orang Mesir yang menyapukan darah pada pintu rumahnya, karena mereka tidak percaya. Inilah bedanya antara orang percaya dan orang yang tidak percaya. Mungkin kau berkata, kepada mereka tidak diberitakan hal itu. Tapi sesungguhnya, waktu orang Israel menyampaikan berita itu, pasti ada orang Mesir yang bertanya, "Apa yang kalian bicarakan?" Dan mungkin ada yang menjawab, "Tuhan memerintahkan kami berbuat ini dan itu, karena malam ini anak-anak sulung akan dibunuh, tapi bila pintu rumahmu dibubuhi darah, anak sulungmu akan aman." Tak seorang Mesir pun mempercayai mereka. Yang beriman ya beriman, yang tidak beriman ya tidak beriman. Iman selalu timbul sebelum malapetaka menimpa, iman selalu dinyatakan sebelum suatu hukuman dijatuhkan, tetapi banyak orang menunggu dan menunggu tak pernah menyadarinya, sampai hukuman tiba barulah menyesal. Tapi Tuhan berkata: the time is up, your opportunity is over. Tapi orang Israel percaya, mereka segera menyediakan roti tak beragi, menyembelih domba yang tak bercatat cela, lalu darahnya disapukan di ambang pintu.

Penghakiman dan Pembebasan Tuhan
Saya percaya, orang-orang Mesir setempat merasa aneh, mengapa hari itu di perkampungan Israel berbau darah, semua pintu dibubuhi warna merah, bukan cat merah melainkan darah. Demikianlah yang
Page 10 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

tertulis di Ulangan 11: di dalam darah terdapat hidup, artinya Tuhan menginginkan yang hidup menggantikan yang hidup, dan kematian diganti dengan kematian, kematian domba mewakili kita, hidup dompa diambil agar kita dapat hidup. Begitulah kematian Kristus, bagai domba yang tersembelih, yang mengganti kematian kita. Kematian Kristus sama seperti domba Paskah yang meluputkan kita dari kebinasaan akhir yang dari Tuhan.
Malam itu, semua orang Israel tak boleh keluar rumah, mereka harus makan dengan berpakaian rapi, mengikat pinggang, mengenakan kasut. Mengapa Tuhan memberikan perintah seperti itu? Malam itu, waktu kau makan daging domba yang telah disembelih, kau harus mengenakan pakaian lengkap dan rapi, harus mengenakan ikatan pinggang, harus mengenakan kasut; semua itu mengindikasikan bahwa setelah makan mereka akan segera berangkat, memulai perjalanan. Itulah perintah yang jelas. Orang Israel yakin sekali akan apa yang Tuhan katakan melalui Musa, karena mereka sudah jenih dengan kehidupan mereka sebagai budak di Mesir. Hari itu, genap sudah masa mereka menjadi budak selama empat ratus tiga puluh tahun di Mesir, dan itulah cara Tuhan bekerja.
Mungkin kau bertanya, "Tuhan, mengapa harus menunggu begitu lama, lebih dari empat abad baru diberi kemerdekaan?" Indonesia merdeka setelah dijajah Belanda selama tiga ratus lima puluh tahun. Orang Israel menjadi budak orang Mesir selama empat ratus tiga puluh tahun, barulah tiba waktu Tuhan. Sabda-Nya: malam ini juga kenakanlah pakaian lengkap, ikat pinggang, kasut, makan daging domba sampai habis, jangan disisakan. Pagi harinya, kamu akan menyaksikan bagaimana tangan Tuhan bekerja. Keselamatan sudah Tuhan berikan kepada kita, kita harus segera menempuh perjalanan hidup yang baru, jangan tunggu lagi. Ada orang yang berkata, "Tunggulah sampai saya sudah menjadi orang yang lebih baik, baru saya mau percaya Tuhan." Atau "Tunggulah sampai saya sudah tidak berdosa, tidak berzinah, barulah saya mau menjadi orang Kristen." Tidak mungkin! Kapan hidupmu menjadi lebih baik? Orang yang suka berzinah, atau melacur, baru menjadi lebih baik waktu terbaring di rumah sakit. Jadi, ketika kau jatuh sakit, moralmu pasti lebih baik dibandingkan saat kau sehat. Kapankah kau menjadi paling baik? Saat kau mati. Karena saat itu, kau tidak dapat lagi minum minuman keras, tidak dapat menggunakan narkotika, tidak dapat berzinah, tidak dapat berdosa lagi. Tapi dengan lain perkataan, no way to be better, maka jangan kau katakan: tunggu aku menjadi lebih baik, baru aku mau percaya Yesus. Yesus sudah mati bagimu. Sekarang, ikat pinggangmu, kenakanlah pakaian lengkap, kenakanlah kasut, dan setelah kamu menikmati keselamatan; change your life immediately after you receive the grace and the salvation of Jesus Christ!
Malam itu, semua orang Israel tak diperbolehkan keluar rumah. Mereka harus berdiam di rumah yang tertutup pintunya. Sama seperti orang-orang yang masuk ke bahtera Nuh, mereka diam di dalam bahtera, menanti pemeliharaan Tuhan, tak seorangpun boleh keluar dari bahtera. Inilah cara Tuhan. Close your door, and live within the protection. Malam itu, di saat yang sudah Tuhan tetapkan, apa yang terjadi? Malaikat turun dari tahta Allah, "yang melaksanakan perintah Allah adalah malaikat-malaikat yang berkuasa" (Mazmur 103). Malaikat yang pertama dicatat di Kitab Suci adalah kerubim, yang dengan pedangnya menjaga pintu taman Firdaus, tidak mengizinkan Adam dan Hawa untuk kembali ke sana. Kerubim selalu mewakili keadilan Allah dan hukuman-Nya yang tak dapat ditawar-tawar. Berapa besar kuasa malaikat? Pikiran kita selalu dipengaruhi oleh gambar malaikat di kartu Natal: malaikat yang seperti perempuan, yang baik-baik, berdiri di sana dengan tersenyum-senyum, malaikat yang putih bersih. Tapi Alkitab mencatat, satu malaikat di dalam satu malam, dapat membutuh seratus delapan puluh lima ribu tentara musuh yang dikirim untuk mengepung kota Yerusalem di zaman Raja Hizkia. Malaikat Tuhan mempunyai kuasa yang luar biasa.
Page 11 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

Pada waktu Yesus berada di Getsemani, Petrus berkata: di sini ada dua bilah pedang. Yesus berkata: "Cukup, apakah kau kira Aku tak dapat memerintahkan dua belas legion malaikat untuk menolong-Ku?" Saya percaya, sewaktu Yesus disalib, ratusan ribu malaikat mengelilingi Golgota, masing-masing menghunus pedang siap menghabisi semua orang yang melawan Yesus. Mereka hanya menunggu Yesus memberi komando: turun dan habisilah mereka. Tapi karena Yesus tidak membuka mulut, mereka tidak berani bergerak. Ketika akhirnya Yesus membuka mult, mereka mendengar Dia berkata: Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Semua malaikatpun menyarungkan kembali pedang mereka dan bubar; Yesus tidak menginginkan kami membalas dendam, malah meminta Bapa mengampuni orang-orang yang menyalibkan-Nya. Kalau Anak Tunggal Allah saja meminta Bapa-Nya mengampuni mereka, mengapa kami masih mengacungacungkan pedang?
Perhatikan statement berikut: waktu malaikat dikirim untuk membasmi anak sulung, tak ada pengampunan bagi orang Mesir; itulah tulah kesepuluh yang Tuhan timpakan kepada Firaun yang mengeraskan hati. Meski sudah diberi tulah yang keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan, ia tetap tidak mau bertobat, maka tulah yang kesepuluh ditimpakan: smeua anak sulung dihabisi. Malam itu menjadi malam ratapan massal yang mengerikan di dalam sejarah. Tak ada satu keluarga orang Mesir yang anak sulungnya tidak mati. Dari putera mahkota Firaun di istana, sampai putera sulung menteri dan putera sulung rakyat jelata; Semua keluarga kehilangan anak sulung mereka. Kita tidak dapat membayangkan, betapa memilukan tangisan pada malam itu; Para ibu yang begitu mengharapkan anaknya bertumbuh besar, harus menangis karena anak mereka mati. Itulah saatnya Tuhan berkata: Musa, inilah saatnya kau membawa keluar orang Israel yang berjumlah enam ratus ribu orang laki-laki, belum termasuk wanita dan anak-anak itu. Sebelum mereka meninggalkan Mesir, mereka mendatangi orang-orang Mesir untuk meminta bekal dari mereka. Mengapa orang Israel masih meminta bekal kepada orang Mesir yang sedang berduka karena kematian anak mereka? Israel sudah diperas selama empat ratus tiga puluh tahun. Orang-orang Mesir cepat-cepat memberi apa yang mereka minta, asal mereka mau cepat-cepat meninggalkan Mesir. Bila tidak, mereka kuatir, jangan-jangan anak-anak mereka akan mati semuanya. Alkitab mencatat, mereka meminta kepada orang Mesir, dan orang Mesir pun segera memberikan emas dan perak kepada mereka.
Tapi Alkitab juga mencatat, bahwa orang Israel telah merampas harta dari orang Mesir. Mengapa di awal ayat tertulis mereka meminta kepada orang Mesir, tapi di akhir ayat tertulis bahwa mereka merampas harta orang Mesir? Tuhan mengizinkan mereka minta dari orang Mesir dan orang Mesirpun memberi, tetapi mengapa dikatakan mereka merampas? Perhatikanlah kemerdekaan Indonesia dan kemerdekaan Singapura atau Malaysia. Saya sangat kagum terhadap statement yang diucapkan oleh Sukarno: kemerdekaan India adalah kemerdekaan yang diberi, kemerdekaan Pakistan, Malaysia dan banyak negara-negara bekas jajahan adalah kemerdekaan yang diberi, tetapi kemerdekaan Indonesia bukanlah kemerdekaan yang diberi, melainkan kemerdekaan yang kita rampas dari tangan penjajah. Inilah bedanya: bangsa Indonesia tak perlu diberi, melainkan membutuhkan kekuatan untuk merampas kembali hak yang seharusnya dia miliki. Diberi dan merampas adalah berbeda sekali: merampas berarti sebenarnya aku berhak atasnya, maka kau harus mengembalikannya kepadaku.
Tetapi secara tata krama, secara manusia, bangsa Israel meminta dan harus diberi. Mengapa? Dengan terpaksa orang Mesir melepaskan orang Israel pergi. Mengapa? Bila mereka tidak direlakan pergi, malapetaka-malapetaka akan terus-menerus menimpa mereka. Inilah statement Alkitab: pergilah dari sini, bila tidak, kami akan mati semuanya, maka pergilah dari kami, Israel, pergilah dengan mulia. Waktu mereka hidup di Mesir, mereka menjadi budak, tapi waktu mereka pergi, mereka pergi dengan
Page 12 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

kemenangan yang Tuhan berikan kepada mereka. Mereka meminta dan orang Mesir memberi dengan rela hati, tapi Alkitab mencatat mereka merampas, itu berarti mereka telah memperoleh kembali apa yang patut mereka terima.
Sesudah itu, kedua juta orang Israelpun keluar dari Mesir menuju pada hari depan yang penuh dengan tantangan dan kesulitan. Tapi tidak apa-apa, karena yang memerintah dan yang memimpin mereka adalah Raja di atas segala raja. Pada waktu kau menjalankan kehendak Tuhan, meski kau harus menghadapi pergumulan hidup yang paling sulit sekalipun, jangan kau lupa menyerahkan hidupmu kepada Dia yang memegang hari depanmu dan sekaligus memegang sejarah dunia. Dia, Tuhan yang memimpin anak-anak-Nya Israel untuk keluar dari Mesir.
Dengan iman, Musa mengadakan Paskah. Dengan iman, dia menghadapi Firaun. Dengan iman, dia mengeluarkan bangsanya dari tempat perbudakan. Puji Tuhan! Kiranya Tuhan memberkati kita, memberikan iman yang sama dengan iman Musa: melihat Tahta di atas tahta, Kemuliaan di atas kemuliaan, Kerajaan di atas kerajaan.
Page 13 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

* Artikel ini merupakan ringkasan kotbah dari Kebaktian Minggu GRII Pusat - Pdt. Dr. Stephen Tong *

Sumber: Majalah MOMENTUM No. 51 - 2003
http://www.geocities.com/reformed_movement/artikel/imanmusa.html
http://www.geocities.com/reformed_movement



Tidak ada komentar: