Selasa, 01 Juni 2010

Mengasihi Dengan Persahabatan


Mengasihi… suatu kata yang sangat kompleks dan menjalankannya susah – susah gampang tetapi semuanya bisa kita lakukan dengan turut campur tangan Tuhan.

Tetapi buah Roh ialah : Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. (Galatia 5:22-23)


Lihatlah seorang lelaki bagaimana cara dia mengambil suatu keputusan! Bagaimana cara dia mengandeng tangan pasangannya! Apakah gandengan tangan itu bersifat menguasai, melindungi, memberikan kebebasan tapi dia mempercayainya?? (coba rasakan dan arti dengan hatimu yang tenang)

Lihatlah seorang wanita bagaimana dia membantu pasangannya. Bagaimana cara dia mengasihi dengan hati yang lembut, bersyaratkah atau tanpa syarat??? (coba rasakan dan arti dengan hatimu yang tenang)


Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidak adilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (Korintus 13:4-7)


Memang menjalankannya sangat sulit.. tetapi dengan menyerahkan sepenuhnya kehidupan kepada DIA, DIA selalu menyertai kita, Saat kita jatuh lalu bangkit dan kemudian bergeraklah kembali, jangan pernah menyerah dan teruslah berjalan. Percayalah kepada diri kita sendiri bahwa kita bisa melakukannya, jika kita melakukan sesuatu dengan kasih yang tulus akan menyentuh hati orang lain disekelilingmu.


Menjalin suatu hubungan kadang tidak seperti yang kita pikirkan, tapi kita serahkan seluruhnya pemikiran kita kepada Tuhan karena DIA adalah sutradara dan kita yang melakonkan naskah tersebut tetapi DIA sutradara yang baik, yang selalu memperhatikan setiap kebutuhan anak – anaknya. Jangan menyalahkan Tuhan untuk setiap kejadian – kejadian yang buruk menimpah kita sebaliknya bersyukurlah untuk pendewasaan iman kita.


Dalam hidup kita tidak boleh terikat dengan masa lalu, sakit hati, kegagalan, atau kesuksesan dimasa lalu dan dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran untuk memperbaiki tingkah laku kita sekarang. Mulailah kita dengan suatu persahabatan yang tulus, hati dan jiwa yang bersih.


*(Goresan Thesa Lim)