Minggu, 28 Februari 2010

Ketenangan Hati


“Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang” (Amsal 14:30)

Yang memegang kendali hidup manusia adalah hati; bahagia atau menderita, sehat atau berpenyakit bergantung dari hati. Jika hati tenang, pasti tubuhnya segar, sebab tak ada gangguan untuk menikmati makanan dan menikmati tidur yang nyenyak. Tetapi bila hati penuh dengan dengki, iri, pasti akan membawa bermacam – macam penyakit. Tetapi Allah mengajarkan kepada kita sebuah KASIH; seharusnya hati itu dialiri oleh KASIH KRISTUS. Bila kita diserang badai percobaan, hendaklah hati tetap teguh, karena Tuhan menjadi penolong.


Hati yang gembira adalah obat yang manjur tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. (Amsal 17:22) “Percayalah kepada Tuhan selama – lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal” (Yesaya 26:4) Tuhan sangat berkenan kepada orang yang menaruh percaya kepadaNya. “Yang hatinya teguh Kau jagai dengan damai sejahtera, sebab kepadaMulah ia percaya”. (Yes 26:3)

Hati adalah tempat Roh Kudus bersemayam, oleh karena itu kita harus benar – benar mejaga hati kita. “Orang yang serong hatinya tidak akan mendapatkan bahagia, orang yang memutar – mutar lidahnya akan jatuh ke dalam celaka” (Amsal 17:20). Hati yang curang mendatangkan kesusahan.

Hanya Roh Kudus yang dapat menolong kita untuk menyucikan hati dari segala macam polusi dosa. Kalau kita tak banyak berdoa memohon Roh Kudus dalam mengendalikan hati ini, tentu kita akan gagal untuk dapat menjadi tenang di dalam Kristus. Jadikanlah hatiku tahir, ya… Allah dan perbaharuilah batinku dengan Roh yang teguh! (Mazmur 51:12)


(sumber renungan from surabaya)

Sabtu, 27 Februari 2010

Terima Kasih Bapa


Bapa…
Berada didekapmu hangatlah jiwaku
Engkau sangat mengetahui dalamnya hatiku
Tetesan air mataku, engkau hapuskan dengan kasihMu


Memulihkan dan menyembuhkan luka – luka
Begitu besar KasihMu kepadaku
Kasih setiaMu menyinari hari – hariku


Bapa…
Seiring dalam setiap langkahku
Kau tak pernah meninggalkan aku
Hidupku selalu ada dihatiMu

Terima kasih untuk Cinta KasihMu
Engkau mengajariku arti sebuah persahabatan
Persahabatan yang tak pernah kenal pudar
Untuk mendampingi Pasangan Hidupku


-Thesa-

Kamis, 25 Februari 2010

Relasi Manusia Dengan Waktu


Waktu, Bijaksana, dan Etika
Kita harus mengaitkan waktu dengan bijaksana. Sementara banyak orang hanya mengaitkan waktu dengan pengetahuan, Alkitab mengaitkan 3 hal: waktu, bijaksana, dan etika (time, wisdom and virtue). Paulus berkata,

"Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada." (Kol. 4:5). Di sini waktu digabungkan dengan bijaksana dan etika. Demikian pula di dalam Ef. 5:16 waktu digabungkan dengan etika: "Tebuslah waktu yang ada, karena zaman ini adalah zaman yang jahat." (KJV: 'Redeeming the time, because the days are evil.'). Di dalam Alkitab kita melihat ada kaitan-kaitan tertentu yang tidak terlalu nyata, tetapi kalau kita selidiki (analisa), kita melihat kaitan itu
penting sekali. Seorang yang bijaksana adalah seorang yang mengenal kesucian Tuhan Allah dan takut akan Dia, seorang yang mengetahui bagaimana menegakkan hidup yang beretika dan hidup suci di hadapan Allah. Seorang yang bijaksana adalah seorang yang mengetahui bagaimana menggunakan waktu dengan baik untuk memuliakan Tuhan. Seorang yang menghargai waktu dan mencintai waktu adalah seorang yang mengisi waktu (hidup)nya dengan etika yang sesuai dengan etika ilahi.



Dan seorang yang mengenal Tuhan adalah seorang yang mengetahui bahwa kesementaraannya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Allah yang kekal. Kiranya Tuhan memberikan kekuatan dan kesadaran kepada setiap kita untuk baik-baik memakai salah satu harta yang paling penting yang kita miliki, yakni waktu hidup kita.


Waktu, Kesementaraan, dan Kekekalan. Apakah kesementaraan berkaitan dengan kekekalan? Jikalau kesementaraan berkaitan dengan kekekalan, di manakah kaitannya? Mungkinkah manusia mengerti mengenai kekekalan sejak di dalam kesementaraan atau dunia sekarang ini? Dan apa perlunya kita memikirkan soal kekekalan? Alkitab merupakan buku yang penuh kelimpahan kebenaran dan rahasia memperoleh bijaksana. Di dalam Alkitab kita dapat menemukan hal-hal yang belum pernah dan tidak mungkin dipikirkan oleh filsuf-filsuf yang paling pandai sekalipun, prinsip-prinsip yang tidak pernah bisa dimengerti sekaligus oleh manusia seumur hidupnya yang singkat. Karena firman Tuhan berasal dari bijaksana yang kekal, maka tidak heran kalau di dalam kesementaraan kita tidak dapat mengertinya secara tuntas; kita hanya dapat mengertinya sebagian.


Betapa celaka dan bodohnya orang yang mengejek, mengeritik, dan menghakimi firman Tuhan karena tidak mengertinya secara keseluruhan. Berapa panjangkah hidup kita? Alkitab berkata, "Tujuh puluh tahun, dan kalau kuat delapan puluh tahun, dan yang menjadi kebanggaan kita hanyalah keluhan, kesukaran, dan penderitaan." (Mzm. 90:10). Adakah manusia yang tidak pernah mencucurkan air mata, mengeluh, dan mengalami patah hati di dalam sepanjang hidupnya? Tidak ada! Janganlah kita menjadi orang Kristen, hamba Tuhan maupun jemaat, yang hanya mementingkan ayat-ayat Alkitab yang berkata kalau ikut Tuhan pasti hidup lancar, enak, dan kaya. Itu adalah konsep yang sangat sempit. Alkitab mengajarkan kita jauh daripada itu: Kalau kita mengerti rahasia kebenaran sebagai pangkal atau dasar hidup kita masing-masing dan kita mempunyai sumber bijaksana yang kekal, maka Page 1 of 4 RELASI MANUSIA DENGAN WAKTU - Pdt. Dr. Stephen Tong kita akan dapat menghadapi segala kesulitan kalau Tuhan memberikan penindasan itu kepada kita. Pada hari hari Tuhan menindas kita, kita pun dapat bersuka cita. Pada waktu Tuhan membolehkan kita mengalami kesulitan, kecelakaan, dan segala malapetaka, apakah yang menjadi kekuatan kita menghadapinya? Apakah rahasianya kita boleh mengalahkan semua itu dan tetap menang di dalam hidup kita yang singkat di dunia ini?


Yakni pengertian yang seimbang, stabil, dan utuh akan kebenaran Tuhan. Kita perlu mempunyai iman yang benar kepada Tuhan, sehingga sewaktu di dalam kesementaraan kita sudah menikmati kekekalan, dan kita mempunyai kelonggaran untuk membagi waktu kita dengan baik, sehingga hidup kita tidak dihamburkan dengan sia-sia. Banyak orang sampai pada saat menjelang kematiannya baru sadar bahwa mereka sudah membuang waktu terlalu banyak. Beberapa orang dari Eropa pergi ke Afrika. Di tengah-tengah padang belantara yang panas mereka menjumpai suatu danau kecil. Di dekat danau itu banyak batu-batuan dan mereka menemukan sebilah papan bertuliskan: "Yang mengambil batu akan menyesal. Yang tidak mengambil batu juga akan menyesal." Seorang di antara mereka tidak menggubris perkataan itu. Tetapi, seorang lainnya terus memikirkan apa arti tulisan itu. "Kalau saya membawa batu-batu itu saya akan tahu bagaimana menyesal karena membawanya. Kalau saya tidak membawa, juga akan menyesal, tetapi dengan penyesalan yang berbeda." Akhirnya dia memutuskan untuk membawa sedikit batu-batu itu dan menyuruh yang lainnya tidak usah membawanya. Ada juga orang yang tidak menggubris kalimat itu dan bermain-main berlomba melemparkan batu-batu itu ke tengah danau, dan menganggap mereka tidak akan menyesal karena tidak memikirkan kalimat itu lebih jauh. Setelah kembali ke Eropa mereka menyuruh ahli batu-batuan untuk menyelidiki batu yang dibawa itu. Setelah diselidiki ternyata batu-batu itu adalah semacam Safir yang dari luar nampaknya jelek, tetapi di dalamnya merupakan permata yang sangat indah dan mahal. Yang tidak membawa batu itu menyesal karena tidak membawanya. Tetapi, yang membawa pun akhirnya juga menyesal, karena tidak membawa lebih banyak.


Di dalam cerita itu batu-batu mengilustrasikan waktu. Bisakah kita membawa waktu ke dalam kekekalan, ke dalam surga? Kesementaraan mungkinkah berkaitan dengan kekekalan? Kalau kita bisa mengaitkan kedua hal ini berarti kita orang yang berbijaksana. Bagaimana menyimpan kekekalan di dalam kesementaraan, dan bagaimana membawa kesementaraan ke dalam kekekalan; ini merupakan suatu bijaksana yang luar biasa. Orang-orang biasa hanya menganggap kekal adalah kekal dan sementara adalah sementara. Banyak orang waktu diajak percaya kepada Yesus Kristus untuk menerima hidup kekal sering mengutip perkataan Konfusius:

"Mengenai hidup sekarang saja kita tidak mengerti, mengapa berani bicara tentang sesudah mati?" Banyak orang hanya mau memikirkan tentang hidup sekarang, dan tidak mau memikirkan tentang hidup sekarang, dan tidak mau pikir apa-apa tentang sesudah mati bagaimana; yang penting bagaimana menggarap hidup yang sekarang, mengenai yang akan datang tidak perlu dipedulikan. Ini salah satu sikap manusia yang paling umum di dalam dunia. Mereka tidak pernah memikirkan kemungkinan mengaitkan kekekalan dengan kesementaraan; bagaimana menyimpan kekekalan di dalam kesementaraan dan bagaimana membawa kesementaraan ke dalam kekekalan.


Mengenai hal ini ada perbedaan yang terlalu besar antara binatang dan manusia. Binatang dicipta di dalam kesementaraan dan hanya mempunyai esensi kesementaraan itu saja. Tetapi, manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan di dalam kesementaraan dengan dibubuhi esensi kekekalan, karena manusia telah dicipta menurut peta dan teladan Allah yang kekal. Kita adalah makhluk yang bersifat kekekalan; itulah sebabnya kita sering mendapat kesulitan untuk membagi waktu kita dengan baik, sehingga hidup kita tidak dihamburkan dengan sia-sia. Banyak orang sampai kadang-kadang mengeluh di dalam tubuh yang bersifat sementara. Kita merasa kesal pada waktu melihat wajah dan kulit tubuh kita menjadi kisut. Manusia berusaha untuk senantiasa awet muda, tetapi ini sesuatu yang mustahil. Faktanya kita semakin hari semakin bertambah tua. Rasa kesal karena mengetahui diri kita bertambah tua dan semakin digeser oleh waktu itu timbul dari suatu perasaan kita memiliki kekekalan. Kalau kita tidak memiliki kekekalan, kita tidak akan mempunyai ketidakpuasan dan kesadaran yang negatif terhadap eksistensi kita yang berada di dalam proses waktu yang menggeser kita menjadi tua. Waktu kita mengetahui barang yang kita sayangi rusak, waktu melihat orang-orang yang kita cintai sakit dan meninggal dunia, dan waktu menyadari kita harus menjadi tua, kita merasa susah sekali. Kita merasa tidak senang melihat segala perubahan itu, karena perubahan menggerogoti Page 2 of 4 RELASI MANUSIA DENGAN WAKTU - Pdt. Dr. Stephen Tong ketidakberubahan, kekekalan diancam oleh kesementaraan. Semua itu menimbulkan kerisauan yang tidak habishabisnya di dalam hati (hidup) kita.


Mungkinkah kekekalan berada di dalam kesementaraan? Dan mungkinkah kesementaraan dibawa ke dalam kekekalan? Alkitab menjawab: "Mungkin!" Bukan saja mungkin, tetapi memang harus demikian. Pada waktu yang sudah ditentukan, Allah menciptakan segala sesuatu dengan baik. Lalu Allah memberikan kekekalan di dalam hati manusia. Setelah manusia dibentuk dari debu tanah yang merupakan faktor yang sementara, Allah membubuhi kekekalan ke dalamnya. Karena kekekalan itu berada di dalam diri kita, maka kita mempunyai konsep sejarah, kita memiliki ambisi melawan dan melintasi, bahkan menguburkan sejarah. Tetapi setelah dosa berada (masuk) di dalam sejarah manusia, kesementaraan dan kekekalan tidak mempunyai kaitan yang normal, sehingga terjadi distorsi-distorsi; kadang-kadang kita susah sekali untuk hidup secara sukses. Ini bukan saja terjadi di dalam diri orang-orang ateis atau mereka yang berada di dalam filsafat-filsafat agama lain, tetapi juga di dalam diri orang-orang Kristen yang hidup rohaninya belum beres; mereka selalu mengalami konflik-konflik kesementaraan dan kekekalan di dalam jiwa mereka.


Yesus Kristus pernah memberikan suatu perumpamaan untuk memberikan pengertian hubungan antara kesementaraan dengan kekekalan. Ada seorang bendahara yang tidak jujur (baca Luk. 16:1-9). Bendahara yang tidak jujur itu tahu bahwa tidak lama lagi dia akan dipecat dari kedudukannya. Dia juga tahu, banyak orang berhutang kepada tuannya. Maka, cepat-cepat dia memberikan surat reduksi (keringanan) hutang kepada mereka. Setelah dipecat dari kedudukannya, orang-orang yang dulu pernah mendapatkan pertolongan dari si bendahara itu menerimanya dengan baik. Perumpamaan ini bukan untuk mengajarkan supaya kita meneladani ketidakjujuran dari si bendahara itu. Titik pusat perumpamaan ini adalah si bendahara itu mempunyai kebijaksaan yang luar biasa, yaitu dia mengetahui bagaimana memakai uang yang bersifat sementara untuk mempersiapkan nasibnya yang kemudian. Inti ajaran perumpamaan ini adalah bagaimana mengaitkan kesementaraan dengan kekekalan. Sudahkah kita mempersiapkan kekekalan pada waktu kita masih berada di dalam kesementaraan? Bagaimanakah caranya?
Kematian bagaikan sehelai pintu, menurut perkataan terakhir Sokrates, yang membawa manusia menuju kepada kekekalan. Kematian adalah semacam pintu yang memisahkan, seperti penyeberangan, atau perbatasan dari kesementaraan kepada kekekalan. Orang yang bijaksana adalah orang yang betul-betul mengetahui bagaimana menerima kekekalan sementara berada di dalam kesementaraan; yang bisa membawa sesuatu yang bernilai kekal menuju ke dalam wilayah kekekalan pada waktu mereka masih berada di dalam wilayah kesementaraan. Sehingga di dalam waktu sementara ini mereka menikmati hidup yang kekal, dan di dalam kekekalan mereka menikmati karya yang dikerjakan di dalam kesementaraan.


Di dalam surga tidak ada orang yang menyesal karena menerima Yesus Kristus. Waktu kita menerima Yesus Kristus kita menyesali akan dosa-dosa dan segala perbuatan kita yang melawan kehendak Allah dan yang telah menjauhkan kita dari Dia; ini disebut penyesalan yang tidak mendatangkan penyesalan (unregretable regret) menurut istilah Alkitab. Setelah kita menerima Yesus Kristus di dalam hati kita, kita akan tenang hidup di dalam dunia; dunia yang sementara tidak lagi mengancam kita, sekalipun kita bisa menjadi tua, sakit, bahkan mengalami kematian dan dikuburkan. Kita sudah mempunyai kekekalan di dalam kesementaraan. Kekekalan yang dicipta oleh Tuhan sudah tidak mempunyai arah setelah manusia jatuh ke dalam dosa, tetapi kekekalan ditebus oleh Yesus Kristus mempunyai arah yang tidak pernah berubah. Setelah kita menerima Yesus Kristus,

Paulus menghimbau: "Persiapkanlah dirimu untuk kekekalan." Di dalam kesementaraan mengandung kekekalan dan di dalam kekekalan mengandung kesementaraan. Di dalam waktu hidup kita yang sementara kita menuju kepada kekekalan; apakah yang kita persiapkan untuk itu? Kalau kita hanya melihat dunia sekarang ini dan menikmati segala sesuatu di dalam hidup kita, seolah-olah sesudah mati hidup kita selesai, apakah bedanya kita dengan segala macam binatang? Marilah kita mempersiapkan kekekalan selama kita berada di kekekalan kita akan mengingat kembali dan menikmati apa yang sudah kita lakukan di dalam kesementaraan. Orang yang bisa mengaitkan kesementaraan dengan kekekalan, dan sebaliknya, adalah orang yang bijaksana. Namun, berapa banyak orang yang pada saat-saat terakhir hidupnya, selangkah sebelum menuju kekekalan, baru sadar bahwa mereka telah salah jalan selama di Page 3 of 4 RELASI MANUSIA DENGAN WAKTU - Pdt. Dr. Stephen Tong dalam kesementaraan, tetapi tidak ada waktu lagi untuk kembali. Pada saat langkah terakhir di dalam kesementaraan dan harus menuju kepada kekekalan itu mereka mendadak menjadi orang yang bijaksana. Sudah beberapa buku diterbitkan khusus untuk memberitahukan suara-suara yang tercetus dari orang-orang yang berada di tepi kekekalan; salah satu yang penting berjudul "The Voices From The Edge of Eternity" – Suara suara Dari Tepi Kekekalan. Di tepi perbatasan antara kesementaraan dan kekekalan itu barulah banyak orang yang sadar; salah seorang di antaranya adalah John Stuart Mill (1806-1873), seorang filsuf Inggris. Dia adalah seorang penganut Utilitarianisme yang hanya mementingkan akan keuntungan dan kebahagiaan hidup di dunia;

salah satu motto mereka yang terkenal adalah mencari kebahagiaan sebesar mungkin untuk sebanyak mungkin manusia. Banyak orang, bahkan orang Kristen, secara sadar ataupun tidak, telah terjerumus ke dalam filsafat (pandangan) yang salah ini. Di dalam pandangan ini mayoritas akan menentukan nilai, padahal kadang-kadang kebenaran bukan berada di pihak mayoritas melainkan minoritas dan akhirnya mengalami penganiayaan, tetapi Dia mempunyai kebenaran. Di dalam hidupnya John Stuart Mill selalu berkata, "I never believe in God, in Satan, in heaven, in hell; but only my wife" --Saya tidak percaya akan Allah, setan, surga, neraka; hanya percaya akan istri saya. Namun, sebelum meninggal dia sempat menulis tiga tesis, di antaranya mengatakan:

"Sebenarnya Yesus Kristus merupakan nilai yang tertinggi." Salah seorang lainnya adalah Thomas Scott, politikus dari Inggris. Sebelum menghembuskan nafas terakhir dia berkata: "I never belief in heaven and hell before, but now I believe both, yet it's too late" --Saya tidak percaya ada surga dan neraka, tetapi sekarang saya percaya akan keduanya, namun terlambat. Tidak ada waktu baginya untuk bertobat. Marilah kita mengaitkan hari-hari hidup kita yang pendek di dalam kesementaraan dengan nilai kekekalan menurut janji Tuhan.

Apakah yang bisa kita kerjakan di dalam dunia yang bisa dibawa ke dunia sana? Apa yang bisa kita kerjakan di dalam dunia sementara yang bisa diingat di dalam kekekalan, kerjakan segiat mungkin. Tetapi tidak perlu kita terlalu mencurahkan perhatian, pikiran, dan tenaga terhadap apa yang tidak bersifat kekal. Biarlah hati dan pikiran kita terkonsentrasi hanya terhadap hal-hal yang bernilai kekal, termasuk di dalam penggunaan uang.


Penilaian yang berbijaksana berkaitan dengan pengertian antara bagaimana mengharmoniskan kekakalan di dalam kesementaraan dan kesementaraan di dalam kekekalan; dengan ini kita bisa menuju kepada esensi yang bertahan. Demikian juga di dalam pelayan, pekerjaan, dan segala ucapan-ucapan kita. Kita jangan terlalu banyak memakai waktu untuk memikirkan rencana-rencana yang akan gugur untuk mengucapkan hal-hal yang terus menerus berubah. Tetapi kita harus memusatkan pikiran serta tenaga kita untuk mengerjakan hal-hal yang bernilai, untuk kekekalan, dan untuk kehendak Allah. Dengan demikian kita menjadi orang yang bijaksana.


Jikalau hari ini kita harus berjumpa dengan Tuhan, dan kita harus mempertanggungjawabkan dihadapan- Nya hari-hari yang diberikan kepada kita, siapakah kita? Sudahkah kita mempersembahkan waktu-waktu kita, harta, tenaga, talenta, pikiran, kekuatan, kesehatan, dan segala milik kita di atas mezbah Tuhan?


(Sumber "WAKTU DAN HIKMAT" oleh Pdt. Dr. Stephen Tong, LRII, Jakarta, 1990.)



Rendah hati (Mikha 6: 8)


Rendah hati tidaklah sama dengan rendah diri. Orang yang rendah hati, tidaklah sombong. Tetapi orang yang rendah diri, masih memiliki kesombongan yang tersembunyi.

Rendah hati, rendah diri dan kesombongan bisa digambarkan seperti sebuah gelas besar dengan tiga macam pentutup, yakni tutup kecil, tutup besar dan tutup yang pas. Kemudian ketiga penutup gelas itu dicoba untuk diletakkan secara berurutan sebagai penutup gelas tadi. Tutup gelas kecil yang tidak bisa menutupi gelas, menggambarkan karakter seorang yang minder; tutup gelas yang besar, yang kedodoran menutupi gelas, mewakili karakter seorang yang sombong; Jadi orang sombong itu, kedodoran, berlebihan. Tutup gelas yang pas, yang cocok dengan gelasnya, menggambarkan karakter orang yang “rendah hati”.

jadi orang yang rendah hati itu, Pas dalam menilai dirinya, Pas dalam menilai kemampuannya dan Pas dalam memandang akan orang lain. Dia bukanlah orang yang berlebihan, juga bukan orang yang memandang dirinya kecil. Tetapi dia tepat dalam memandang dirinya, seperti Allah menilainya.


Pada hari ini kita akan mempelajari beberapa hal mengenai kerendahan hati dari Mikha 6:8. Mikha 6:8 menuliskan:"

"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"

Saya akan mengfokuskan kepada bagian terakhir dalam ayat ini, yakni hidup dengan rendah hati dihadapan Allahmu.

Pertama, rendah hati adalah sebuah bentuk karakter yang paling tinggi. perhatikanlah teks Alkitab tadi. Mic 6:8 "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"

Ada tiga karakter yang disebutkan, yakni berlaku adil, mencintai kesetiaan dan terakhir adalah hidup dengan rendah hati. Anggaplah, saudara itu sudah adil, sudah setia, apakah ini sudah cukup? ternyata belum. Harus ada karakter terakhir yakni rendah hati. Kita masih harus berjalan dengan rendah hati, supaya kita tetap bersandar kepada pertolongan Tuhan untuk berlaku adil. Kita masih tetap harus bersandar kepada pimpinan Tuhan agar kita tetap terus mencintai kesetiaan. Kita harus dengan rendah hati menyadari bahwa kita bisa memiliki karakter yang adil dan setia, semata mata karena belas kasihan Tuhan saja. Jika kita tidak lagi dengan rendah hati bersandar kepada Tuhan maka kita akan kehilangan keadilan dan kesetiaan. Atau setelah memiliki karakter yang baik, kemudian saudara menjadi sombong, maka karakter yang baik tadi akan rusak seketika. Itulah sebabnya rendah hati merupakan karakter kunci, atau karakter yang tertinggi. sebab jika tidak ada kerendahan hati, maka tidak akan ada karakter karakter yang baik seperti tadi.

Sdr perhatikan saja, apakah ada orang sombong yang baik? apakah ada orang sombong yang adil? apakah ada orang sombong yang setia? kalau sdr mendapati orang sombong yang baik, maka kebaikannya itu palsu.

Kerendahan hati merupakan karakter kunci dari semua karakter kristiani. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Petrus agar kita mengenakan kerendahan hati sebagai pembungkus dari semua karakter. ( 1 Pet 5:5).

Bukan hanya itu, tetapi jadikanlah kerendahan hati sebagai pembungkus semua milikmu. Kepintaranmu, bungkuslah dengan kerendahan hati. Kekayaanmu, bungkuslah dengan kerendahan hati.

Ada yang mengatakan kalau jadi seleb, mungkin inginnya jadi Anisa Pohan. Alasannya, dia cantik, cerdas, tapi rendah hati meskipun sudah jadi menantu presiden, dan kehidupan cintanya baik - baik saja

cantik perlu, cerdas perlu. namun yang paling perlu adalah rendah hati. Rendah hati membuat seseorang disenangi. Rendah hati seharusnya melingkupi semua kelebihan kita.

Bahkan jika sdr bukan orang kaya, dan bukan siswa yang pandai, kerendahan hati akan membuat orang-orang menghargaimu. Karena inilah kualitas karakter yang paling tinggi.



Siswa Terpintar yang Rendah Hati

Pada tanggal 8-16 juli 2007, Seorang siswa berasal dari Indonesia, namanya Jonathan Pradana Mailoa, berhasil menggondol predikat absolute winner pada Olimpiade Fisika Internasional ke-37 (37th Ipho),

Lewat Jonathan, Indonesia mengakhiri penantian 13 tahun untuk meraih predikat juara dunia pada kompetisi fisika paling prestisius sejagat ini. Lewat anugerah absolute winner, siswa ini menjadi yang terpintar di antara 386 siswa pintar dari 83 negara.

Selain menyabet absolute winner, dan the best in theory, ia juga diganjar predikat The Best ASEAN Student.

Namun, sebuah pesan singkat tiba di HP Jonathan. ''Terus berjuang. Jangan arogan.'' Pesan sms dari kedua orang tuanya di Jakarta. Orang tuanya mengingatkannya gar jangan sombong.

Boleh dibilang Jonathan adalah siswa yang amat rendah hati. Usai dikalungi medali emas di auditorium NTU, Ahad (16/7) silam, Jonathan merasa tak nyaman kesana kemari dengan keping emas bergelantung di dadanya. Ia pun 'menyembunyikan' medali itu. Dia lebih suka memasukkannya ke dalam saku jas.

Usai meraih predikat juara dunia, majalah resmi Ipho ke-37, 'Quantum', menghadirkan sosok Jonathan di headline di halaman tiga. ''I'm just lucky,'' begitu judul yang muncul. Soal sikap rendah hati, Jonathan mengaku diajari keras oleh orang tuanya.

Ketika harian Republika bertanya: Kamu berprestasi sekali, apalagi di ajang olimpiade fisika seperti ini? Pasti kamu jenius.

jawaban Jonatan: Itu kan gara-gara beberapa bulan dikarantina di TOFI. Jadi, saya belajar terus.

Kita melihat anak ini, memiliki kejeniusan. Namun yang luar biasa adalah kepandaian itu, dibungkus dengan kerendahan hati.

Jadikanlah kerendahan hati sebagai karakter mu yang paling penting. Hartamu yang paling berharga

Kedua, kerendahan hati adalah sebuah aktivitas yang konstant. Hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu bisa diterjemahkan: berjalan dengan rendah hati bersama Allah. Berjalan adalah sebuah tindakan yang aktif. Ini artinya, kerendahan hati dinyatakan dalam segala aktivitas kita. Baik itu ketika sdr berada di gereja maupun ketika sdr berada di sekolah. Sdr jangan menjadi orang kristen yang hanya rendah hati di gereja, tetapi sombong nya luar biasa ketika berada di kelas. Itu bukan kerendahan hati yang sejati. Kalau sdr rendah hati hanya ketika membaca Alkitab dan berdoa, tetapi sombong terhadap seorang pengemis, maka itu bukanlah sikap rendah hati seperti yang dimaksud oleh firman Tuhan.

Rendah hati yang alkitabiah itu adalah aktivitas yang kontasn. Firman Tuhan mengatakan: berjalan dengan rendah hati dihadapan Allahmu. Bukan menyembah dengan rendah hati, tetapi berjalan dengan rendah hati. Kita harus menyembahnya dengan rendah hati, namun tidak hanya berhenti sampai disitu, melainkan kita harus berjalan bersama Allah dengan rendah hati. Berjalan berarti, dimanapun saya berada, saya harus rendah hati. Jadi walaupun kita sibuk, kita harus tetap rendah hati.

Sdr ingat kisah Maria dan Marta? Maria duduk dihadapan Yesus dengan rendah hati mendengarkan Yesus berbicara, sedangkan marta sibuk melayani. Lalu apa yang dikatakan oleh marta? dia berkata:" Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."

Apakah kesalahan Marta disini? Dia melayani Tuhan bukan lagi dengan sikap yang rendah hati. Saat itu, dia berperanan sebagai Mrs. atau nyonya Martha. seorang Nyonya adalah seorang ratu dalam sebuah rumah tangga. Martha melayani bukan lagi dengan sikap yang benar. Dia sudah kehilangan kerendahan hati dalam pelayanannya. Kalau dia rendah hati dalam pelayanannya, maka dia tidak perlu marah dan mengatakan :"Tuhan tidak peduli, bahwa dirinya dibiarkan melayani seorang diri. Seharusnya, Marta melayani dengan hati seperti Maria yang rendah hati.

Demikian juga halnya dengan kita. Belajarlah di sekolah dengan sikap yang rendah hati sama seperti ketika sdr berdoa dihadapan Allah. Bergaulah dengan teman-temanmu dengan sikap seperti sdr sedang membaca Alkitab. Atau dkl. rendah hatilah dalam seagala aktivitasmu sama seperti ketika sdr berada dihadapan Allah.

Janganlah hanya kadang-kadang rendah hati. Atau jangan hanya sering rendah hati. Tetapi selalulah rendah hati. Inilah kualitas pengikut Kristus, dimana setiap hari dan setiap saat dia rendah hati dihadapan Tuhan dan dihadapan manusia.

Ketiga, kerendahan hati menuntut kemajuan. Berjalan berarti ada kemajuan. Ketika ssdr berjalan, langkah sdr semakin hari semakin jauh bukan. Rendah hati adalah seperti berjalan. Karena itu, kerendahan hati yang benar, pasti mengalami kemajuan. Orang yang benar-benar rendah hati, tidak akan pernah merasa puas bahwa dirinya sudah rendah hati. Dia akan terus merasa bahwa dirinya harus lebih rendah hati lagi. Dia akan terus melangkah semakin rendah hati. Bila sdr sudah puas dan merasa sudah rendah hati, berarti sdr tidak lagi rendah hati, Sdr sudah jatuh ke dalam dosa kesombongan.



Keempat, Bgaimanakah supaya kita tetap rendah hati? peliharalah hubunganmu dengan Kristus

Kerendahan hati adalah sebuah hubungan yang konstan dengan Allah. Perhatikanlah bahwa kita diberitahu agar hidup dengan rendah hati dihadapan Allah. Tidak ada gunanya berjalan dengan rendah hati tetapi jauh dari Allah. Ada orang yang sangat sombong dengan kerendahan hatinya. Mereka begitu rendah hati, sehingga mereka dengan sombong tidak merasa perlu untuk menerima anugerah keselamatan dari Kristus, dan menganggap diri mereka sudah rendah hati. Iitu merupakan kerendahan hati yang jahat, bukan berasal dari Allah. Kerendahan hati yang paling tinggi dan paling benar adalah kerendahan hati yang berjalan bersama dengan Allah.

Ingatlah apa yang dikatakan oleh Ayub:

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Job 42:5

Job 42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

Kapankah Ayub bisa merendahkan diri seperti ini? setelah dia mengenal Allah lebih dalam lewat penderitaannya. Dekatnya hubungannya dengan Allah membuatnya semakin merendahkan diri dihadapan Allah.

inatlah juga akan Abraham ketika dia memohon pengampunan untuk Sodom dan Gomora.

Gen 18:27 Abraham menyahut: "Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu.

Abraham menyadari bahwa dirinya berdosa, dirinya tidaklah berarti apa-apa. Ini kerendahan hati. Kerendahan hati seperti ini, diperoleh karena apa? Apakah karena jauh dari Allah? tidak. Abraham bisa menyadari dirinya debu dan abu, karena dia berbicara sangat dekat dengan Tuhan.

Baik itu Abraham, maupun Ayub, bisa menyadari kerendahan nya karena dekat dengan Allah. Saudara bisa merasa dirimu sangat besar, seperti yang engkau mau, jika saudara jauh dari Allah. Namun ketika saudara dekat dengan Allah, maka saduara akan melihat dirimu tidak berarti. Saudara akan memiliki kerendahan hati yang sejati. Hubungan dengan Allah merupakan sebuah alat untuk mengukur kerendahan hati kita. Semakin saudara dekat dengan Allah, maka saudara akan semakin rendah hati. Sebaliknya, jikalau saudara semakin jauh dari Allah, maka kerendahan hatimu akan semakin berkurang. Orang-orang yang dekat dnegan Allah, pasti merupakan orang yang rendah hati. Oleh karena itu berjalanlah besama Allah. Milikilah sebuah hubungan pribadi dengan Allah yang semakin hari semakin erat, supaya sdr semakin rendah hati.

Kita tidak mungkin berjalan dengan Allah dalam kesombongan. Kita pasti akan berjalan bersama allah dalam kerendahan hati. Sdr kalau berjalan bersama derngan temanmu yang lebih jelek, dengan yang lebih miskin, sdr mungkin bisa berjalan bersamanya dengan sombong. ah.......saya khan lebih cakep, lebih kaya dari dia. Tetapi kalau sdr berjalan bersama dengan miss indonesia, atau miss World atau dengan artis, saya yakin sdr akan berjalan dengan rendah hati. Bahkan mungkin lebih buruk dari itu, yakni berjalan dengan minder.

Berjalan bersama Allah, akan membuat sdr berjalan dengan rendah hati. Yang terbatas berjalan bersama dengan yang Tak Terbatas. Itu saja sudah akan membuat sdr menyadari bahwa dirimu tidak berarti apa-apa.

Hubungan yang konstan dengan Allah akan membuat sdr hidup dengan rendah hati. Dialah yang membuat kita rendah hati. Dia akan membuka pikiran kita untuk menyadari akan kesombongan kita. Dia akan membuka pikiran kita untuk melihat bahwa betapa banyak orang yang lebih dari kita.

• Sdr jangan memandang rendah seorang penjual bubur. Penjual bubur otong di Jl. sudirman, punya mobil BMW.

• Sdr jangan memandang rendah tukang sotomi. Ada Tukang soto mie yang anaknya sudah semester 6 di Kedokteran,.

• Sdr jangan memandang rendah tukang ikan asin. Ada anak tukang ikan asin, kuliah di managemen bisnis Universitas Gajah Mada.

• Bahkan ketika saya remaja dulu, seorang tukang becak langganan kami, sedang kuliah di Fk. hukum

Semua itu dapat dipakai Tuhan untuk menyadarkan kita agar hidup dengan rendah hati. Hubungan dengan Tuhan, akan menolong kita untuk melihat betapa banyak orang yang lebih hebat, sehingga kita bisa terus hidup dengan rendah hati. Hubungan dengan Tuhan akan menyadarkan diri sdr bahwa kita ini tidak ada apa-apanya.

Bahkan pengemis pun sdr tidak akan pandang rendah kalau sdr berjalan bersama dengan Tuhan.

• ada seorang pengemis di pintu masuk kampus Universitas Pajajaran Bandung, terlihat kantung duitnya sudah penuh....

• Lalu seorang ibu bertanya kepadanya: " mang...koq masiiiih saja mengemis dari dulu ? itu duitnya udah segembolan , koq belum pulang ?

• ....yaaaah, bu, kan buat anak cucu.........

• Emang anak mamang dimana gitu ?

• Anak mamang ? Ada yang di ITB, ada yang di Unisba, ada yang di Maranatha, bahkan ada yang di IPB Bogor dan UI Depok..........

• si mamang gaya.....kuliah apa anak anaknya mamang teh kitu ?....

• Aaaah, engak kuliah bu.....kerjanya mengemis sama seperti saya.

Pengemis ini punya anak banyak yang semuanya pengemis juga di berbagai perguruan tinggi.

bagaimanakah pandangan sdr terhadap pengemis seperti ini dan banyak pengemis miskin lainnya di jalan? Aapakah sdr merasa dirimu lebih tinggi, lebih hebat dari mereka.

Bagaimana supaya sdr bisa tetap bersikap rendah hati terhadap mereka? mudah. Peliharalah hubungan yang konstan dengan Allah. Dia akan membuat sdr rendah hati, dimanapun itu dan kapanpun itu.

Berjalanlah dengan rendah hati bersama Allah. Kita hanya bisa rendah hati ketika kita berjalan bersama dengan Kristus. Jikalau selama ini, sdr merasa sangat sulit untuk mengalahkan kesombonganmu, dan sdr sangat ingin hidup dengan rendah hati. Datanglah kepada Kristus. Dia akan menolongmu untuk rendah hati. Yesus sangat mudah menolong kita untuk rendah hati, karena Dia akan membuat kita sadar bahwa kita ini tidak ada apa-apanya. Dia akan membuat kita sadar bahwa kita ini berdosa, dan sangat membutuhkan Kasih anugerah Nya. Dan ketika Tuhan Yesus telah memberikan anugerah keselamatan buat sdr, maka sdr pasti akan rendah hati. Bagaimana mungkin kita bisa sombong lagi, kalau kita menyadari bahwa keselamatan yang kita miliki, dan bahkan hidup dan segala sesuatu yang kita miliki adalah dari Tuhan Yesus? Seperti yang dikatakan oleh firman Tuhan:

" 1Co 6:20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Kerendahan hati menurut Kitab Suci adalah buah dari anugerah, bukan buah dari rasa takut. Kasih Allah-lah yang rnembuat manusia sungguh-sungguh rendah hati. Jika kita melihat kasih Allah, yang panjang, lebar, tinggi dan dalam, dan sudah mengalami kasih itu, maka hati kita akan direndahkan oleh pengetahuan bahwa Allah sangat mengasihi kita

Kerendahan hati bukan berarti merasa kecil dan tidak berguna seperti perasaan rendah diri. Kerendahan hati adalah merasa betapa besar dan mulianya Allah, yang sangat mengasihi diri sdr. Oleh sebab itu, cara untuk rendah hati, hanya ada satu jalan, yakni datanglah kepada Kristus. Berjalanlah bersama dengan Dia, hari demi ke sehari. Berjalanlah bersama Kristus baik itu ketika di sekolah, maupun ketika di rumah dan ketika di gereja atau di jalan. Dengan berjalan bersama Kristus, maka sdr akan ditolong menyadari ketidklayakan dirimu. Sdr akan dibukakan untuk bisa melihat bahwa sdr itu tidak ada apa-apanya. sehingga sdr bisa menjadi seorang siswa kristen yang rendah hati.

(sumber Yohannis Trisfant, MTh.)



Selasa, 23 Februari 2010

Izin Untuk Melayani


Apakah Kita pernah merasakan bahwa kehidupan berutang sesuatu kepada kita karena kita lajang? Bukan seorang pasangan, tetapi setidaknya sebuah tempat? Kadang – kadang saya berpikir saya berhak untuk menemukan seseorang yang cocok dan merasa nyaman. Tetapi apakah saya benar – benar mempunyai hak itu? Saya tidak terlalu yakin lagi bahwa kenyamanan adalah hak saya. Tetapi saya merasa yakin dengan hal ini :
Melayani adalah panggilan saya. Bukan panggilan saya karena saya lajang.

Saya di panggil karena saya adalah miliknya.
Saya dipanggil untuk meneladani Kristus – dan Kristus adalah raja yang menjadi pelayan.



Ia berbicara sangat jelas mengenai tugas-Nya; “Tidaklah demikian diantara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Markus 10:43-45).



Richard Halverson, mantan pendeta Majelis Tinggi Amerika Serikat berkata : Setiap hari sebelum saya meninggalkan studi saya, saya meminta Allah untuk “memakai saya seperti sebuah pakaian.” Pakaian saya tidak berarti apa – apa mereka adalah benda mati, dan ketika saya membukanya, pakaian tidak bisa berdiri atau berjalan atau bertindak dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka roboh. Saya ingin satu – satunya semangat saya adalah Kristus yang hidup di dalam saya, Kristus yang memikirkan pemikiran – pemikiran-Nya, merindukan kehendak-Nya, dan mengasihi orang – orang yang dikasihi-Nya melalui saya.


Saya sebenarnya memiliki keinginan seperti Richard Halverson, tetapi kadang – kadang saya egois. Dari pada keinginan untuk dihibur atau diundang atau dimanja atau disenangkan. Saya ingin diakui terlebih dahulu, dan kemudian sedikit dimanja. Bahkan digereja, saya ingin mempunyai sebuah tempat yang cocok dengan saya – dan saya sering mencari tempat itu lebih dulu sebelum saya melayani orang lain.

Saya tahu terlalu banyak lanjang yang sepertinya “mogok” sampai Allah memberikan apa yang mereka inginkan. Mereka ingin melayani – jika mereka menikah. Tetapi saya ingin tahu apakah kita akan diperlengkapi untuk melayani di luar itu? Seorang perempuan lajang yang sangat sukses sekali waktu bercerita kepada saya, “Saya tidak mempunyai waktu untuk melakukan apapun untuk Allah saat ini, tetapi saya memberi lebih banyak uang dibandingkan orang – orang.” Aduh… keadaan saya tidak seperti ia (secara khusus saya mempunyai lebih waktu dibanding uang, dan tidak dalam jumlah yang berlimpahan juga), walaupun saya memahami bahwa kita paling mudah memberi jika kita hidup berkelimpahan. Tetapi mungkin Allah lebih menginginkan kita untuk belajar memberi dari kekurangan kita – bergantung pada-Nya untuk menggandakan pemberian itu dan menyediakannya untuk sang pemberi.

Jika kita melajang dengan sungguh – sungguh meneladani Yesus – jika kita benar – benar memberi diri kita izin untuk melayani – saya percaya dunia akan berubah. Atau setidaknya sudut kecil kita di dunia.



Apakah ada kebutuhan yang dapat kita sediakan? Apakah ada rasa sakit yang dapat kita rasakan? Apakah ada kata yang dapat kita sampaikan atau tugas yang dapat kita emban? Paulus menantang saudara – saudara dalam Kristus di Filipi untuk melayani satu sama lain :


Dan janganlah tiap – tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (Filipi 2:4-7)


Apakah anda mau hidup seperti seorang raja? Raja saya mengambil kain dan membasuh kaki para pengikut-Nya. Saya ingin meneladani-Nya lebih dari keinginan saya untuk disukai. Saya ingin mengikut-Nya lebih dari keinginan saya untuk menemukan seseorang yang cocok. Dan lebih dari apa pun, saya ingin mendengarkan-Nya berkata kepada saya, “Baik sekali perbuatan-Mu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia.”

Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucapkan syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan (Ibrani 12:28-29)


Apakah kita sangat menginginkan sesuatu yang belum menjadi milik kita sehingga kita tidak bisa menghargai semua yang ada?? Rahasianya bukanlah untuk menyangkal atau membuang keinginan dari hidup kita atau untuk mengizinkan keinginan itu untuk menjadi berhala yang menguasai kita - tetapi hanya untuk mengizinkannya berada bersama dengan gairah kita untuk hidup.


(Sumber Melajang itu asyik; Leigh McLeroy)

Sabtu, 20 Februari 2010

Iman Yang Melihat Tahta Di Atas Tahta


Karena iman, Musa meninggalkan Mesir dengan tidak takut kepada Firaun. Kalimat yang sangat pendek ini menyatakan kebesaran tindakan Musa. Siapakah Firaun? Orang yang paling berkuasa di seluruh muka bumi. Mengapa Musa tidak takut kepadanya? Karena Musa melihat adanya kuasa di atas kuasa, tahta di atas tahta, kerajaan di atas kerajaan. Inilah ciri khas para nabi, para hamba Tuhan yang melayani Tuhan. Karena dia menyaksikan adanya tahta di atas tahta, maka dia tahu, tahta dunia adalah tahta yang sementara. Suatu hari nanti, penguasa yang duduk di atas tahta dunia akan turun, karena kuasa yang dia miliki bukanlah kuasa yang kekal. Maka Musa bertekad menjalankan kehendak Tuhan, Raja di atas segala raja, dengan tidak takut.

Sejarah membuktikan bahwa apa yang Musa lakukan itu benar adanya: di manakah Firaun sekarang? Tidak ada lagi. Di manakah pengaruh Musa? Terus berlangsung di dunia. Hal itu mengajarkan kepada kita bahwa di suatu zaman, ada orang yang memiliki iman dan visi yang menerobos semua zaman. Inilah yang kita pelajari dari Alkitab. Musa bukan memandang pada kuasa, kemuliaan, kehormatan, atau kekayaan dunia yang sementara, melainkan melihat apa yang mungkin dia capai, yang dapat memberi pengaruh kekal di dalam sejarah. Musa melihat ada kehendak Allah yang jauh lebih tinggi daripada kehendak Firaun, ada tugas dan mandat yang Allah percayakan kepadanya. Hal-hal seperti inilah yang dari zaman ke zaman membuat adanya orang-orang yang mengaitkan diri mereka dengan rencana Allah yang kekal, yang tidak mungkin digeser oleh pentas politik yang ada di dalam sejarah. Karena siapakah raja-raja yang mewarisi kerajaan-kerajaan besar di dalam sejarah? Tak lain hanyalah keturunan orang berdosa yang secara 'kebetulan' dilahirkan di dalam keluarga kerajaan, sehingga mereka mewarisi kedudukan yang tinggi. Namun hanya orang-orang yang tahu akan kuasa Tuhan yang kekal sajalah yang tidak akan silau terhadap kuasa dunia.
Page 1 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

Kekekalan yang Melampaui Kerjaan dan Tahta Dunia Suatu kali, Beethoven, si musikus, dan Goethe, si sastrawan, yaitu dua tokoh besar di dalam sejarah dan kebudayaan Jerman, berjalan-jalan sambil berdialog di suatu taman di Wina, Austria. Tiba-tiba terdengar suara yang ramai, sehingga mereka berdua berhenti berbicara sambil memncari tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi. Ternyata Rudolf, Pangeran Austria masa itu, melintas dengan mengendarai kereta emas dengan rodanya yang begitu indah. Dan semua orang mengelu-elukannya: "Rudolf, Rudolf!" Mengetahui itu, Goethe segera meninggalkan Beethoven, berjalan ke depan untuk menantikan Pangeran lewat, diapun segera memberi hormat kepadanya. Sedangkan Beethoven, tidak seperti orang-orang lain yang begitu mendengar keramaian langsung mencari tahu, karena dia tetap duduk di sana dengan tenang.
Setelah Goethe memberi hormat kepada Pangeran Rudolf, Pangeranpun balas memberi hormat kepadanya, karena sastrawan besar yang berdiri di depannya ini pernah menjadi gurunya. Selesai Sang Pangeran membalas hormat Goethe, dia melihat Beethoven ada di sana. Di luar dugaan semua orang, Sang Pangeran justru turun dari kereta kudanya, menghampiri Beethoven dan memberi hormat kepadanya. Beethoven pun balas memberi hormat kepada Pangeran. Padahal Goethe, penulis Faust, dan Beethoven, penulis Symphony No. 9, sama-sama adalah tokoh yang agung, tetapi mereka berdua sangat berbeda: Goethe memberi hormat kepada Pangeran, Beethoven justru menerima hormat dari Pangeran.
Setelah Pangeran kembali ke kereta dan meninggalkan keduanya, mereka melanjutkan pembicaraan. Goethe bertanya, "Mengapa tadi kamu tidak memberi hormat kepada Pangeran, tapi Pangeranlah yang menghampirimu dan memberi hormat kepadamu?" Jawabnya, "Orang yang seperti Rudolf sering ada, namun orang yang seperti saya jarang ada. Rudolf menjadi Pangeran, orang ternama, karena dia dilahirkan di dalam keluarga kerajaan, dia mewarisi semua itu secara otomatis; sedangkan saya, Beethoven menjadi ternama bukan karena saya mewarisinya dari orangtua. Kesuksesan saya bukan saya peroleh secara otomatis melainkan melalui perjuangan yang berat. Itu sebabnya saya rasa saya tidak perlu menghampiri dan memberi hormat kepadanya. Karena orang yang seperti Rudolf memang banyak, tapi Beethoven hanya satu."
Saya sangat terkesan dengan tulisan itu, karena di sana tersimpan pengertian dan kesadarannya tentang I am myself, I gain my own respect, I achieve my own success, I struggle until today. Siapa itu raja, Pangeran, orang yang berkedudukan tinggi di istana? Mereka hanyalah orang-orang yang mewarisinya dari keluarga mereka. Suatu kali, Beethoven mengajukan dispensasi, dan di akhir surat permohonannya dia membubuhkan tanda tangan "Ludwig von Beethoven". Dalam kebudayaan Jerman terdapat dua jenis nama: van (keturunan bangsawan) yang dihormati dan von (identik dengan istilah from dalam bahasa Inggris), yang tidak terhitung apa-apa, selain sekadar menandakan dia berasal dari kota mana. Surat petisi Beethoven itu ditolak, karena dia menyandang nama von bukan van. Namun sekarang ini, suapa yang peduli penyandang nama van adalah orang yang berasal dari istana atau keluarga bangsawan? Tidak ada. Meski Beethoven tidak memiliki darah bangsawan, juga tidak mewarisi kedudukan dari kerajaan, namun dia telah menjadi orang yang lebih mulia ketimbang raja-raja di Jerman. Adakah yang masih mengingat raja-raja seperti Pangeran William atau Rudolf? Tidak. Namun seluruh dunia, tidak peduli bangsa apapun, mengingat Beethoven, karena semasa hidupnya dia telah
mencapai sesuatu yang melebihi apa yang telah dicapai kerajaan. Yang paling ironis adalah: waktu Jerman berperang dengan Perancis, sebelum orang Perancis maju berperang, mereka memperdengarkan lagu-lagu Beethoven (yang adalah orang Jerman) terlebih dahulu. Meski kedua bangsa itu bermusuhan, tapi waktu mendengar lagu-lagu Beethoven, orang Perancis mendapat semangat untuk berperang. Ini membuktikan adanya unsur yang melampaui zaman, tempat, waktu, kerajaan dan kuasa dunia. Unsur itulah yang ditangkap oleh semua nabi yang memampukan
Page 2 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

Mereka memandang segala sesuatu yang di dunia ini, termasuk tahta raja, sebagai sesuatu yang sementara adanya, tapi yang ada di sorga, sebagai sesuatu yang kekal adanya. Di manakah Suharto, Habibie, Gus Dur? Sudah tak berada di atas tahta. Semua mereka hanya berkuasa untuk sesaat, demikian juga suatu hari nanti Megawati pun akan turun tahta. Namun Tuhan kita tidak pernah turun dari tahta-Nya, amin?
Pada waktu saya berkhotbah kepada dua puluh dua ribu orang di Manila dengan tema "The Delivery of God in the Time of Crisis" (Pertolongan Tuhan di Masa Krisis) saya berkata: the whole country of Philippines, starting from the top, the President, until you, the people: the whole nation should repent. Saat itu, Filipina memang sungguh-sungguh berada di dalam krisis. Enam buah universitas yang paling bergengsi di negara itu sudah dibeli oleh orang-orang dari TM (Transcendental Meditation). Bayangkan, universitas-universitas negara Katholik itu dibeli oleh orang India yang beragama Hindu campur Mistis. Yayasan yang memilikinya berhasil menjual satu-persatu universitas - universitas itu di bawah tangan. Korupsi di negara itu begitu hebat, sementara rakyat hidup menderita. Di saat seperti itulah saya menyampaikan khotbat: seluruh bangsa Filipina, mulai dari Presiden sampai rakyatnya, harus bertobat, karena tanpa bertobat tidak ada pertolongan dari Tuhan.
Di sela-sela khotbah yang berlangsung selama lima puluh menit itu, berulang-kali terdengar tepukan tangan yang meriah, bahkan ada beberapa kali saya harus berhenti berkhotbah. Khotbah itu bahkan diliput oleh FEBC dengan sangat profesional. Di akhir khotbah, saya memanggil orang bertobat dan sungguh-sungguh berdoa bagi Filipina, ada 2.462 orang yang maju ke depan. Itulah salah satu rekor yang saya capai, dimana ada ribuan orang bertobat di dalam satu kebaktian.
Seusai khotbah, panitia yang terdiri dari orang Filipina, orang Amerika dan beberapa negara lainnya itu mendatangi saya dan berkata: "Stephen, we are going to cut off some sentences in your sermon." Saya bertanya, "What part?" Jawab mereka, "When you say the president should repent, that sentence is very dangeraous, karena khotbah Bapak akan disiarkan ke seluruh Filipina melalui Channel 4 (yaitu channel yang sangat terkenal di Filipina)." Saya lalu bertanya lagi "Is that sentence wrong?" Jawab mereka "There is nothing wrong. But you should know that he is a President" Saya menjawab, "I know, why could I not tell the President to repent?" Mereka menjawab "You are going to come here again, right?" Akhirnya saya menjawab "Up to you, you'll be responsible to God" Dan jawab mereka, "Ok, we are responsible to God" Dan jawab mereka, "Ok, we are responsible to God. We are going to cut it off, because next time you will come again, probably he is no longer a President." Aggota panitia itu menjawab, "Ok, he has been there for more than twenty years." Tapi saya membalas, "My God has been there for thousands of years." Akhirnya mereka tetap memotong bagian itu dan bertanggung jawab kepada Tuhan. Jika hari itu mereka tidak memotong, dan waktu khotbah itu disiarkan, Marcos mendengarnya dan bertobat, mungkin dia tidak mengalami nasib yang begitu tragis.

Cara Tuhan Bekerja, Sangat Berbeda Dari Cara Manusia
Memanggil orang untuk bertobat adalah intisari, semangat, dan prinsip dari semua nabi yang diutus Tuhan. Pada saat nabi-nabi dipanggil, mereka adalah orang-orang kecil, remeh, hina, dan sederhana. Begitu juga saat Raja Daud dipanggil, dia adalah anak yang paling kecil di keluarganya. Samuel berkata kepada ayah Daud, "Panggillah semua anakmu kemari." Isaipun memanggil anaknya yang sulung, yang kedua, yang ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh dan katanya, "Semua anakku sudah ada di sini." Tapi setelah Samuel memandang anak sulungnya, hatinya berkata 'no', begitu juga dengan anaknya yang kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh. Hatinya selalu berkata 'no'. Isai mengira anak yang bakal menjadi raja tentu adalah anaknya yang sudah besar, tetapi cara Tuhan memandang berbeda.
Page 3 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

Tuhan berkata kepada Samuel, tanyakan kepadanya, "Masih adakah anak yang lain?" Jawab Isai, "Ya, masih ada seorang anakku di ladang, tapi dia masih kecil". Kata Samuel, "Coba panggil dia!" Tuhan dapat saja memanggil anak yang paling kecil untuk melakukan perkara yang paling besar, karena itu jangan meremehkan anak kecil. Kadang-kadang kita berpikir, inilah anakku yang paling penting, paling berguna, tapi Tuhan dapat saja berkata, "Tidak, Aku mempunyai rencana lain". Itulah yang terjadi pada Daud ketika dia masih remaja. Kata ayahnya, "Dia adalah anak yang paling muda, untuk apa dipanggil pulang?" Tapi kata Samuel, "Panggil saja dia pulang." Isaipun taat. Begitu Daud pulang, Samuel memandang Daud dan Daud memandang Samuel, dan Tuhan berkata di dalam hati Samuel, "Inilah orang yang Aku pilih untuk menjadi Raja, mengganti Saul yang tidak setia." Samuel pun menuangkan minyak ke atas kepala Daud; mengurapinya. Namun Daud masih harus menunggu puluhan tahun sebelum ia naik tahta.

Cara Tuhan bekerja memang sangat berbeda dengan cara manusia.
Pada saat Tuhan memanggil Daud yang paling kecil, yang paling muda dan yang paling lemah di antara saudaranya, Daud sadar bahwa dirinya tidak layak. Sikap inilah yang membuat dia dilayakkan. Barangsiapa merasa dirinya layak, Tuhan tidak melayakkan dia, sebaliknya, barangsiapa merasa dirinya tidak layak, Tuhan akan melayakkan dia. Daud berkata, akulah yang paling kecil di antara kaum keluargaku, aku tidak layak menjadi raja. Dia menuliskan di dalam Mazmur: "Tuhan, aku tidak layak, mengapa Kau memanggil aku?" Lalu Tuhan berfirman kepadanya dan selesai Tuhan berfirman, Daud mulai menyadari bahwa ini adalah anugerah Tuhan, "Aku tidak boleh melupakan, membuang atau mengabaikannya begitu saja".
Maka katanya, "Tuhan, biarlah keturunanku turun-temurun menjadi raja, tak seorang pun yang tidak naik tahta." Dengan lain kata, keturunannya akan terus menjadi raja. Bukankah tadinya dia merasa tidak layak, mengapa sekarang malah meminta Tuhan membuat keturunannya terus duduk di atas tahta? Karena dia sudah menangkap apa yang Tuhan kehendaki. Apakah unsur iman yang membawanya datang kepada Tuhan? Tuhan selalu mengangkat orang yang remeh, yang hina, yang merasa dirinya tidak layak untuk melakukan pekerjaan-Nya.
Musa adalah seorang bayi yang dibuang ke sungai, tapi Tuhan memakainya untuk melakukan pekerjaan yang luar biasa. Waktu Musa dipakai oleh Tuhan, sama halnya seperti nabi-nabi lain, dia tahu bahwa dia sedang menjalankan pekerjaan Tuhan. Karena itu dikatakan di Ibrani 11, bahwa dia tidak takut pada kemarahan Firaun.

Cara Tuhan Mendidik Musa, Sebelum Memakainya
Perhatikan: Musa dua kali meninggalkan Mesir. Kali pertama, saat dia berumur empat puluh tahun, setelah dia membunuh seorang Mesir, sehingga ia merasa ketakutan dan meninggalkan Mesir. Kali kedua, Tuhan mengutus dia kembali ke Mesir untuk menghadap Firaun dan memintanya membebaskan seluruh bangsa Israel keluar dari Mesir. Kali itu, usianya sudah delapan puluh tahun. Riwayat hidup Musa dapat dibagi menjadi tiga kali empat puluh tahun: empat puluh tahun yang pertama dia hidup di istana, empat puluh tahun yang kedua dia hidup di padang belantara, dan empat puluh tahun terakhir dia hidup bersama orang Israel di padang belantara. Empat puluh tahun ditambah empat puluh tahun ditambah empat puluh tahun sama dengan seratus dua puluh tahun - itulah umur Musa. Empat puluh tahun yang pertama dia belajar di istana, menikmati kekayaan, kemuliaan, kehormatan, dan mempelajari semua ilmu pengetahuan di Mesir. Ini bukan kalimat bualan atau omong kosong melainkan kalimat yang tertulis di Kitab Suci, yaitu wahyu yang Roh Kudus berikan kepada penulis Kisah Para Rasul. Musa telah mempelajari semua ilmu orang Mesir di kerajaan terbesar dengan
Page 4 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

kuasa yang terbesar. Dia mempelajari astronomi, aristektur, fisika, dan ilmu-ilmu tertinggi di zamannya. Musa dibesarkan di negara yang paling penting, yang memiliki peninggalan Piramida. Bahkan sampai hari ini kita mengakui kebudayaan Mesir tak tersaingi oleh kebudayaan manapun. Di sanalah dia mendapatkan semua pengetahuannya. Di masa itu, dia merasa "I am something, saya hebat, saya penting".
Tapi Tuhan memukul dia, dan membiarkan dia berada di padang belantara selama empat puluh tahun. Saat itulah dia sadar: "Actually I am nothing". Setelah dia mempelajari pelajaran "I am nothing" selama empat puluh tahun, barulah panggilan Tuhan tiba atas dirinya: "Aku akan memakaimu. When you say you are nothing, that is the time when I want to use you. When you say I am something, I am going to train you, to discipline you and to cast you out". Di masa empat puluh tahun yang terakhir, dia memimpin orang Israel. Barulah dia sadar bahwa pengetahuan yang dia miliki tak terpakai, bahwa semua ilmu yang dia pelajari berbeda dengan hal rohani.
Kadang kita kira kita sudah pandai berbisnis, maka kita melayani pekerjaan Tuhan dengan cara bisnis. Namun saya ingatkan itu: itu berbahaya! Kadang kita masuk ke jalur pelayanan rohani dengan bekal sistem organisasi dunia, memimpin hal rohani dengan administrasi dunia. Namun saya ingatkan: itu berbahaya! Jendral Simatupang berkata kepada saya: "Untuk membereskan TNI, saya hanya membutuhkan tiga tahun, tapi untuk membereskan PGI, sudah tiga puluh tahun masih belum beres."
Ternyata, soal rohani tidak terlalu mudah untuk diurus. Gereja berbeda dengan masyarakat, memimpin orang Kristen berbeda dengan mempimpin tentara yang sudah memiliki peraturan, di mana hanya dengan disiplin semuanya akan berjalan dengan baik. Tetapi mengurus hal rohani begitu sulit.
Maka selama empat puluh tahun Musa memimpin orang Israel, berapa banyak air mata, keluh kesah, kesusahan yang dia alami, tak seorangpun yang tahu. Dia hanya dapat datang kepada Tuhan dengan berkata, "Inilah umat-Mu, umat-Mu berbuat ini, berbuat itu terhadapku." Jawab Tuhan, "Kau mendapat kesulitan dari umat-Ku? Oke Aku binasakan mereka dan jadikan keturunanmu kerajaan yang lebih besar dari mereka." Bagaimana reaksi Musa? Adakah dia berkata, "Kerajaanku? Kau akan membinasakan mereka dan menjadikan keturunanku sebagai the kingdom of Moses? Inilah kesempatan bagus bagiku untuk menjadi besar. Ini ide yang bagus Tuhan, bunuhlah mereka agar anak cucuku dapat membangun kerajaan"? Tidak! Mungkinkah keturunan Musa tak serusak orang-orang sezamannya? Mungkin. Tapi apa kata Musa? "Jangan Tuhan, jangan binasakan mereka. Kalau Kau tidak mendengar permintaanku, coretlah namaku dari kitab hayat-Mu; bunuh saja aku."
Musa tidak pernah menghendaki keluarganya jaya dan orang lain binasa. Itu sebabnya Alkitab mengajarkan dengan jelas, Musa adalah orang yang setia di seluruh keluarga Israel. Kalimat yang tercatat di surat Ibrani itu sudah kita bahas dua tahun yang lalu. Waktu Tuhan melihat hati Musa begitu mencintai umat-Nya, maka Dia tidak jadi membinasakan Israel. Tetapi Musa belajar satu perkara: I am not able, I am not capable, I am not good enough, I am not powerfull enough to guide this people. Umat Tuhan sangat sulit dipimpin, karenanya selama empat puluh tahun dia belajar tentang "I am nothing, only God is everything". Siang malam dia bersandar kepada Tuhan, meski dia begitu sering menerima sungutan dan caci-maki. Dia dilawan, diejek, dan ditolak oleh bawahannya, tapi bagaimana akhirnya? Waktu Musa mati, orang Israel menangisi dia selama puluhan hari untuk mengingat pimpinannya. Inilah pemimpin rohani: waktu dia hidup, dia ditolak, diejek, dilawan, dan dia menderita, tapi setelah dia mati barulah orang mengingat kebaikannya.
Para penafsir mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pertanyaan apakah Ibrani 11 ayat 27 di atas mengacu pada kali pertama atau kali kedua Musa meninggalkan Mesir. Awalnya Musa tinggal di istana, tapi kemudian, karena dia membunuh orang Mesir, dia meninggalkan istana. Itulah kali pertama dia meninggalkan Mesir. Kali kedua dia meninggalkan Mesir dengan memimpin bangsa Israel, dan saat itu dia harus berhadapan dengan Firaun. Firaun mendapat sepuluh tulah dari Tuhan. Maka ayat: 'Karena
Page 5 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

iman, Musa meninggalkan Mesir dengan tidak takut pada kemarahan Firaun' ini mengacu pada kali pertama atau kali kedua dia meninggalkan Mesir? Secara logika, ayat ini tidak mengacu pada kali pertama dia meninggalkan Mesir, karena kali itu dia pergi sebab takut dibunuh orang Mesir. Ayat itu sepertinya mengacu pada kali kedua dia meninggalkan Mesir, karena kali itu dia membawa serta seluruh bangsa Israel. Jumlah pria, tak termasuk wanita dan anak-anak, adalah enam ratus orang. Ini adalah migrasi terbesar di sejarah. Long march yang dipimpin Mao Tse-Tung hanya menempuh jarak seratus ribu kilometer dalam waktu sepuluh tahun, dan jumlah pengikutnya pun sedikit, tak dapat dibandingkan dengan Musa. Di manakah kita dapat menemukan pemimpin yang sebesar Musa? Adakah orang yang memimpin seluruh bangsanya keluar dari tempat perbudakan seperti Musa? Tak pernah ada di sejarah. Seperti disebut di atas, ada penafsir yang berpendapat bahwa ayat 27 bukan berbicara tentang kali kedua, melainkan kali pertama Musa meninggalkan Mesir. Mengapa? Bukankah kali pertama dia meninggalkan Mesir karena dia baru saja membunuh orang Mesir dan takut ditangkap? Tapi tertulis di sini, dia meninggalkan Mesir, karena dia tidak takut pada Firaun. Mengapa dia tidak takut kepada Firaun? Karena dia tahu, Mesir bukan rumahnya, agama orang Mesir bukan agamanya, Mesir bukan tempat yang kekal, di mana dia boleh melayani Tuhan. Maka dia berkata: aku mau meninggalkan tempat ini. Lalu mengapa dia berani membunuh orang Mesir? Justru karena dia tidak takut pada Firaun. Karena dia tahu, Tuhan lebih tinggi daripada orang Mesir. Sayangnya, dia melayani Tuhan dengan cara nafsu, cara kedagingan, cara duniawi. Dia menyaksikan orang Mesir berani menyiksa bangsanya, maka dia membunuh orang Mesir itu. Kalau saja Musa setiap hari membunuh satu orang Mesir, berapa banyak orang yang dapat dia bunuh dalam satu tahun? Tiga ratus enam puluh lima orang. Berapa banyak orang Mesir yang dapat dia bunuh dalam sepuluh tahun? Tiga ribu enam ratus lima puluh orang. Berapa banyak orang yang dapat dia bunuh dalam waktu empat puluh tahun? Belasan ribu orang saja. Kalau kita melayani Tuhan dengan cara kedagingan, cara nafsu, cara manusia, kita hanya mendapatkan sedikit, tapi kalau kita menggunakan cara Tuhan, Tuhan akan menyatakan kebesaran-Nya. Kalau Musa memakai cara kedagingan: setiap hari membunuh satu orang, tak sampai sepuluh hari dia tentu sudah ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Tapi ketika waktu Tuhan bekerja, kita menyaksikan Musa berhasil memimpin orang Israel merayakan hari Paskah yang pertama di Mesir dan kemudian keluar dari tanah perbudakan itu. Jadi, ayat 27 bukan mengacu pada kali kedua melainkan kali pertama dia keluar dari Mesir. Kali itu, sesudah dia keluar dari Mesir, Tuhan menggeletakkan dia; tidak memakai dia selama empat puluh tahun. Semua pengetahuan yang pernah dia pelajari sepertinya tidak berguna sama sekali: dia pandai berpidato, fasih lidahnya hebat; tapi yang mendengar pidatonya hanyalah kawanan kambing, apapun yang dia katakan hanya dijawab dengan 'mbek, mbek'. Baru setelah empat puluh tahun, Tuhan menyatakan diri kepada Musa - di mana Allah sendiri yang berinisiatif mmengadakan encounter dengannya. Itulah wahyu, yaitu Firman Tuhan yang pertama kali datang kepada seorang yang kemudian diberi mandat untuk menuliskan asal-usul dunia. Di dalam hal ini, Musa jauh lebih penting dari Abraham, Henokh, Nuh dan orang-orang yang hidup sebelum dia. Apa sebabnya? Dialah orang yang pertama Tuhan percayakan untuk menulis Kitab Suci, sehingga dunia tahu bagaimana alam semesta ini diciptakan, bagaimana manusia pertama berdosa, dan janji Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia. Semua ini tertulis di lima kitab yang paling awal di Alkitab, yang ditulis oleh satu orang yang bernama Musa.

Cara Tuhan Memakai Musa
Memang di dalam hal beriman, Abrahamlah bapa iman kita, tapi dalam hal mengerti Firman Tuhan, Musalah yang terpenting, karena dia adalah orang pertama yang Tuhan percayakan untuk
Page 6 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

menuliskan kebenaran yang Tuhan wahyukan untuk diketahui oleh manusia. Maka saat Musa pertama kali menerima wahyu, Tuhan berkata, "Musa, Musa, tanggalkanlah kasutmu. Karena tempat di mana kau berdiri adalah tempat yang 'suci'." Istilah 'suci' itu dalam bahasa asli Ibraninya muncul pertama kali di Keluaran 3. Selanjutnya, istilah 'suci' memenuhi seluruh Kitab Suci. Kitab ini disebut Kitab Suci karena di dalamnya penuh dengan istilah 'suci'. Istilah 'suci' yang pertama muncul di sejarah manusia keluar dari mulut Tuhan Allah sendiri dalam panggilan-Nya kepada Musa, orang yang pertama menerima wahyu.
Waktu Musa mendengar panggilan itu, dia merasa kaget sekali, karena selama empat puluh terakhir dia hanya mendengar suara 'mbek, mbek' dari kawanan domba dan tiba-tiba pada saat itu dia mendengar suara yang berbicara kepadanya. Siapa yang berbicara? Dihadapannya terdapat api yang membakar semak duri. Waktu dia perhatikan, dia merasa heran, apinya besar, tapi semak duri itu tidak terbakar. Inilah inspirasi yang begitu besar, begitu penting, yang mengajarkan kepadanya: meski anak-anak Allah berada dalam penganiayaan, mereka tidak akan kehilangan iman. Betapa besarpun api membara, Tuhan tetap dapat memelihara semak duri itu. Apa itu semak duri? Sampah, sesuatu yang tidak berguna. Ketika orang Israel berada di tanah Mesir, mereka bagaikan sampah yang tak berguna. Ketika orang Israel berada di tanah Mesir, mereka bagaikan sampah yang tak berguna. Mereka diejek, diolok, dianiaya, dijadikan budak. Tetapi Tuhan berjanji I am with you, you will be preserved forever. Musa melihat semak duri, tapi dia tak melihat Allah, hanya melihat suatu sign, tanda bahwa Allah ada di dalam panggilan itu. Perintah-Nya: "Kembalilah ke Mesir!" Tanya Musa, "Tuhan, justru karena aku tak mau hidup di Mesir, maka aku tinggalkan tempat itu, mengapa Kau malah menyuruhku kembali ke Mesir?" Jawab Tuhan "Stand before the rulers!" Nabi-nabi diberi kekuatan dan mandat untuk berani berdiri di hadapan pemimpin-pemimpin dunia.
Kadang-kadang Tuhan memberi kekuatan, kesempatan kepadamu yang melayani-Nya di hadapan semua pemimpin dunia, menyuruh mereka mendengar kata-katamu. Tuhan menyuruh Musa untuk mengatakan kepada Firaun, "Biarkan umat-Ku keluar dari Mesir untuk menyembah Allah yang sejati, bukan berbakti kepadamu, bukan menyembah patung-patung yang kau sembah atau menyembah ilah-ilah yang ada di Mesir." Inilah jawaban bagi Musa, jawaban yang membuatnya tahu Allah itu Esa, Allah itu Mahatinggi, bahwa semua dewa di Mesir palsu adanya, dan bahwa semua ilah menghujat Allah. Allah yang Esa itu memberi perintah kepadanya untuk: go, stand before Pharaoh, stand before the rulers of Egypt and tell him, let My people go so they can worship their God in the wilderness. Itu sebabnya Musa kembali ke Mesir.
Musa kembali ke Mesir dalam status dan tanpa kartu penduduk. Berarti dia sudah tidak berhak tinggal di Mesir, tak berhak menempati kamar di istana, bahkan dia berstatus sebagai orang buangan. Empat puluh tahun dia meninggalkan Mesir, sehingga usianya sudah tua, tapi dia tak minder, tak takut, karena dia kembali dengan mandat sorga, dengan kuasa Allah, dengan berita yang Allah berikan kepadanya, maka dia berdiri dan berkata-kata kepada Firaun. Saat itu, statusnya secara manusia berada di bawah tahta, tapi bila ditinjau dari wibawa dan rencana Allah dia berada di atas tahta. "Firaun, demikian firman Tuhan, let My people go! Tak seorang pun berani mengucapkan kalimat seperti itu kepada Firaun atau kepada raja. Maka tanya Firaun, "Apa katamu?" Jawab Musa, "Demikianlah Firman Tuhan Yehovah, biarkan umat-Ku pergi. Mereka mau menyembah Allah bukan menyembah patung dari dewa-dewa yang kau sembah."
Kalau kita menelusuri dan membongkar kekayaan orang Mesir, kita akan menjadi begitu kagum. Khususnya pada saat kuburan Tutankhamen ditemukan, para arkeolog pun tercengang-cengang, karena emas dan perhiasan yang terdapat di sana begitu sempurna. Kemegahan kuburan itu memang tak pernah terbayangkan. Karena sebelumnya memang ada penemuan-penemuan kuburan yang lebih besar, tapi barang-barangnya sudah habis dicuri. Pada saat kuburan raja yang masih muda itu ditemukan, barulah para arkeolog sadar, betapa megahnya kebudayaan Mesir. Pada saat Musa menghadap Firaun, tentu dia
Page 7 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

harus berbekal kuasa yang lebih besar dari Firaun, kuasa yang berasal dari Raja di atas raja - Tuhan Allah sendiri. Makna Keluarnya Bangsa Israel dari Mesir
Di Keluaran 12 tertulis, "Musa, sekarang Aku memerintahkan kau menjadikan bulan ini sebagai bulan pertama. Karena di bulan inilah kamu akan keluar dari Mesir. Di bulan ini, kamu harus makan roti tak beragi, membersihkan hatimu, mempersiapkan diri selama tujuh hari untuk merayakan hari raya Paskah." (Ibr. 11:28). Untuk mengerti Ibrani 11:28, kita perlu kembali ke Keluaran 12. Di Kejadian 12 terjadi peristiwa 'keluaran' dan di Keluaran 12 juga terjadi peristiwa 'keluaran'. Apa maksudnya? Di Kejadian 12, ada kisah Abraham keluar dari Mesopotamia, tapi di Keluaran 12 ada kisah orang Israel keluar dari Mesir. Mengapa mereka keluar dari Mesir? Sebab ada panggilan. Mengapa ada panggilan?
Sebab ada rencana Allah. Allah memanggil Abraham keluar dari Mesopotamia, dan Allah juga memanggil orang Israel keluar dari Mesir, karena Allah mau menyelamatkan mereka. Keselamatan dari Allah datang melalui panggilan-Nya kepada Musa: "Beritahukan kepada orang Israel, jadikan bulan ini sebagai bulan pertama." Padahal menurut penanggalan Mesir, bulan itu bukan bulan pertama, tapi Tuhan berkata, inilah bulan pertama yang Kutetapkan. Karena bulan ini adalah bulan keselamatan, bulan keselamatan harus dijadikan bulan pertama, bulan di mana kamu keluar dari dosa, kamu tidak lagi dibelenggu oleh dosa.
Di Surabaya, ada seorang yang setiap tahun merayakan dua kali ulang tahun. Orang bertanya kepadanya, mengapa kau merayakan ulang tahun dua kali? Jawabnya, satu kali adalah ulang tahun dimana aku dilahirkan oleh ibuku, satu lagi adalah ulang tahunku dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Setiap ulang tahun kelahirannya, dia tak pernah mengundang siapapun, tapi setiap ulang tahun kelahiran barunya, keselamatannya, dia mengundang banyak orang datang ke rumahnya, karena menurutnya, inilah ulang tahun yang sesungguhnya.
Saya kira, orang Kristen harus mengerti bahwa kita dilahirkan dua kali, tapi hanya mati satu kali. Sedangkan orang-orang yang tidak mengenal Kristus, mereka dilahirkan satu kali, tapi mati dua kali. Apa maksudnya? Waktu aku dilahirkan oleh ibuku, itulah kelahiran yang pertama. Kelahiran yang kedua terjadi saat Roh Kudus melahirbarukan aku. Kelak, aku hanya mengalami sati kali kematian. Setelah itu, adakah kematian yang kedua? Tidak ada, karena aku akan berjumpa dan tinggal beserta
Tuhan sampai selama-lamanya. Itulah yang dimaksud lahir dua kali, tapi hanya mati satu kali. Siapakah orang yang mengalami hal tersebut? Orang Kristen. Tapi orang yang tidak menerima Kristus sebagai Tuhannya hanya lahir satu kali, tapi mati dua kali. Mengapa? Karena setelah mereka mati secara jasmani, mareka akan dimasukkan ke neraka, mengalami kematian yang kedua untuk selama-lamanya. Jadi, mana yang lebih bagus: orang yang lahir dua kali, tapi hanya mati satu kali; atau orang yang lahir satu kali, tapi mati dua kali? Tentunya yang lahir duakali. Dan kelahiran yang kedua itulah yang penting. Karena pada waktu kita dilahirkan kembali, itulah hari pertama kita hidup di hadapan hadirat Tuhan. Sebelum itu, kita hanya hidup di dunia, hidup di hadapan manusia. Karena itu Tuhan berfirman: beritahukan kepada orang Israel, inilah bulan pertama, karena di bulan inilah Aku akan mengeluarkan kamu dari Mesir untuk memulai hidup baru. Keluar dari Mesir mengibaratkan orang Kristen yang keluar dari belenggu setan, menerima hidup yang baru, dan tidak lagi menjadi budak di bawah kuasa Firaun. Firaun mewakili setan dan perbudakkannya mewakili ikatan dosa yang membelenggu hidup kita. Tuhan berfirman: "This is the first month, because this month I deliver you from Egypt. Sediakan
Page 8 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

domba atau kambing." Jadi, syarat-syaratnya: sediakan domba atau kambing, harus yang jantan, yang sulung, yang berusia satu tahun, yang sehat, sama sekali tak sakit atau bercacat-cela. Itulah tuntutan Allah. Apa artinya? Domba yang menggantikan kelemahan kita haruslah yang tidak berkelemahan. Doma yang menggantikan kita yang tidak sempurna, tidaklah boleh yang bercacat cela atau tidak sempurna. Mengapa harus menggunakan domba yang berumur satu tahun? Ketika seseorang mencapai dua puluh sampai tiga puluh persen hidupnya itulah masa dimana kesehatannya paling prima. Jadi, kalau umurmu dapat mencapai seratus tahun, maka usia dua puluh sampai tiga puluh tahun adalah masa dimana kau paling sehat. Ditemukan juga bahwa pada saat domba berumur satu tahun, dia berada dalam keadaan palung sehat, pertumbuhannya sudah lengkap, sudah sempurna. Demikian juga Yesus Kristus, Dia dipaku di atas kayu salib saat berusia tiga puluh tiga tahun; usia paling sehat bagi seorang manusia, dimana dia dapat menyesuaikan diri dengan semua lingkungan, sudah mempunyai kekuatan untuk melawan segala macam penyakit. Yesus disalibkan pada saat Dia paling sehat, sama seperti perintah Tuhan: haruslah kau menyembelih domba yang berusia satu tahun, yang tidak bercacat cela, yang tidak berpenyakit, yang jantan, yang sulung, karena semua domba itu adalah lambang Kristus - Domba Allah yang disembelih. Di dalam peristiwa bersejarah ini kita menemukan perintah Paskah yang pertama, yang harus Musa sampaikan kepada semua orang Israel.

Perintah Allah dan Iman
Bayangkan, betapa sulit Musa mempublikasikan perintah itu, karena pada waktu itu belum ada surat kabar Kompas, siaran radio Sonora atau siaran TV yang dapat dipakai untuk memberitahukan perintah itu kepada semua orang Israel. Di abad ke-21, orang dapat mengeluarkan milyaran rupiah untuk membuat advertensi, iklan, tapi tiga ribu tahun yang lalu, meski punya uang juga tidak dapat melakukan hal itu, apalagi mereka yang tidak punya uang. Yang Musa pimpin adalah budak-budak miskin yang begitu banyak jumlahnya. Mereka dicambuk, dianiaya, dipukul, dan dipaksa bekerja dengan tidak diberi imbalan apa-apa, kecuali makanan. Sebenarnya, apa gunanya mereka makan? Makan untuk hidup. Hidup untuk apa? Untuk bekerja. Bekerja Karena jika memakai istilah dari Karl Marx, dapat dikatakan bahwa Kerajaan Mesir telah merampas seratus persen surplus value yang dihasilkan bangsa Israel. Mereka diberi makan hanya supaya mereka dapat bekerja. Bukan makan untuk menikmati hidup yang mewah atau yang lebih bagus, melainkan hanya untuk survive, menyambung hidup hanya sekedar untuk dapat diperas lagi. Ini seperti para usahawan di masa ini yang hanya tahu memeras tenaga wanita, lalu membayarnya dengan upah yang rendah, kemudian juga memeras tenaga anak-anak yang tak dibayar penuh, sehingga surplus value yang dihasilkan oleh kerja mereka, diambil sepenuhnya oleh para usahawan itu. Menurut Karl Marx, surplus value diambil oleh kaum Kapitalis dengan menginjak-injak hak azasi manusia. Itulah sebabnya orang Komunis berkata bahwa surplus value harus dikembalikan, sebelum keadilan dapat terwujud.
Tuhan di sorga melihat keluhan orang Israel, Dia mengingat janji-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, maka Dia turun ke tengah-tengah mereka, melihat kesusahan mereka dari perbudakan Firaun. Maka kata-Nya kepada Musa, jika satu keluarga tak sanggup menghabiskan seekor kambing, maka beberapa keluarga boleh bergabung menyembelih seekor domba. Inilah belas kasihan Tuhan.
Seandainya Dia berkata: "Tak perduli, setiap keluarga harus menyembelih seekor domba atau kambing", tentu sangat kasihan, karena mereka adalah budak, mereka tak punya uang. Kalau saja mereka memelihara domba, itu hanya untuk diperah susunya guna memenuhi kebutuhan anak mereka secara hemat, karena domba memberikan susu tanpa memungut bayaran. Mereka memang
Page 9 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

memiliki domba, tapi sekarang, seekor dari domba mereka harus disembelih, bahkan harus yang jantan. Bagi mereka, ini adalah pengorbanan yang besar, tapi domba yang disembelih itu dipakai untuk melambangkan Kristus yang begitu sempurna rela menjadi Juruselamat kita dengan cara disembelih.Mereka mulai menghitung-hitung: domba yang berumur satu tahun ini berapa kilo beratnya, kalau disembelih dapat dimakan oleh berapa keluarga, jangan sampai ada yang tersisa. Tuhan memerintahkan semua itu dengan jelas sekali: inilah Paskah yang kelak harus diingat oleh semua keturunanmu sampai selama-lamanya. Apa maksudnya? Tuhan akan menjadikan peristiwa itu sebagai pemisah sejarah (the devide of history): sebelumnya kamu adalah budak, tapi sesudahnya kamu adalah orang yang bebas; sebelumnya kamu berada di Mesir, tapi sesudahnya kamu merdeka; sebelumnya kamu dihina, tapi sesudahnya kamu adalah anak Allah; sebelumnya kamu ditindas, semua surplus value-mu diperas, tapi sesudahnya kamu boleh mempunyai hidupmu sendiri. Bagaimana caranya Musa mempublikasikan hal ini? Saya tidak tahu. Pertama, saya sungguh tidak mengerti cara Musa mempublikasikan perintah Tuhan kepada dua juga orang yang tersebar di kota-kota dan desa-desa yang ada di Kerajaan Mesir. Bahkan berita itu harus sampai dalam waktu beberapa hari, waktu yang begitu singkat. Kedua, saya tidak mengerti mengapa semua orang Israel mau mematuhi perintah Musa. Seandainya kau berikan perintah, pada tanggal 17 April setiap keluarga Jakarta harus memberikan sepuluh ribu rupiah untuk pembangunan kota Jakarta. Adakah orang yang mau mematuhi perintahmu itu? Tidak mudah. Sungguh merupakan satu hal yang berbeda dengan semua kebudayaan yang ada, karena jika bukan karena kerja Tuhan, semua hal yang dicatat di Alkitab hampir tak mungkin terlaksana. Apalagi Musa bukan berbicara dengan kuasa seorang raja, polisi, jenderal atau orang yang berpangkat tinggi. Dia hanyalah seorang yang bersandar kepada Tuhan dan berkata: Tuhan berfirman, sembelihlah seekor domba, bubuhkan darahnya di kedua tiang dan ambang pintumu, karena malam ini, pembunuh anak sulung akan tiba. Barangsiapa tidak membubuhkan darah di pintunya, anak sulungnya akan mati.
Kalimat itu disampaikan dari satu keluarga ke keluarga yang lain, sampai semua orang Israel yang berada di Mesir mendengar perintah itu. Alkitab mencatat, malam itu juga di tengah orang Mesir, tak ada satu keluarga yang anak sulungnya tak mati, artinya pada zaman itu, generasi itu, malam hari itu, semua keluarga orang Mesir kehilangan anak sulungnya. Itu berarti tak satu keluarga orang Mesir yang menyapukan darah pada pintu rumahnya, karena mereka tidak percaya. Inilah bedanya antara orang percaya dan orang yang tidak percaya. Mungkin kau berkata, kepada mereka tidak diberitakan hal itu. Tapi sesungguhnya, waktu orang Israel menyampaikan berita itu, pasti ada orang Mesir yang bertanya, "Apa yang kalian bicarakan?" Dan mungkin ada yang menjawab, "Tuhan memerintahkan kami berbuat ini dan itu, karena malam ini anak-anak sulung akan dibunuh, tapi bila pintu rumahmu dibubuhi darah, anak sulungmu akan aman." Tak seorang Mesir pun mempercayai mereka. Yang beriman ya beriman, yang tidak beriman ya tidak beriman. Iman selalu timbul sebelum malapetaka menimpa, iman selalu dinyatakan sebelum suatu hukuman dijatuhkan, tetapi banyak orang menunggu dan menunggu tak pernah menyadarinya, sampai hukuman tiba barulah menyesal. Tapi Tuhan berkata: the time is up, your opportunity is over. Tapi orang Israel percaya, mereka segera menyediakan roti tak beragi, menyembelih domba yang tak bercatat cela, lalu darahnya disapukan di ambang pintu.

Penghakiman dan Pembebasan Tuhan
Saya percaya, orang-orang Mesir setempat merasa aneh, mengapa hari itu di perkampungan Israel berbau darah, semua pintu dibubuhi warna merah, bukan cat merah melainkan darah. Demikianlah yang
Page 10 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

tertulis di Ulangan 11: di dalam darah terdapat hidup, artinya Tuhan menginginkan yang hidup menggantikan yang hidup, dan kematian diganti dengan kematian, kematian domba mewakili kita, hidup dompa diambil agar kita dapat hidup. Begitulah kematian Kristus, bagai domba yang tersembelih, yang mengganti kematian kita. Kematian Kristus sama seperti domba Paskah yang meluputkan kita dari kebinasaan akhir yang dari Tuhan.
Malam itu, semua orang Israel tak boleh keluar rumah, mereka harus makan dengan berpakaian rapi, mengikat pinggang, mengenakan kasut. Mengapa Tuhan memberikan perintah seperti itu? Malam itu, waktu kau makan daging domba yang telah disembelih, kau harus mengenakan pakaian lengkap dan rapi, harus mengenakan ikatan pinggang, harus mengenakan kasut; semua itu mengindikasikan bahwa setelah makan mereka akan segera berangkat, memulai perjalanan. Itulah perintah yang jelas. Orang Israel yakin sekali akan apa yang Tuhan katakan melalui Musa, karena mereka sudah jenih dengan kehidupan mereka sebagai budak di Mesir. Hari itu, genap sudah masa mereka menjadi budak selama empat ratus tiga puluh tahun di Mesir, dan itulah cara Tuhan bekerja.
Mungkin kau bertanya, "Tuhan, mengapa harus menunggu begitu lama, lebih dari empat abad baru diberi kemerdekaan?" Indonesia merdeka setelah dijajah Belanda selama tiga ratus lima puluh tahun. Orang Israel menjadi budak orang Mesir selama empat ratus tiga puluh tahun, barulah tiba waktu Tuhan. Sabda-Nya: malam ini juga kenakanlah pakaian lengkap, ikat pinggang, kasut, makan daging domba sampai habis, jangan disisakan. Pagi harinya, kamu akan menyaksikan bagaimana tangan Tuhan bekerja. Keselamatan sudah Tuhan berikan kepada kita, kita harus segera menempuh perjalanan hidup yang baru, jangan tunggu lagi. Ada orang yang berkata, "Tunggulah sampai saya sudah menjadi orang yang lebih baik, baru saya mau percaya Tuhan." Atau "Tunggulah sampai saya sudah tidak berdosa, tidak berzinah, barulah saya mau menjadi orang Kristen." Tidak mungkin! Kapan hidupmu menjadi lebih baik? Orang yang suka berzinah, atau melacur, baru menjadi lebih baik waktu terbaring di rumah sakit. Jadi, ketika kau jatuh sakit, moralmu pasti lebih baik dibandingkan saat kau sehat. Kapankah kau menjadi paling baik? Saat kau mati. Karena saat itu, kau tidak dapat lagi minum minuman keras, tidak dapat menggunakan narkotika, tidak dapat berzinah, tidak dapat berdosa lagi. Tapi dengan lain perkataan, no way to be better, maka jangan kau katakan: tunggu aku menjadi lebih baik, baru aku mau percaya Yesus. Yesus sudah mati bagimu. Sekarang, ikat pinggangmu, kenakanlah pakaian lengkap, kenakanlah kasut, dan setelah kamu menikmati keselamatan; change your life immediately after you receive the grace and the salvation of Jesus Christ!
Malam itu, semua orang Israel tak diperbolehkan keluar rumah. Mereka harus berdiam di rumah yang tertutup pintunya. Sama seperti orang-orang yang masuk ke bahtera Nuh, mereka diam di dalam bahtera, menanti pemeliharaan Tuhan, tak seorangpun boleh keluar dari bahtera. Inilah cara Tuhan. Close your door, and live within the protection. Malam itu, di saat yang sudah Tuhan tetapkan, apa yang terjadi? Malaikat turun dari tahta Allah, "yang melaksanakan perintah Allah adalah malaikat-malaikat yang berkuasa" (Mazmur 103). Malaikat yang pertama dicatat di Kitab Suci adalah kerubim, yang dengan pedangnya menjaga pintu taman Firdaus, tidak mengizinkan Adam dan Hawa untuk kembali ke sana. Kerubim selalu mewakili keadilan Allah dan hukuman-Nya yang tak dapat ditawar-tawar. Berapa besar kuasa malaikat? Pikiran kita selalu dipengaruhi oleh gambar malaikat di kartu Natal: malaikat yang seperti perempuan, yang baik-baik, berdiri di sana dengan tersenyum-senyum, malaikat yang putih bersih. Tapi Alkitab mencatat, satu malaikat di dalam satu malam, dapat membutuh seratus delapan puluh lima ribu tentara musuh yang dikirim untuk mengepung kota Yerusalem di zaman Raja Hizkia. Malaikat Tuhan mempunyai kuasa yang luar biasa.
Page 11 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

Pada waktu Yesus berada di Getsemani, Petrus berkata: di sini ada dua bilah pedang. Yesus berkata: "Cukup, apakah kau kira Aku tak dapat memerintahkan dua belas legion malaikat untuk menolong-Ku?" Saya percaya, sewaktu Yesus disalib, ratusan ribu malaikat mengelilingi Golgota, masing-masing menghunus pedang siap menghabisi semua orang yang melawan Yesus. Mereka hanya menunggu Yesus memberi komando: turun dan habisilah mereka. Tapi karena Yesus tidak membuka mulut, mereka tidak berani bergerak. Ketika akhirnya Yesus membuka mult, mereka mendengar Dia berkata: Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Semua malaikatpun menyarungkan kembali pedang mereka dan bubar; Yesus tidak menginginkan kami membalas dendam, malah meminta Bapa mengampuni orang-orang yang menyalibkan-Nya. Kalau Anak Tunggal Allah saja meminta Bapa-Nya mengampuni mereka, mengapa kami masih mengacungacungkan pedang?
Perhatikan statement berikut: waktu malaikat dikirim untuk membasmi anak sulung, tak ada pengampunan bagi orang Mesir; itulah tulah kesepuluh yang Tuhan timpakan kepada Firaun yang mengeraskan hati. Meski sudah diberi tulah yang keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan, ia tetap tidak mau bertobat, maka tulah yang kesepuluh ditimpakan: smeua anak sulung dihabisi. Malam itu menjadi malam ratapan massal yang mengerikan di dalam sejarah. Tak ada satu keluarga orang Mesir yang anak sulungnya tidak mati. Dari putera mahkota Firaun di istana, sampai putera sulung menteri dan putera sulung rakyat jelata; Semua keluarga kehilangan anak sulung mereka. Kita tidak dapat membayangkan, betapa memilukan tangisan pada malam itu; Para ibu yang begitu mengharapkan anaknya bertumbuh besar, harus menangis karena anak mereka mati. Itulah saatnya Tuhan berkata: Musa, inilah saatnya kau membawa keluar orang Israel yang berjumlah enam ratus ribu orang laki-laki, belum termasuk wanita dan anak-anak itu. Sebelum mereka meninggalkan Mesir, mereka mendatangi orang-orang Mesir untuk meminta bekal dari mereka. Mengapa orang Israel masih meminta bekal kepada orang Mesir yang sedang berduka karena kematian anak mereka? Israel sudah diperas selama empat ratus tiga puluh tahun. Orang-orang Mesir cepat-cepat memberi apa yang mereka minta, asal mereka mau cepat-cepat meninggalkan Mesir. Bila tidak, mereka kuatir, jangan-jangan anak-anak mereka akan mati semuanya. Alkitab mencatat, mereka meminta kepada orang Mesir, dan orang Mesir pun segera memberikan emas dan perak kepada mereka.
Tapi Alkitab juga mencatat, bahwa orang Israel telah merampas harta dari orang Mesir. Mengapa di awal ayat tertulis mereka meminta kepada orang Mesir, tapi di akhir ayat tertulis bahwa mereka merampas harta orang Mesir? Tuhan mengizinkan mereka minta dari orang Mesir dan orang Mesirpun memberi, tetapi mengapa dikatakan mereka merampas? Perhatikanlah kemerdekaan Indonesia dan kemerdekaan Singapura atau Malaysia. Saya sangat kagum terhadap statement yang diucapkan oleh Sukarno: kemerdekaan India adalah kemerdekaan yang diberi, kemerdekaan Pakistan, Malaysia dan banyak negara-negara bekas jajahan adalah kemerdekaan yang diberi, tetapi kemerdekaan Indonesia bukanlah kemerdekaan yang diberi, melainkan kemerdekaan yang kita rampas dari tangan penjajah. Inilah bedanya: bangsa Indonesia tak perlu diberi, melainkan membutuhkan kekuatan untuk merampas kembali hak yang seharusnya dia miliki. Diberi dan merampas adalah berbeda sekali: merampas berarti sebenarnya aku berhak atasnya, maka kau harus mengembalikannya kepadaku.
Tetapi secara tata krama, secara manusia, bangsa Israel meminta dan harus diberi. Mengapa? Dengan terpaksa orang Mesir melepaskan orang Israel pergi. Mengapa? Bila mereka tidak direlakan pergi, malapetaka-malapetaka akan terus-menerus menimpa mereka. Inilah statement Alkitab: pergilah dari sini, bila tidak, kami akan mati semuanya, maka pergilah dari kami, Israel, pergilah dengan mulia. Waktu mereka hidup di Mesir, mereka menjadi budak, tapi waktu mereka pergi, mereka pergi dengan
Page 12 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

kemenangan yang Tuhan berikan kepada mereka. Mereka meminta dan orang Mesir memberi dengan rela hati, tapi Alkitab mencatat mereka merampas, itu berarti mereka telah memperoleh kembali apa yang patut mereka terima.
Sesudah itu, kedua juta orang Israelpun keluar dari Mesir menuju pada hari depan yang penuh dengan tantangan dan kesulitan. Tapi tidak apa-apa, karena yang memerintah dan yang memimpin mereka adalah Raja di atas segala raja. Pada waktu kau menjalankan kehendak Tuhan, meski kau harus menghadapi pergumulan hidup yang paling sulit sekalipun, jangan kau lupa menyerahkan hidupmu kepada Dia yang memegang hari depanmu dan sekaligus memegang sejarah dunia. Dia, Tuhan yang memimpin anak-anak-Nya Israel untuk keluar dari Mesir.
Dengan iman, Musa mengadakan Paskah. Dengan iman, dia menghadapi Firaun. Dengan iman, dia mengeluarkan bangsanya dari tempat perbudakan. Puji Tuhan! Kiranya Tuhan memberkati kita, memberikan iman yang sama dengan iman Musa: melihat Tahta di atas tahta, Kemuliaan di atas kemuliaan, Kerajaan di atas kerajaan.
Page 13 of 13 Iman Yang Melihat Tahta di Atas Tahta - Pdt. Dr. Stephen Tong

* Artikel ini merupakan ringkasan kotbah dari Kebaktian Minggu GRII Pusat - Pdt. Dr. Stephen Tong *

Sumber: Majalah MOMENTUM No. 51 - 2003
http://www.geocities.com/reformed_movement/artikel/imanmusa.html
http://www.geocities.com/reformed_movement



Minggu, 14 Februari 2010

Doa Nehemia


Sebagian orang yang membaca bagian ini berpendapat bahwa inti doa Nehemia adalah supaya Tuhan membawa bangsa Israel yang tercerai berai kembali ke tanah perjanjian dan ada juga orang yang berpendapat bahwa doa Nehemia tidak lebih dari pengakuan dosa yang sifatnya pribadi. Untuk memahami doa Nehemia ini maka terlebih dahulu kita memahami konteks dari kitab Perjanjian Lama, yakni:

Pertama, Doa Nehemia ini berangkat dari kenyataan sejarah, yaitu Allah Yahweh (TUHAN, huruf besar) adalah Allah yang melakukan perjanjian dengan umat-Nya. Sejak awal penciptaan, TUHAN mengadakan perjanjian dengan Adam dan perjanjian ini disebut perjanjian kerja (Kej. 2) dan setelah manusia jatuh ke dalam dosa, TUHAN tetap mengadakan perjanjian dengan manusia, mulai dari perjanjian dengan Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Daud, dan masih banyak lagi. Dalam kitab Yesaya, TUHAN kembali mengadakan perjanjian yang baru – Kristus sebagai mediator dengan umat. Perjanjian ini dilakukan secara dua pihak dan mempunyai ikatan hukum yang saling mengikat dengan darah sebagai segelnya. Perjanjian semacam ini pernah dilakukan antara TUHAN dengan Abraham; Allah berjalan bersama dengan Abraham melewati potongan tubuh binatang yang telah terbelah, hal ini berarti jikalau ada salah satu yang mengingkari perjanjian biarlah ia akan bernasib sama seperti binatang yang terbelah tersebut (Kej. 15). Inilah natur dari Perjanjian Allah dimana pelanggaran berakibat kematian. Hal inilah yang menjadi latar belakang doa Nehemia; ia mengacu pada Perjanjian Allah tersebut.

Kedua, Nehemia hidup di negara asing, yakni Persia, negara yang sudah menawan bangsanya. Dalam kitab Ulangan pasal 28 – 30 dicatat tentang berkat, kutuk dan sumpah setia yang diucapkan bangsa Israel berkenaan dengan perjanjian yang dibuat antara Allah dengan Musa. Stuktur kitab Ulangan ini sangatlah unik sebab kitab ini tak ubahnya seperti sebuah pakta perjanjian. Kitab Ulangan ini ditulis oleh Musa pada saat menjelang dia melepas bangsa Israel untuk masuk ke dalam tanah perjanjian sedang dirinya sendiri tidak diijinkan Tuhan untuk masuk tanah perjanjian tersebut maka dalam tulisannya kita menjumpai tentang kasih setia Allah yang memimpin dan menyertai bangsa Israel keluar dari tanah Mesir dan bagaimana Allah mengikat perjanjian dengan umat-Nya dan ternyata bangsa Israel berkali-kali mengingkari Tuhan dengan menyembah allah lain hingga Tuhan memecah kerajaan Israel menjadi dua, yakni kerajaan utara dan selatan namun mereka tetap menyeleweng hingga Allah menyerakkan mereka di antara bangsa-bangsa kafir dan kejadian ini terus berlangsung hingga di jaman Nehemia. Sepintas kalau kita membaca Alkitab maka kita akan melihat Allah Perjanjian Lama adalah Allah yang kejam sedang Allah Perjanjian Baru adalah Allah yang asih dan pengampun. Salah! Kalau kita baca kitab Perjanjian Lama secara keseluruhan dan teliti maka kita akan melihat Allah adalah Allah yang panjang sabar, berulang kali bangsa Israel menyakiti hati Allah, Allah menghukum tetapi Allah juga memulihkan. Jangan lupa, dalam kitab Perjanjian Baru katanya Allah yang penuh belas kasih itu disana Anak Allah harus mati karena dosa. Jelaslah, sejak jaman PL sampai PB, Allah tidak pernah berubah. Sesungguhnya, pelanggaran yang dilakukan bangsa Israel sangatlah banyak namun sedikit sekali yang dicatat dalam Alkitab.

Nama Nehemia berarti Allah Penghiburku namun doa Nehemia ini menjadi turning point bahwa hidupnya tidak lagi penuh dengan penghiburan sebab ia harus menghadapi berbagai macam kesulitan di negeri asing. Kalau kita membaca kitab Nehemia ini secara keseluruhan maka Nehemia “Allah Penghibur“ ternyata juga menjadi penghiburan bagi seluruh bangsa Israel. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kalau kita disebut “Kristen“ yang artinya “Kristus kecil“, sudahkah orang lain melihat ada Kristus dalam diri kita dengan demikian orang mengenal Kristus? Adalah tugas setiap anak Tuhan untuk menjadi saksi karena itu Tuhan menempatkan kita di dunia untuk menjadi garam dan terang dunia.

Sikap Doa Nehemia

Mendengar berita orang Israel dinista, kota Yerusalem porak poranda, Nehemia langsung duduk, menangis dan berkabung selama beberapa hari, ia pun berpuasa dan berdoa. Reaksi yang ditunjukkan oleh Nehemia ini bukanlah tanpa sebab atau alasan. Pada jaman itu, konsep tentang Allah dan kota sangat berkaitan erat; sebuah kota kalau dapat dikalahkan berarti “allah“-nya juga turut dikalahkan, ini berarti Allah Yahweh telah kalah oleh allah bangsa lain. Tidak hanya sampai disana, Nehemia melihat ada hal lain yang lebih esensi, yakni kerohanian orang Israel pun telah menjadi puing. Tuhan sudah ijinkan mereka untuk kembali ke kota Yerusalem tetapi tidak ada seorang pun yang tergerak untuk membangun kembali kota Yerusalem. Orang Israel hanya peduli dengan dirinya sendiri yang sudah cukup kesulitan di tengah kota Yerusalem yang sudah menjadi puing.

Reaksi Nehemia bukan sekedar tindakan. Menurut terjemahan aslinya, duduk berasal dari bahasa Ibrani, shabat; kata shabat ini juga yang dipakai ketika Allah berhenti bekerja pada hari ketujuh. Nehemia mengkhususkan hari itu khusus untuk Tuhan, shabat, ia bergumul sesungguhnya apa yang menjadi kehendak dan isi hati Tuhan, kalau Tuhan sudah mengijinkan bangsa Israel kembali, lalu kenapa Tuhan tetap membiarkan kota Yerusalem runtuh? Ketika kita diberikan suatu tugas oleh Tuhan bagaimanakah sikap kita? Hal apa yang pertama-tama terpikir dalam benak kita? Sayangnya, hari ini orang tidak melakukan seperti yang dilakukan oleh Nehemia, yakni berdoa dan bergumul di hadapan Tuhan, orang cenderung melakukan segala sesuatu menurut logikanya sendiri, tidak bertanya apakah Tuhan berkenan atas pekerjaan kita. Kita terlalu sibuk sehingga tidak mendengar Tuhan berbicara, hal inilah yang seringkali terjadi, kita melewatkan momen-momen dengan Tuhan. Biarlah kita mengevaluasi diri, di saat kita semakin sibuk apakah kita semakin rohani ataukah justru semakin sekuler?

Isi Doa Nehemia
Nehemia sadar, Tuhan seperti apa yang kepada-Nya mengajukan seluruh doa permohonan, “Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya.“ Berbeda dengan doa-doa kita, ucapan syukur yang kita ucapkan tidak lebih hanya sekedar ucapan basa basi belaka bahkan ketika kita dalam ketakutan karena persoalan hidup yang berat menimpa kita maka ucapan syukur tidak lebih sebagai salam pembuka belaka. Pengenalan yang benar akan Tuhan menentukan seluruh isi doa kita sekaligus siapa kita. Calvin menegaskan mengenal Allah dan mengenal diri saling terkait erat dan tidak dapat dipisahkan karena kalau kita gagal mengenal Allah maka kita tidak mengenal diri begitu juga sebaliknya. Orang seringkali melupakan Tuhan, orang hanya fokus pada permasalahan kita; orang kuatir kalau-kalau Tuhan tidak peduli akan semua masalahnya. Bukankah sikap dan perbuatan kita tersebut tidak ubahnya seperti anak kecil ketika sedang menghadapi masalah? Biarlah kita menjadi seorang yang bijak ketika masalah dan tantangan menimpa, kita berdiam diri sejenak dan melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi dan bagaimana cara penyelesaiannya. Pertanyaannya kerohanian kita seperti anak-anak ataukah seperti orang dewasa? Kalau kita mau jujur, sesungguhnya kita lebih mirip anak-anak, kita banyak dikuatirkan oleh berbagai macam masalah dan mengabaikan Tuhan. Hal ini tidak menyelesaikan masalah tetapi justru menambah masalah baru.

Nehemia menyadari keberadaan dirinya sebagai orang berdosa, orang yang pernah mengkhianati perjanjiannya dengan Tuhan, yakni perjanjian yang sifatnya mengikat dan berakibat kematian. Karena itu, ia mohon ampunan pada Tuhan, ia berdoa mewakili dirinya, keluarganya, yaitu keluarga Daud dan bangsa Israel seluruhnya. Doa inilah yang Nehemia panjatkan. Bagaimana dengan sikap doa kita? Kita seringkali memperlakukan Tuhan seperti kita bersikap pada orang lain, kita bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa padahal sebelumnya kita sudah menyakiti hatinya. Hukuman yang paling berat adalah hukuman ketika kita tidak menyadari kesalahan yang kita lakukan. Hukuman yang paling ringan justru ketika kesalahan kita diketahui dan kita mendapatkan hukuman karena kesalahan tersebut. Hukuman yang sedikit lebih berat adalah orang lain tahu tetapi diam, orang hanya mengasihani diri kita. Hukuman yang lebih berat lagi yaitu ketika orang lain tidak tahu dan kita berpikir ini sebagai the another way untuk mencapai gol yang kita inginkan. Dan hukuman yang paling kronis adalah justru ketika tidak seorang pun yang tahu apa yang kita perbuat, kita merasa aman dan melihat sebagai the best way untuk mencapai sasaran. Nehemia menunjukkan suatu sikap pertobatan yang sejati. Nehemia sadar bagaimana seharusnya bersikap ketika datang menghadap Tuhan, bagaimana memposisikan diri di hadapan Tuhan dan berelasi dengan Tuhan sang pemilik alam semesta, Allah yang berpegang pada perjanjian-Nya dan Allah yang penuh dengan kasih setia. Kata “kasih setia“ berasal dari bahasa Ibrani, hezed artinya Allah pernah berjanji maka Allah akan setia dan berpegang pada janji-Nya dan Allah akan menghukum orang yang melawan perjanjian akan tetapi Allah akan mengampuni orang yang mau kembali dan memohon ampun pada-Nya. Dalam doa Nehemia dicatat, bila kamu berbalik kepada-Ku...(ay. 9), kata berbalik disini berasal dari bahasa Ibrani, shuv, artinya turn around, orang yang tadinya melawan Tuhan kini berbalik untuk bertobat. Nehemia mengenal TUHAN adalah Allah yang setia dan berpegang pada janji, Dia akan mengampuni orang-orang yang mau bertobat dan berbalik untuk kembali pada-Nya. Doa yang Nehemia ucapkan (Neh. 1:9,10) sesungguhnya mengacu pada janji Tuhan yang ditulis dalam kitab Ulangan dan ayat ini mempunyai struktur yang unik dan disebut sebagai struktur kiastik. Struktur kiastik ini tidak beda ubahnya seperti sebuah sandwich, yakni bagian tengah justru yang menjadi inti dan esensi. Kita melihat ada suatu tindakan Allah untuk mengumpulkan bangsa Israel, di masa lalu juga ada tindakan Allah yang menuntun bangsa Israel keluar dari suatu tempat, yakni tanah perbudakan maka dari dua tindakan Allah ini ada hal yang lebih penting dan yang menjadi inti yang mendasari tindakan Allah tersebut, yakni Tuhan membawa bangsa Israel ke suatu tempat, tanah perjanjian dan di sanalah nama Tuhan ditinggikan nama Allah dipermuliakan sebab pada jaman itu, orang mempunyai konsep bahwa suatu negara yang dapat dikalahkan berarti “allah“-nya juga ikut dikalahkan. Nehemia memohon supaya orang Israel mengalami kebangunan rohani dan nama Tuhan dipermuliakan kembali. Hal inilah yang menjadi inti dari doa Nehemia, yakni terjadinya restorasi rohani bagi bagsa Israel dan untuk hal ini Nehemia siap diutus Tuhan. Hari inipun di negara kita banyak infra struktur yang telah rusak namun yang menjadi inti kehancuran itu adalah rusaknya moralitas dan spiritualitas. Tugas kita sebagai anak Tuhan untuk menjadi saksi bagi-Nya, mengabarkan Injil supaya orang kembali kepada Tuhan.

Perhatikan di akhir doanya Nehemia menulis suatu pernyataan: “ketika itu aku juru minuman raja“ sepertinya kalimat ini hanya sekedar ditulis sebab kalau sebelumnya kita membaca hal yang sangat rohani tetapi justru ditutup dengan kalimat yang bagi kita mungkin tidaklah berarti. Pada umumnya, orang hidup di dunia sangat menyukai hal-hal yang sifatnya aman, orang suka akan nuansa yang rohani dan orang tidak mau cepat-cepat berlalu namun Tuhan ingin kalau kita sudah menerima satu kebenaran rohani maka kita menyatakan itu pada dunia. Orang Kristen dipanggil bukan untuk tinggal di dalam menara gading yang indah, tidak, Tuhan memanggil kita untuk diutus masuk ke dalam dunia dan menjadi saksi Tuhan. Seluruh pergumulan doa Nehemia dipanjatkan justru ketika ia akan menghadap raja dengan muka muram sebab dalam doanya dicatat: “biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini.“ Yang dimaksud “orang ini“ adalah raja Artahsasta yang sedang berkuasa pada jaman itu. Sebab hari itu, seorang yang akan melayani raja haruslah mempersiapkan dirinya sebaik mungkin; menghadap raja dengan muka muram dan jika raja tidak berkenan maka nyawa menjadi taruhannya. Dalam doanya, Nehemia memohon kiranya raja ini bermurah hati padanya dan akhirnya ia berhasil. Sesungguhnya, ketika Nehemia mengharapkan kemurahan dari raja Artahsasta Nehemia juga mengharapkan kemurahan hati dari Raja di atas segala raja.

Biarlah kita meneladani Nehemia dimana antara iman dan kerohanian itu teraplikasi dengan riil dalam kehidupannya. Ingat, tanpa pimpinan Tuhan, kita akan jatuh dan tersesat sebagai contoh ketika kita hendak menuju ke suatu kota jikalau sepanjang jalan menuju kota itu gelap gulita pastilah kita akan tersesat dan terjatuh. Sesungguhnya, Tuhan tidak pernah membiarkan kita berjalan sendiri sebab Tuhan selalu memimpin tiap langkah hidup kita namun kitalah yang terlalu sibuk dengan urusan kita sendiri sehingga kita tidak peka akan pimpinan Tuhan dan ironisnya, kita justru menyalahkan Tuhan. Biarlah kita peka akan panggilan Tuhan dalam setiap aspek hidup kita dengan demikian kita boleh dipakai menjadi saksi-Nya dan biarlah nama Tuhan semakin dipermuliakan di muka bumi ini. Amin.

(sumber http://sumberkristen.com/Kotbah/doa_nehemia.htm)