Sabtu, 24 Oktober 2009

CINTA KASIH SEJATI


“CINTA KASIH SEJATI”
(KIDUNG AGUNG 8: 6-7)
Oleh: Pdt Gani Wiyono


Seorang siswa SMU ditugaskan untuk mendefinisikan “cinta” secara komprehensif. Tugas semacam ini mengharuskan ia untuk mencari nara sumber dari berbagai disiplin ilmu. Yang dilakukannya adalah meminta pendapat guru-gurunya mengenai kata cinta menurut disiplin ilmu yang dikuasainya, Inilah hasil petikan wawancaranya:
· Menurut Guru Fisika: “Cinta” adalah gaya tarik-menarik diantara dua insan yang berlawanan jenis yang bekerja menurut Hukum Newton: F = k. Q1.Q2/r.r.
Jadi karena cinta berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, maka menurut hukum ini dapat diramalkan bahwa kekuatan cinta akan semakin melemah bila jarak yang memisahkan dua insan itu semakin jauh.

· Menurut Guru Biologi: “Cinta” adalah hubungan di antara dua insan yang berlainan jenis yang dibangun di atas dasar hubungan saling-menguntungkan dengan tujuan akhir adalah meneruskan garis keturunan.

· Menurut Guru Akuntasi: Cinta adalah suatu transaksi ekonomi yang menyebabkan kolom kredit pada kitab pembukuan semakin penuh.

· Menurut Guru Sejarah: Cinta adalah benda antik yang ditemukan secara tidak sengaja oleh orang yang sedang jatuh cinta.

· Menurut Guru Tata Negara: Cinta adalah hubungan diplomatik di antara dua insan yang masing-masing memiliki tujuan tertentu.

· Menurut Guru Pendidikan Jasmani: Cnta adalah suatu cabang olahraga yang menyebabkan orang dag-dig dug jantungnya dan kelelahan sewaktu menjalaninya.



Berbicara mengenai cinta memang tidak ada habisnya. Mendefinisikan “cinta” memang tak pernah tuntas dan bukan tugas yang mudah. Namun, berbicara mengenai cinta, selalu menarik perhatian. Jadi jangan heran, bila lagu-lagu, puisi-puisi, dan drama-drama didominasi oleh tema-tema cinta. Bahkan sebuah hari khusus, kini diabadikan bagi “Cinta” – Valentine’s Day. Kurang lebih dua puluh lima tahun yang lalu hanya sedikit orang di Negara ini yang mendengar akan keberadaan hari Valentine. Namun kini, praktis hampir semua orang mengenal bahkan merayakan Valentine’s Day yang jatuh pada tanggal 14 Februari. Terlepas dari kontroversi mengenai perlu atau tidak perlunya gereja merayakan Hari itu, “cinta-kasih” adalah satu satu topik penting yang banyak disoroti oleh para penulis Alkitab. Kali ini saya akan mengupas topik tersebut dari salah satu teks Kitab Suci - Kidung Agung 8: 6-7.



Pembacaan harafiah dari perikop ini, paling tidak akan menyingkapkan tiga gagasan penting mengenai cinta yang harus dimiliki oleh setiap orang yang akan dan sedang menjalin hubungan cinta yang serius dan permanen dengan lawan jenisnya,



· Pertama, Cinta itu total. Perhatikan kata “hati” yang menurut seorang pakar Perjanjian lama (PL), Dr. David Allan Hubbard menunjuk pada segi-segi yang tidak kelihatan (inward)’. Perhatikan kata “lengan” yang menunjuk pada segi-segi yang tampak (outward). Cinta kasih Kristen adalah cinta kasih yang lahir dari dalam batin dan terwujud dalam tindakan lahir. Cinta yang hanya terpendam di hati namun tidak pernah terungkap lewat bibir dan terwujud dalam tindakan kasih bukanlah cinta kasih kristiani. Cinta yang hanya terwujud dalam ungkapan manis (“I love You”) namun tidak lahir dari hati yang penuh cinta adalah kemunafikan. Cinta kasih Kristen adalah cinta yang terukir di hati dan terungkap dalam kata dan terbukti dalam perbuatan.



· Cinta itu eksklusif. Perhatikan ayat 6, menurut, salah seorang pakar PL, Prof. Roland E. Murphy kata-kata tersebut harus dipahami dalam kerangka budaya orang-orang Timur dekat yang punya kebiasaan untuk mengenakan sesuatu yang menjadi milik orang yang dikasihi entah dalam bentuk yang dapat dikalungkan di leher atau dikenakan seperti cincin di lengannya. Praktek-praktek itu tentu punya tujuan tertentu. Pengenaan benda-benda tersebut tentunya dimaksudkan untuk mengingatkan pihak-pihak yang terlibat dalam cinta, bahwa mereka saling memiliki, bahwa tak boleh ada pihak ketiga atau keempat yang boleh masuk dalam hubungan interpersonal mereka. Hubungan cinta di antara pasangan-pasangan Kristenpun harus bersifat eksklusif. Tidak ada tempat bagi “poligami” (punya lebih dari satu isteri) atau “poliandri” (punya lebih dari satu suami). Tidak ada tempat bagi wanita idaman yang lain atau pria idaman yang lain. Dan hal itu baru bisa terjadi kalau ada yang namanya “fidelitas” – kesetiaan!



· Cinta itu kuat, punya daya tahan yang luar biasa. Lihat gambaran puitis yang begitu indah. Kekuatan cinta digambarkan sekuat kuasa maut, yang pantang menyerah dalam mengejar “manusia yang hidup”. Kekuatan cinta digambarkan seperti api ilahi yang tak mungkin dipadamkan oleh kekuatan-kekuatan kekacauan (the power of chaos) yang dalam PL seringkali digambarkan secara kiasan dalam bentuk “air” atau laut. Kekuatan kasih Kristen seharusnya tak dapat dipatahkan oleh kekuatan-kekuatan chaos yang sedang bekerja di dunia ini – entah itu yang muncul dalam bentuk krisis ekonomi, gangguan kesehatan atau kehadiran lawan jenis yang punya penampilan menarik.



o Sebuah film, yang berjudul “A Beautiful Mind” telah memenangkan Piala Oscar beberapa tahun silam. Film yang dibintangi oleh Russel Crowe, ini diangkat dari kisah nyata tentang kehidupan John Nash pemenang hadiah Nobel untuk bidang ekonomi. John Nash adalah seorang yang brilliant, namun sayang dia mengalami gangguan kejiwaan yang disebut sebagai schizophrenia. Penyakit jiwa tersebut sedemikian parah hingga ia harus berhenti mengajar di alma-maternya, Princeton University, dan diasingkan di rumah sakit jiwa. Untungnya, John nash punya seorang isteri yang mengasihi dirinya secara total. Meski John Nash tak lagi produktif, dan justru menjadi beban keluarga, Nyonya Nash terus mendampingi dan mendukung suaminya hingga secara berangsur John Nash bisa mengatasi gangguan kejiwaan, kembali mengajar di Princeton, dan akhirnya meraih Hadiah Nobel yang amat bergengsi itu. Pada saat upacara penerimaan Hadiah yang dimimpikan oleh ilmuwan manapun di dunia itu Nash menyatakan bahwa semua pencapaian besar ini bisa terjadi karena ia memiliki seorang isteri yang kasihnya begitu kuat, sebuah kasih tak tergoyahkan oleh berbagai macam gelombang badai kehidupan.



Ada satu catatan lain yang perlu kita perhitungkan ketika kita berbicara mengenai cinta dari sudut pandang Kitab Kidung Agung. Kitab Kidung Agung adalah salah satu kitab dari 5 kitab (Kidung Agung, Ruth, Pengkhotbah, Ratapan, dan Ester) yang disebut dengan nama “Megilloth” – Kitab-kitab ini adalah kitab-kitab yang selalu dibaca oleh orang Israel pada hari-hari raya mereka. Bila Kitab Ruth dibaca pada hari Pentakosta, Kitab Ratapan pada hari kesembilan pada bulan Ab, Kitab Pengkhotbah pada Hari Raya Pondok Daun, dan Kitab Ester pada hari raya Purim, maka kitab Kitab Kidung Agung dibaca pada hari raya Paskah. Padahal Paskah adalah hari yang dikhususkan oleh bangsa Yahudi untuk memperingati kasih Allah yang luar biasa besar kepada kepada mereka dan sekaligus kerinduan dan tekad dari Israel untuk mengasihi Allah dengan segenap kekuatan mereka. Jadi jelas, konteks teologis dari Kitab Kidung Agung adalah hubungan kasih di antara Allah dan umatNya. Beranjak dari pemahaman inilah, bukanlah hal yang mengada-ada kalau kita menerapkan tiga gagasan cinta yang telah dibahas di atas ke dalam dimensi hubungan vertikal di antara Allah dan kita, umat manusia.



· Itu berarti kasih kita kepada Allah haruslah total, menyeluruh, lahir dan batin, internal dan eksternal. Kasih kepada Allah bukan hanya diwujudkan dalam ungkapan verbal atau kerinduan di dalam hati saja, melainkan juga dalam tindakan.

· Itu berarti juga kasih kita kepada Allah haruslah eksklusif. Tidak boleh ada ilah lain di dalam kehidupan kita. Hal-hal yang menggantikan kedudukan Allah sebagai pusat dalam kehidupan kita harus dirobohkan. Bahkan kasih kita kepada diri sendiri ataupun orang-orang lain harus ditundukkan di bawah kasih kita kepada Allah.

· Pada akhirnya, itu berarti juga kasih kita kepada Allah haruslah kuat dan tak tergoyahkan. Hannah Withall Smith, seorang penulis Kristen yang terkemuka di abad XIX, adalah seorang yang banyak menjumpai badai kehidupan. Suaminya seorang hamba Tuhan yang dipakai oleh Allah, namun pada akhirnya terjebak dalam ajaran yang kurang sehat yang akhirnya membawa dia keluar dari jalan anugerah dan menjadi pemeluk agama Budha. Anak-anaknya menikah dengan atheis. Dan ia sendiri terserang radang sendi yang parah, yang membuatnya hanya bisa berjalan dengan bantuan kursi roda. Meskipun demikian cintanya kepada Alllah tetap kuat dan tak tergoyahkan. Dia menulis sebuah buku “The God of All Comfort” (Allah Sumber Segala Penghiburan). Tak heran, Selama puluhan tahun begitu banyak yang hidupnya tersentuh dan diubahkan kala membaca buku karya Hana itu. Meski angin kehidupan bertiup keras, meski badai kesulitan mengamuk, dan berteriak di mana Allah yang mengasihimu, kasih kita kepada Allah tidak boleh tergoyahkan.


sumber : http://www.icaindonesiahk.org/artikel-rohani-terang/59-cintakasihsejati

Tidak ada komentar: